Mohon tunggu...
Bayu Intarto
Bayu Intarto Mohon Tunggu... Guru - Art

Seniman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Realita Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi Covid-19

31 Oktober 2020   16:36 Diperbarui: 31 Oktober 2020   16:42 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adapun faktor kelima, masih perlunya pembangunan jaringan the last mile serat optik dan perangkat elektronik lainnya sebagai pendukung Palapa Ring. Infrastruktur ini untuk menjangkau wilayah kecamatan dan desa sampai pemukiman pengguna internet di daerah terluar, dan tertinggal 

Terakhir, faktor keenam, kemungkinan adanya bias dari metodologi yang digunakan Hootsuite.

Dari segi jaringan internet itulah beberapa kendala yang ada, sehingga dalam proses pembelajaran daring terutama di daerah pelosok dan terpencil, materi dan tugas pembelajaran yang diberikan pihak sekolah terhadap peserta didik, tidak jarang mengalami kesulitan untuk diakses bahkan kadang tidak bisa terdistribusi dengan baik. Tugas yang harusnya dikerjakan oleh peserta didik, akhirnya tidak dapat diselesaikan dan otomatis tidak dapat dikirim kembali ke sekolah, sehingga peserta didik tersebut dianggap lalai dan tidak mendapatkan nilai. Ini sangat merugikan bukan hanya bagi si peserta didik itu sendiri akan tetapi juga bagi sekolah dan dunia pendidikan pada umumnya.

Menyikapi hal ini, guru terpaksa memadatkan materi pembelajaran dalam kurikulum yang mestinya sepuluh bab menjadi lima bab saja. Pengurangan materi dalam kurikulum ini juga diatur dalam Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19.

Dan pada pelaksanaannya, guru kerap kali merasa bertanggung jawab untuk menuntaskan seluruh materi melalui Pembelajaran Jarak Jauh pada siswa. Namun, materi yang diterima siswa pun tak maksimal. Apalagi  jam belajar siswa selama Pembelajaran Jarak Jauh juga banyak berkurang.

Jika biasanya pada waktu normal siswa belajar dari pukul 07.00 pagi hingga 16.00 sore, maka Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19 kini waktu belajar dibatasi hanya sampai pukul 13.00 siang. Mata pelajaran yang diajarkan pun terbatas hanya satu hingga dua mata pelajaran per hari.

Juga  penilaian aspek lain dari aktivitas siswa. Sejak Pembelajaran Jarak Jauh, guru tidak dapat memantau dan mengawasi secara langsung kegiatan dan aktivitas siswa yang dapat menjadi indikator penambahan nilai. Pada masa normal biasanya ada dialog, diskusi, debat, namun pada masa pandemi, prosesnya serba terbatas melalui daring.

Menyikapi fenomena ini, sudah seyogyanya Kemdikbud mulai menyusun kurikulum darurat untuk menghadapi kejadian yang tak bisa diprediksi seperti pandemi Covid-19. Kurikulum ini yang kemudian dikenal dengan kurikulum darurat, dianggap menjadi formula yang  akan memudahkan kegiatan dan  proses pembelajaran baik bagi siswa maupun guru.

Materi yang diajarkan dapat dilonggarkan dan aspek penilaian tambahan dapat menggunakan indikator lain seperti kegiatan siswa selama berada di rumah, misalnya melonggarkan bobot materi yang diajarkan, kemudian penilaian dimodifikasi lebih ke life skill bagaimana siswa bantu orang tua, partisipasi di rumah, kegiatan-kegiatan positif di lingkungan rumah dalam pengawasan dan pantauan orang tua.

Pelonggaran dan penyerdehanaan yang diterapkan nantinya diharapkan mampu mengatasi keadaan Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19, merupakan formula yang tepat sebagai solusi mengatasi masalah Pendidikan.

Selanjutnya, keterlibatan dan peran orang tua dalam pembelajaran jarak jauh ini juga punya peranan yang sangat penting yang berkaitan dengan sarana pendukung berupa pengadaan gudget (smart phone). Orang tua mau tidak mau harus berusaha untuk membeli smart phone agar putra dan putrinya bisa tetap mengikuti proses pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun