Terpental dari hadirat Allah. "... enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!".  Mereka terenyahkan dari hadapan-Nya karena  melakukan kejahatan. Mereka, para pelaku kejahatan, tidak datang dari Allah, tidak berasal dari Allah dan tidak dikenal Allah. Mereka tidak hadir dihadirat-Nya. Di sanalah terdapat ratap dan kertak gigi. Kegeraman iri dan panas hati semakin menjadi-jadi, saat melihat Abraham  Ishak  Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, sementara diri sendiri berdiri di luar pagar.  Sampai kapan mereka mengalami ini?
Sampai saat mereka tidak lagi melihat Abraham Ishak Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah! Sampai mereka tidak lagi melihat orang datang dari Timur dan Barat, dari Utara dan Selatan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. Sampai mereka tidak lagi melihat  yang terakhir menjadi  yang terdahulu dan yang terdahulu menjadi yang terakhir. Sampai mereka melunasi janji dan kesempatan yang telah disia-siakan pada zamannya.
Pintu sudah ditutup. Kesadaran selalu datang terlambat. Tertinggal dan gagal. Menemukan potret diri, sedang berdiri sebagai penonton yang melihat prestasi dan kesuksesan gemilang yang banyak diukir liyan. Generasi yang berhasil menyatukan kata dan tindakan,  generasi pengganti yang bersih dari perilaku jahat. Jarum jam sejarah tidak lagi dapat diputar mundur ke belakang. Sendirian dalam kebersamaan. Hati merintih menangisi  diri. Yang ada kini hanya ratap dan kertakkan gigi. Menyesal tiada henti.
Sungguhkah telah mengemban jabatan sesuai amanat penderitaan rakyat? Apakah menyia-nyiakan kesempatan dan jabatan yang ada? Apakah cepat  menata kata lambat menata kota? Akankah melihat Abraham Ishak Yakub dari luar pagar?