Mohon tunggu...
Ria Eka Putri
Ria Eka Putri Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dengarkan Aku, Daun Ubi

12 April 2017   20:15 Diperbarui: 13 April 2017   04:30 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengarlah hai daun ubi
Sebuah surat pengukir gigi berdenting
Sebuah surat pencabuk angin menggigil

Kau dengar
Telah lama murai terdiam lagi
Tinggallah dahan tinggallah tepi
Ranting beriak-riak sendiri
Emasnya hilang Budayanya luluh lantah
Dalam genggaman si antah berantah

Lihatlah hai daun ubi
pesisirnya telah berpagar besi
kemana lagi kami mencari
alam memang tak selalu berada di samping
melepas pasir berubah akan arang
saudaraku hilang di bantal pedang

Katakanlah hai daun ubi
Jika tak sesuai kenapa bertindak
Mencakar semua kau anggap beda
Jawablah insan
Pada kami penolak zaman

Jika putus-putuskanlah
Dan nanggroe ini retak sudah
Jawablah hai bapa mama
Kenapa kau menggali lagi pusaka lama
saat lidah bersilat
pandangmu bukan orangmu
adatmu bukan bajumu

Kukatakan cukup ..
Berhentilah menggali air
Secawan intan telah menjarak pergi
Berhentilah mencari-cari
Karena kami kaulah kini

Salam damai dari daun ubi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun