Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Akankah Melihat Abraham Ishak Yakub dari Luar Pagar?

27 Oktober 2021   11:32 Diperbarui: 27 Oktober 2021   11:43 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Terpental dari hadirat Allah. "... enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!".  Mereka terenyahkan dari hadapan-Nya karena  melakukan kejahatan. Mereka, para pelaku kejahatan, tidak datang dari Allah, tidak berasal dari Allah dan tidak dikenal Allah. Mereka tidak hadir dihadirat-Nya. Di sanalah terdapat ratap dan kertak gigi. Kegeraman iri dan panas hati semakin menjadi-jadi, saat melihat Abraham  Ishak  Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, sementara diri sendiri berdiri di luar pagar.  Sampai kapan mereka mengalami ini?

Sampai saat mereka tidak lagi melihat Abraham Ishak Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah! Sampai mereka tidak lagi melihat orang datang dari Timur dan Barat, dari Utara dan Selatan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. Sampai mereka tidak lagi melihat  yang terakhir menjadi  yang terdahulu dan yang terdahulu menjadi yang terakhir. Sampai mereka melunasi janji dan kesempatan yang telah disia-siakan pada zamannya.

Pintu sudah ditutup. Kesadaran selalu datang terlambat. Tertinggal dan gagal. Menemukan potret diri, sedang berdiri sebagai penonton yang melihat prestasi dan kesuksesan gemilang yang banyak diukir liyan. Generasi yang berhasil menyatukan kata dan tindakan,  generasi pengganti yang bersih dari perilaku jahat. Jarum jam sejarah tidak lagi dapat diputar mundur ke belakang. Sendirian dalam kebersamaan. Hati merintih menangisi  diri. Yang ada kini hanya ratap dan kertakkan gigi. Menyesal tiada henti.

Sungguhkah telah mengemban jabatan sesuai amanat penderitaan rakyat? Apakah menyia-nyiakan kesempatan dan jabatan yang ada? Apakah cepat  menata kata lambat menata kota? Akankah melihat Abraham Ishak Yakub dari luar pagar?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun