Kembali bermain-main dengan teman-teman. Bisa jalan-jalan lagi di kota ini. Kota ini banyak berubahnya; Tempat mainnya, jalanannya juga bersih, nggak sekotor dulu. Manusianya juga ramah-ramah. Kamu juga udah berusaha lagi buat deketin aku. Lucu ya kamu. Udah salah, nggak mengakui kesalahan. Sekarang pas aku udah pulih dari luka yang kamu buat. Kamu mau datang lagi, kamu pengen ada tempat lagi di hatiku.
Aku manusia biasa. Wajar aku menolak kamu, nggak kasih kamu kesempatan lagi. Mana mau aku kembali terpuruk di dalam lubang yang sama. Memberi kamu kesempatan sama saja halnya dengan kembali menjatuhkan diri dalam lubang buaya.
Kejam? Aku kamu bilang kejam? Mana yang lebih kejam dari perbuatan kamu dulu? Mana nggak merasa bersalah sedikitpun. Kamu dengan entengnya bilang, kalo kamu nggak sayang lagi sama aku. Jangan harap aku bakalan nerima kamu lagi. Aku dendam!
Kamu mau marah? Silahkan! Aku nggak peduli!
Asal kamu tau! Jangan marah pada hujan yang turun hari ini. Marahlah pada bumi yang merindukannya. Jangan marah pada aku yang tidak memberikan kesempatan. Marahlah pada dirimu yang telah menyia-nyiakan.
Perbaiki dulu dirimu, baru perbaiki apa yang berhubungan dengan orang lain. Kamu ingin hubungan kita diperbaiki, sedangkan dirimu saja belum mengakui kesalahan, belum berusaha buat memperbaiki dirimu. Aku sengaja tidak ingin menerimamu.Â
Bukan karena cintaku padamu telah hilang. Tetapi, aku ingin kamu mengerti bahwa kesempatan yang kamu miliki sangat berharga. Agar tidak ada lagi wanita yang mengalami hal yang aku rasakan.
Simpan rasamu, simpan penyesalanmu untuk memberikan pengajaran di masa depan. Aku sudah memiliki kekasih dan kami akan menikah 3 hari lagi. Kekasihku itu adalah laki-laki yang aku tolak demi menerimamu.Â
Aku beruntung! Cintanya tidak hilang, dan aku mendapatkan kesempatan kedua.