Tak ada yang bisa aku banggakan padamu. Sebuah harta, tahta, kekayaanpun aku tak ada.Â
Manusia biasa yang penuh luluran dosa. Bagian kecil dari tetesan air laut, bahkan lebih kecil lagi.Â
Satu hal, aku mempunyai rasa, perasaan, dan ungkapan suka.
Sebekas jejak kelam aku tandaskan. Meski kadang itu membuat kabut di pikiran.Â
Ternyata hati juga miliki masa untuk saling transisi. Membiasakan diri dengan suatu yang baru, dirimu.
Meskipun alur kita sempat menegang. Berjarak jauh  puluhan gang. Serta ungkapan perpisahan sempat melayang, namun buktinya kita tetap saling sayang.
Berjanji untuk kita saling menjaga. Berkomitmen dalam suka dan duka di setiap rasa. Berjalan langkah demi langkah untuk meraih asa.Â
Hati tentu mudah berbolak-balik. Manusia pula tak tahu masa depan dihari esok. Bukan tentang hitungan waktu untuk kita bersama, namun upaya bertahan hanya untuk satu, yakni sosokmuÂ
Suaraku tak cukup merdu buat didengar. Jari jemariku tak lincah memetik gitar. Lisanku tak ahli untuk rayu merayu. Namun tulisanku semoga dapat menuliskan rasa rindu untukmu.
Seribu cahaya kebaikan.
Ruang dingin, 5 Januari 2019
Bingar Bimantara