Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tengoklah ke Dalam Sebelum Nyinyirin Liyan!

16 November 2021   09:17 Diperbarui: 16 November 2021   09:20 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan Selasa 16  November 2021

Luk 19:1 Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. 2 Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya 3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.4 Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.5 Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu."6 Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.7 Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa." 8 Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." 9 Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. 10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."

Renungan

Tiap orang memiliki masa lalu sekaligus punya masa depan. Ada banyak orang kudus yang memiliki masa lalu kelam, dikenal sebagai penjahat. Pendosa besar. Bagi jemaat perdana, masa lalu Saulus adalah penganiaya dan pembunuh mereka. Perjumpaannya dengan Yesus telah mengubah kiblat hidupnya. Dia jadi Paulus,  santo, orang kudus-Nya.

Tidak sedikit juga mereka yang kini dikenal sebagai orang saleh saleha malah membuat publik banyak orang terkaget-kaget. Tidak menduga mereka yang begitu berpenampilan gamis ternyata hidupnya berbau amis. Mereka pada berurusan dengan aparat penegak hukum, jadi nara pidana.

Bacaan Injil hari ini menarasikan dampak kehidupan Zakheus yang telah disambung kembali tali silaturahminya oleh Yesus.  Zakheus kini bukanlah Zakheus yang dulu!

Ia seorang Yahudi kepala pemungut cukai. Dalam kesehariannya tentu telah mendengar banyak hal yang hebat mengenai Yesus.  Rasa keingintahuannya yang besar, mendorongnya datang mencari-Nya. 

Ia ingin melihat dan mengetahui orang seperti apakah Yesus itu. Fisiknya yang pendek dan keberadaan orang banyak menjadi kendala  untuk melihat-Nya. Demi desakan keingintahuannya, Ia tanggalkan gengsi. Bagai anak kecil, ia lari mendahului orang banyak dan memanjat pohon ara untuk melihat-Nya. Pada hal ia kepala pemungut cukai yang amat kaya.

Masalah fisik berbadan mini dan sosial keagamaan dipandang sebagai pendosa, malah membuat Zakheus  kreatif mencari solusi. Ia melihat Yesus.

Di luar dugaannya, Zakheus kena ott. Ia dilihat Yesus. "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." Sapaan Yesus dengan menyebut namanya "Zakheus" mengagetkannya. Suatu kehormatan besar, ia dapatkan. jauh melebihi yang  dipikirkan. Zakheus segera turun, menerima Yesus di rumahnya dengan sukacita.

Zakheus dan siapapun  yang sekedar ingin berniat melihat dan mengenal-Nya, sesungguhnya telah dikenal oleh-Nya. Mereka yang datang kepada Yesus, akan mengalami hal-hal yang tak pernah diduga. Hati yang diubahkan.  

Orang-orang Yahudi pada nyinyir bersungut-sungut terhadap kebaikan Yesus dan keberiuntungan Zakheus. "Ia menumpang di rumah orang berdosa" Zakheus yang dianggap sebagai pendosa besar itu, tidak layak untuk disapa. Akan selalu ada orang yang "serik", iri hati tidak senang susah hati saat melihat keberuntungan liyan.

Kini Zakheus beda. Dulu pendosa, busuk dan jelek, kini berubah tabiatnya. Ia bertobat. Jadi baik. Di hadapan orang yang bersungut-sungut menghakiminya itu, Zakheus mendeklarasikan iman dan pertobatannya. Ia berdiri dihadapan Yesus Sang Hakim Sejati, yang justru tidak menghakiminya. "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin ..

" Yesus yang begitu  "nyedulur" bersahabat dengan dirinya membuatnya berubah, sukacita. Sukacitanya diwujudkan dengan memberikan setengah hartanya kepada orang miskin. Jumlah dana solidaritas yang sangat besar pada zamannya. Harta kekayaannya yang melimpah tidak membuat hati dan hidupnya sukacita.

Jabatan Zakheus sebagai kepala pemungut cukai memang memberinya kesempatan berlaku corrupt,  memeras untuk keuntungan sendiri. Zakheus sadar ia tidak bersih. Ada harta yang diperoleh dengan tidak jujur, curang, melanggar hukum dan keadilan. Zakheus terbuka, mengakui. Dengan sukarela ia mengggantinya. "Sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."

Meski menurut kelahiran, Zakheus anak Abraham. Namun dengan berprofesi sebagai pemungut cukai, jadilah ia kafir. Orang-orang Yahudi menyingkirkannya dan berharap Yesus berlaku demikian juga. 

Yesus memiliki paradigm beda. Yesus keluar dari kotak pemikiran mereka. Yesus -   seperti dokter mendatangi orang sakit - "blusukan"  sebagai dokter kemanusiaan mencari mereka yang menurut pandangan umum tidak layak dicari, seperti pemungut cukai, perempuan sundal, pezinah, pemabok dkk. Zakheus berubah. Sekarang dinyatakan sebagai orang "sehat". Hari ini Zakheus mengalami keselamatan,  ia benar-benar anak Abraham. Semua mesti sukacita!

Bersungut-sungut tidak relakah diri ini  manakala ada penjahat bertobat?  Sungguhkah masa lalu, masa kini dan masa depan  diri ini benar-benar bersih? Sudahkah tengok ke dalam sebelum nyinyirin debu liyan yang melekat?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun