Mohon tunggu...
Bayu Fitri
Bayu Fitri Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seorang pengamat hiruk pikuk media sosial dalam hal gaya hidup, finance, traveling, kuliner dan fashion. Tulisan saya bisa dibaca di blog https://bayufitri.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Idolaku adalah Sahabat yang Mencelakai Diriku

16 Oktober 2020   17:20 Diperbarui: 16 Oktober 2020   17:33 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persahabatan sumber pribadi

Aku masih tak percaya membaca surat peninggalan Ima yang diberikan ibundanya siang tadi. Setelah rasa lelah dan kurang tidur selama seminggu mendera tubuhku, kini aku dihadapkan kenyataan pahit yang tidak pernah kubayangkan. Isi surat Ima bagaikan pengakuan dosa selama ini. Ima mengakui semua perbuatan "jahat" pada diriku yang dianggap sahabat dan teman setia.

Aku adalah gadis kampung yang seumur-umur belum pernah melihat ibu kota. Ketika lulus dari sekolah menengah atas, kedua orang tua mengijinkan aku untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi ternama ibu kota. Senang dan bangga rasanya. Terlebih aku melanjutkan studi karena mendapatkan beasiswa dari hasil nilai akademis di sekolah asal ku.

Hari itu adalah hari pertama aku menjalani orientasi pendidikan di kampus. Sebagai anak yang baru datang dari kampung rasa malu dan minder menghampiri diriku. Tiba-tiba ada seorang gadis seusiaku menyapa, "Hei kamu mahasiswa baru juga? kenalkan aku Ima." Aku terkejut ketika melihat sosok perempuan yang berkulit putih, tinggi dan cantik.

Awal Pertemuan

"Ehh iya saya mahasiswa baru, namaku Dila." Terus terang aku sangat senang sekaligus bangga ada gadis kota yang mau menyapa lebih dulu dan sangat ramah sekali. Mulai saat itu kami berteman sampai menjadi sahabat erat. Kata teman-teman kampus, apabila kami jalan berdua sering disangka kakak adik. Bagaimana tidak tubuhku hanya mempunyai tinggi badan 155 cm. Sedangkan Ima 178 cm. Wah tinggi sekali bukan? 

Ima terlahir dari keluarga terpandang dan seorang anak tunggal. Kedua orang tua nya sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ima tumbuh menjadi gadis yang sering merasa kesepian. Karena itu Ima senang sekali ketika bertemu dengan diriku yang ngekost di belakang kampus. Tak jarang Ima akan menginap di kostanku dengan alasan di rumah sepi sendiri. Walaupun semua kebutuhan Ima terpenuhi dan di rumah disediakan asisten rumah tangga yang siap diperintahkan apa saja, namun Ima merasa tidak bahagia. Begitulah cerita Ima pada diriku.

Selain ramah dan baik hati Ima mempunyai kemampuan bahasa inggris yang sangat bagus. Hal itu disebabkan Ima menghabiskan masa kecilnya selama 10 tahun di Negeri Paman Sam mengikuti kedua orang tuanya. 

Ima adalah idolaku, teman sekaligus sahabat dekat yang sangat super baik hati. Ia bagaikan malaikat penolong yang dikirimkan Tuhan untuk menemani hari-hariku selama menuntut ilmu di ibu kota. Bagaimana tidak selain cantik, Ima sangat loyal. Jika aku sedang bersama Ima maka setiap kami jajan pasti dia yang bayar. Setiap dia main atau menginap di kostanku pasti dia yang akan beli makanan dan minuman. Ima melarang diriku mengeluarkan uang untuk membeli jajanan . Kata Ima sebaiknya uang hasil kiriman orang tua dari kampung ditabung untuk kebutuhan mendesak. 

Kejadian Aneh

Persahabatan kami berjalan mulus sampai di tahun ke 3 terjadi peristiwa demi peristiwa yang menurutku sangat aneh tapi nyata.

Kejadian pertama dimulai dari kecelakaan ketika aku sedang berjalan pulang ke tempat kost. Motor yang dikemudikan seseorang dengan helm tertutup menyenggol tubuhku yang sedang berjalan ditrotoar  sehingga tersungkur masuk got. Alih-alih pengendara motor turun dan menolong ehh malah kabur begitu saja. 

Untung kejadian tersebut berlangsung siang hari dimana situasi sangat ramai. Sehingga banyak orang menolong diriku. Sialnya karena kedalaman got nyaris setengah meter maka aku menderita patah tulang pada paha kiriku. Kejadian ini kulaporkan pada orang tua di kampung dan mereka segera datang dua hari kemudian. 

Tadinya kupikir luka pada paha kaki tidak parah, sehingga memutuskan berobat ke tukang urut. Namun semakin lama kaki kiriku sulit digerakkan. Ketika orang tua ku datang dari kampung, mereka memutuskan untuk membawa ke rumah sakit. Benar saja ternyata kata dokter harus dilakukan pemasangan pen. Itu artinya aku harus menjalani operasi. Lebih dari dua bulan aku tidak masuk kampus. Selama proses penyembuhan kedua orang tuaku bergantian menginap di kostan untuk menemaniku. Oya Ima sahabatku saat kejadian itu mengabarkan sedang ada di luar negeri karena ada satu urusan mengikuti kedua orang tuanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun