Mohon tunggu...
Bayu Kusuma Wardhana
Bayu Kusuma Wardhana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar Prodi Akuntansi Universitas Airlangga

Hai, Bayu disini, sering mengenakan topeng dengan inisial SF di internet

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Fitur ISS, Stopgap Emisi Bahan Bakar atau Pencemar Lingkungan?

30 Juni 2022   11:18 Diperbarui: 30 Juni 2022   11:26 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tua di jalan, yakinlah anda bahwa masyarakat Indonesia dapat menghabiskan  setidaknya 1/24 hidupnya menatap helm warna-warni yang mereka lihat di tengah kemacetan, utamanya bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta ataupun Surabaya. Maraknya fenomena tua di jalan tidak terlepas dari banyaknya motor yang berseliweran di jalanan kota-kota besar, sehingga fasilitas yang ada tidak mampu menampung kuantitas kendaraan bermotor yang ada.

Terkait dengan macet tidak afdal rasanya bila tidak membahas produk terbesar dari kendaraan bermotor bila ditambah dengan kemacetan, yaitu emisi bahan bakar. Emisi bahan bakar tentunya selalu dikeluarkan ketika kendaraan bermotor menyala, mulai dari menyalakan mesin hingga sampai di tempat tujuan, akan tetapi tahukah anda bahwa kendaraan dalam kondisi berhenti sekalipun tetap mengeluarkan emisi bahan bakar?

ISS

Fitur ISS (Idling Stop System) hadir untuk membantu mengatasi masalah "kendaraan terjebak macet tapi tetap mengeluarkan emisi bahan bakar" dengan mematikan mesin kendaraan bermotor apabila dalam kondisi berhenti selama setidaknya 3 detik dan secara otomatis menyalakan kembali mesin ketika kendaraan di-gas. Fitur ISS ini telah tersedia secara pabrikan untuk kendaraan bermotor matik terbaru. Konon, teknologi ini dapat mengurangi emisi bahan bakar sehingga kinerja mesin lebih efisien, hemat bahan bakar, dan ramah lingkungan. Tapi benarkah demikian?

Pengurangan emisi bahan bakar dan peningkatan kinerja mesin mungkin merupakan klaim yang dapat dibuktikan, akan tetapi bagaimana dengan klaim ramah lingkungan? Seperti deskripsinya, ISS mematikan mesin apabila dalam kondisi berhenti selama setidaknya 3 detik, lalu ketika pengendara menarik/menginjak gas mesin akan langsung menyala. Sudahkah pembaca menyadari kelemahan dari sistem ini?

AKI

Fitur ISS pada dasarnya mematikan lalu menyalakan kembali mesin kendaraan bermotor ketika dalam kondisi berhenti, hal ini berarti tambahan beban pada aki kendaraan yang tidak hanya menyalakan pada saat mulai perjalanan, tetapi juga setiap kali berhenti. Beban tambahan pada aki ini tentunya dapat mengurangi masa hidup aki, yang berakibat pada meningkatnya limbah aki kendaraan.

STOPGAP

Ekuilibrium antara penghematan bahan bakar dan potensi peningkatan limbah aki merupakan hal yang sepatutnya dijadikan pertimbangan ketika menerapkan fitur ISS secara masal. Kembali lagi, fitur ISS ini dapat menjadi stopgap transisi pengurangan emisi bahan bakar, antara masyarakat Indonesia yang ketergantungan dengan kendaraan berbasis BBM, dengan masyarakat Indonesia yang sepenuhnya telah memakai kendaraan dengan tenaga terbarukan.

Tidak ada yang dapat menebak perkembangan teknologi dengan 100% benar, mungkin saja teknologi aki berkembang semakin efisien sehingga ekuilibrium bensin-aki ini dapat benar-benar timpang untuk penghematan bensin dan bukan malah menambah limbah aki.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun