Mohon tunggu...
Bernadeta Berlian P
Bernadeta Berlian P Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UAJY 2018

just let me gracefully pass this semester

Selanjutnya

Tutup

Film

Tokoh Perempuan yang Mematikan, "Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak" (2017)

20 Oktober 2020   11:20 Diperbarui: 20 Oktober 2020   16:07 1548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (Marlina the Murderer in Four Acts) yang rilis pada tahun 2017 karya sutradara Mouly Surya mengangkat cerita yang menarik untuk ditonton. Marlina (Marsha Timothy) yang merupakan pemeran pertama dalam film ini merupakan seorang janda yang jasad suaminya masih disimpan di pojok ruangan rumahnya dalam bentuk mumi, didatangi oleh Markus (Egi Fedly) dan kawan-kawannya perampok yang mengancam nyawa dan kehormatan Marlina.   

Latar keindahan Sumba yang menjadi lokasi pembuatan film juga menjadi bumbu yang meresap dalam film Marlina si Pembunuh Empat Babak ini. Sumba sebagai salah satu keindahan alam Indonesia yang terletak di Nusa Tenggara Timur memperlihatkan kemewahan padang savanna dan perbukitannya kepada penonton melalui film ini.

Marlina walaupun ia seorang perempuan, namun postur tubuhnya gagah dan tegap sehingga dalam film ini penggambaran Marlina bukanlah sosok perempuan yang lemah lembut, anggun dan berkulit putih seperti yang selama ini menjadi standarisasi masyarakat Indonesia. 

Film yang memiliki durasi kurang lebih 90 menit ini penggambaran kepribadian Marlina hanya terlihat setelah ia menjadi seorang janda yang mencoba untuk melindungi diri dari komplotan perampok. Senjata andalan yang digunakan Marlina dalam usahanya melindungi diri yakni parang. 

Di daerah Sumba, parang sebenarnya melambangkan maskulinitas yang mana berarti parang adalah senjata yang seharusnya dibawa dan digunakan oleh laki-laki sebagai alat perlindungan diri. Namun, Marlina kembali mematahkan lambang maskulinitas dari parang tersebut melalui film ini.

IMPLIKASI SOSIAL

Dampak yang ditimbulkan dari penayangan film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak banyak memberikan kesadaran bagi para perempuan yang menonton film ini. Terlihat dari judulnya bahwa film ini memang mengangkat perempuan sebagai pemeran utama dan menjadikannya sebagai fokus cerita. Beberapa reviewers perempuan kemudian menuliskan penilaian dan komentar mereka akan film ini, seperti beberapa yang saya temukan berikut ini:

sumber: instagram @setyo_purwaningsih
sumber: instagram @setyo_purwaningsih

sumber: youtube channel Astri Aitko
sumber: youtube channel Astri Aitko

Sumber: Youtube Channel Najwa Shihab
Sumber: Youtube Channel Najwa Shihab

Mouly Surya sebagai sutradara dari film ini berhasil menggeser standarisasi perempuan Indonesia melalui Marlina yang memiliki kulit gelap, gagah dan berbadan tegap sehingga tidak salah bahwa dalam memainkan perannya sebagai Marlina, Marsha Timothy berhasil memenangkan penghargaan aktris pemeran utama terbaik di Sitges Film Festival pada tahun 2017. Mengangkat latar Sumba, tentu saja unsur tradisi dan budaya Sumba juga menjadi fokus dari pembuatan film ini. Tak heran jika kemudian sosok Marlina sedang menunggangi kuda juga ditampilkan sebagai salah satu penggambaran kehidupan masyarakat Sumba.

Film ini memberikan dampak positif karena Marlina menjadi suara bagi perempuan yang selama ini mengalami penindasan dari laki-laki agar semakin berani untuk bersuara.

GENRE

Mouly Surya mengangkat genre drama thriller yang tentu saja jalan ceritanya membuat penonton dituntut untuk mampu memahami benang merah yang ada dalam film ini. Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak sesuai dengan judulnya menyajikan empat babak cerita perjalanan Marlina.

Mulai dari babak pertama "The Robbery" yang menceritakan keberanian Marlina dalam menghabisi lima perampok dalam satu malam. Babak kedua "The Journey" yang menceritakan perjalanan Marlina untuk bisa mendapatkan perlindungan hukum dari pihak kepolisian sambil membawa kepala Markus. 

Babak ketiga "The Confession" menceritakan bagaimana Marlina melaporkan kejadian yang ia alami di rumah kepada pihak polisi. Babak keempat "The Birth" yang menceritakan bagaimana Novi, perempuan yang Marlina temui saat perjalanan menuju kantor polisi melahirkan anak yang sekaligus secara simbolik juga menggambarkan kelahiran baru bagi Marlina.

PARADIGMA FUNGSIONALISME DALAM MARLINA SI PEMBUNUH DALAM EMPAT BABAK

Paradigma yang berakar pada pemikiran kaum obyektivis ini memiliki asumsi bahwa masyarakat, adat istiadat dan keyakinan terhadap sesuatu hal adalah hal yang saling berkaitan. Konflik pasti akan terjadi pada kehidupan bermasyarakat yang mana ini menjadi bukti bahwa integrasi sosial tidak seimbang, hasilnya adalah konflik yang tidak dapat dihindari. 

1. Perempuan yang sering dianggap lebih rendah dari laki-laki

Pada menit ke 07:48 film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak, Markus yang merupakan kepala anggota perampok ini melontarkan dialog dengan logat Sumba yang merendahkan derajat Marlina sebagai perempuan, yaitu:

"kalau masih ada waktu tidur dengan kau, kita bertujuh"

"saya itu sering lihat kau. Gagah tapi sendiri. Malam ini kau dapat bonus, tujuh laki-laki memang. Su berapa banyak laki-laki yang kau tiduri?"

Kata-kata yang dilontarkan Markus sangat menunjukkan bahwa subordinat perempuan dalam masyarakat Sumba masih mengutamakan perspektif dan kepentingan laki-laki. Sehingga seorang janda seperti Marlina bisa dengan mudah diremehkan di depan mumi suaminya yang tergeletak di ujung ruangan.

2. Perempuan yang MELAYANI laki-laki

Marlina dalam gambar di atas menjadi bukti nyata bahwa perempuan erat kaitannya dalam pekerjaan rumah. Mulai dari memasak, menyiapkan makanan, hingga menghidangkan makanan. 

Hal ini menjadi contoh bahwa kesetaraan antara laki-laki dan perempuan tidak terlihat dalam kehidupan masyarakat dari segi kegiatan rumah tangga. Perempuan lebih banyak melakukan pekerjaan rumah tangga ketimbang laki-laki.

DISTRIBUSI

Film Marlina mengangkat isu kemanusiaan dan gender yang didukung dengan keindahan Sumba yang nyata dan aesthetic serta mengandung unsur kearifan lokal, adat istiadat dan tradisi yang dalam. 

Aspek itulah yang kemudian membawa Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak bergerak hingga Amerika Serikat dalam penghargaan Asian World Film Festival (AWFF) pada tahun 2018. Distribusi film Marlina ini bisa sampai ke Amerika Serikat dikarenakan isu yang diangkat pada film ini saat itu sedang menjadi tren di Amerika Serikat.

Distribusi dari film karya anak bangsa ini juga hampir menguasai ASEAN, buktinya adalah film ini mampu memenangkan penghargaan NETPAC Jury Award di Five Flavours Asian Film Festival mengalahkan negara anggota ASEAN yang lain.

dok. Leisure/Republika
dok. Leisure/Republika
dok. Jawapos
dok. Jawapos

TEORI FEMINISME

Feminisme adalah ideologi pembebasan perempuan dari ketidakadilan karena jenis kelamin. Prinsip dan orientasi dari feminisme yakni berakar pada posisi perempuan yang dianggap lebih rendah. 

Isu feminisme yang ada dalam film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak secara visual:

1.  Feminisme berakar pada posisi perempuan yang dianggap lebih rendah

Berdasarkan analisis visual, gambar isu feminisme dari adegan di atas yakni menunjukkan bahwa ketidakadilan yang dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan tidak hanya terjadi di kota besar namun juga terjadi di daerah yang jauh dari perkotaan. Artinya adalah ketidakadilan gender ternyata merata hingga ke pelosok daerah. Laki-laki secara sadar melakukan kekerasan terhadap perempuan karena laki-laki merasa bahwa ia lebih memiliki kekuatan ketimbang perempuan.

2.  Ketidaksetaraan hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan

Novi yang dalam film diceritakan sedang mengandung tetap harus melakukan pekerjaan rumah seperti menjemur baju, memasak dan melayani suaminya. Bahkan kesetiaannya saat ditinggal oleh suaminya merantau masih diremehkan dan bahkan ia difitnah tidur dengan laki-laki lain. 

Kesetaraan hak dan kewajiban dalam hidup Novi di film ini tidak terlihat. Suaminya merantau dan tidak mau pulang apabila anaknya belum lahir, bahkan ketika Novi mendatanginyapun ia malah memfitnah dan menampar Novi.

3.  Perjuangan perempuan sebagai manusia merdeka

Gambar 1.1 saat Marlina memegang parang yang melambangkan maskulinitas di Sumba telah dipatahkan oleh Marlina dan membuktikan bahwa perempuan juga memiliki daya untuk melawan laki-laki.

Gambar 1.2 raut wajah Marlina dengan senyum tipis yang menggambarkan perasaan bangga karena berhasil membunuh tiga orang perampok yang hendak menyetubuhinya. Adegan ini kembali membuktikan bahwa perempuan juga akan memperjuangkan haknya sebagai manusia merdeka.

Gambar 1.3 keberanian Novi saat melawan perampok yang merampas kehormatan Marlina di dalam kamar. Novi dengan yakin mengayun dan kemudian mengarahkan parang ke leher perampok untuk menyelamatkan Marlina.  

Pada ketiga gambar di atas Marlina dan Novi mematahkan akar pemikiran masyarakat yang menjadi prinsip dan orientasi feminisme dengan memberanikan diri untuk berjuang menyelamatkan diri mereka.

Daftar Pustaka:

Costanzo, W. V. (2014). World Cinema through Global Genres. United Kingdom: Wiley Blackwell.

Gibbons, Z., & Nadjemudin, A. (2017, Oktober 2). Film Marlina dapat penghargaan di Maroko. Retrieved from antarasulteng: antaranews.com

Setuningsih, N., & Ridwansyah, D. (2018, Desember 8). Film Marlina Raih 3 Penghargaan di Asian Academy Creative Awards 2018. Retrieved from Jawapos.com: jawapos.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun