Selain penurunan empati, mobing juga bisa menciptakan jarak emosional yang lebih besar antara guru dan siswa. Guru yang merasa tidak dihargai atau diintimidasi cenderung menarik diri secara emosional. Mereka mungkin menjadi lebih formal dan kaku dalam berinteraksi dengan siswa, bukan karena mereka tidak peduli, tetapi karena mereka berusaha melindungi diri dari tekanan tambahan.
Jarak emosional ini dapat terlihat dalam cara guru mengelola kelas. Misalnya, guru yang sebelumnya aktif berinteraksi dengan siswa mungkin memilih metode pengajaran yang lebih pasif, seperti memberikan tugas tanpa banyak diskusi. Hal ini membuat suasana kelas terasa dingin dan kurang hangat, yang pada akhirnya memengaruhi motivasi belajar siswa.
Manajemen Kelas yang Berubah: Dari Inspiratif Menjadi Otoritatif
Mobing juga dapat mengubah cara guru mengelola kelas. Guru yang mengalami tekanan emosional sering kali kehilangan kesabaran dan merasa sulit untuk menghadapi tantangan di dalam kelas. Ini bisa mengarah pada perubahan pendekatan dari yang inspiratif menjadi otoritatif.
Contohnya, guru yang sebelumnya mendorong siswa untuk berpikir kritis dan berdiskusi, mungkin mulai menerapkan aturan yang lebih kaku. Mereka bisa menjadi lebih tegas, bukan karena mereka ingin, tetapi karena mereka merasa tidak mampu menangani situasi lain yang lebih fleksibel. Pendekatan ini, meskipun efektif dalam jangka pendek, dapat merusak hubungan jangka panjang dengan siswa.
Siswa, terutama yang lebih muda, membutuhkan lingkungan belajar yang mendukung dan penuh kehangatan. Ketika suasana kelas berubah menjadi terlalu formal dan kaku, mereka mungkin merasa tidak nyaman untuk mengekspresikan diri atau bertanya. Ini dapat menghambat perkembangan intelektual dan emosional mereka.
Efek Domino pada Siswa
Hal yang lebih memprihatinkan adalah dampak mobing pada siswa tidak berhenti di sana. Ketika siswa merasakan perubahan sikap guru mereka, mereka mungkin mulai kehilangan rasa hormat atau kepercayaan. Ini dapat memengaruhi keterlibatan mereka di kelas, performa akademik, dan bahkan kesehatan mental mereka.
Selain itu, siswa juga dapat belajar perilaku negatif dari lingkungan tersebut. Jika mereka melihat bahwa mobing dianggap normal atau tidak ditangani dengan serius, mereka mungkin menganggap bahwa perilaku intimidasi dapat diterima. Hal ini dapat menciptakan siklus mobing yang terus berlanjut, tidak hanya di kalangan guru tetapi juga di antara siswa.
Solusi: Membangun Lingkungan Kerja yang Sehat
Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah ini? Langkah pertama adalah menciptakan kesadaran tentang mobing di dunia pendidikan. Sekolah harus menjadi tempat yang aman, tidak hanya bagi siswa tetapi juga bagi guru.