Mohon tunggu...
Bayu Firmansyah
Bayu Firmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis yang menulis

Seorang lulusan public relations yang gemar membaca buku dan menonton anime di waktu senggang. Menulis sebagai ajang pelampiasan atas keresahan yang dialami sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Love

4 Alasan Menjalin Hubungan FWB Lebih Worth It Dibanding Pacaran

26 Juli 2021   13:07 Diperbarui: 26 Juli 2021   13:53 1768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi sebagian orang, menjalin hubungan pacaran tidak selalu menjadi pilihan hidup yang membahagiakan. Bahkan tak sedikit di antaranya yang berakhir tragis. Maka  hubungan lain yang dianggap lebih 'aman' menjadi alternatif untuk mereka yang tidak mau mengalami toxic relationship.

Di antara hubungan yang saya maksud salah satunya adalah Hubungan Friends With Benefit (FWB). Menjalin hubungan FWB belakangan menjadi sebuah budaya baru di kalangan anak muda dan dewasa muda, terutama di masyarakat urban.

Friends With Benefit adalah hubungan dari orang-orang yang terlibat secara seksual, namun tidak terlibat secara emosional. Dengan kata lain, hubungan tersebut merupakan pertemanan di mana pihak-pihaknya saling terlibat dalam aktivitas seksual (Mongeau, Ramirez, & Vorell, 2003). Friends with benefit mengkombinasikan intimasi psikologis dari hubungan pertemanan dengan intimasi seksual dari hubungan romantis dan berusaha mengabaikan label "Romantis" (Hughes et al., 2005; Mengoeau et al,. 2003).

Pada 2011 sebuah film bertema FWB diangkat ke layar lebar dengan judul Friends With Benefit, dibintangi Justin Timberlake dan Mila Kunis.

Meski kerap kali diasosiasikan dengan bentuk hubungan yang negatif, hubungan FWB tetap memiliki sisi positif yang dapat diambil. Lalu mengapa menjalin hubungan friends with benefit lebih worth it dibanding hubungan pacaran? Berikut empat alasannya :

  • Tidak Terbebani dengan Perasaan

Prinsip yang dipakai dalam menjalin hubungan FWB adalah "Berkomitmen untuk tidak berkomitmen." Apabila dalam hubungan pacaran kita sering kali terjebak dengan perasaan galau, cemburu, marah, atau rindu. Maka dalam hubungan FWB kita terbebas dari perasaan-perasaan abstrak tersebut.

Di sinilah peran hati untuk dapat mengendalikan perasaan menjadi sangat penting. Risiko terjebak oleh rasa cemburu menjadi tantangan yang tak terelakkan. Sekalinya tercebur dalam rasa cemburu atau perasaan yang lebih dalam akan sulit untuk kembali pada keadaan semula.

  • Tetap Memiliki Kebebasan

Menjalin hubungan pacaran identik dengan kekangan, meski tidak selalu, setiap pasangan kerap kali merasakan hal tersebut. Oleh karena itu, mereka yang mulai gerah dengan kontrol dari pasangan yang dianggap terlalu mengekang memilih untuk menjalin hubungan FWB.

Sebaliknya, dalam hubungan FWB setiap pihak tidak memiliki kuasa untuk mengatur dan mengendalikan pihak lainnya. Sebuah poin yang cukup penting karena itu berarti kita dapat tetap fokus untuk meningkatkan kualitas diri, karier, akademik, maupun sekadar untuk pergi travelling dengan teman-teman tongkrongan.

  • Jauh Dari Kata "Sakit Hati"

Risiko terbesar dari menjalin hubungan pacaran adalah adanya perasaan sakit hati. Tidak peduli berapa lama hubungan tersebut dilalui, sakit hati selalu menjadi bumbu dari setiap pasangan yang berpacaran. Bahkan tak sedikit pasangan yang urung ke jenjang yang lebih serius karena terlanjur sakit hati, maka jurang perpisahan menjadi jalan terakhir yang menyisakkan luka tak terobati.

Hubungan FWB menawarkan sebuah ikatan saling menguntungkan di antara kedua belah pihak. Dalam hubungan ini rasa sakit hati harus dikesampingkan karena di awal kedua belah pihak sudah berkomitmen untuk tidak melibatkan hati.

Semakin kecil kemungkinan kita sakit hati maka semakin kecil pula waktu yang terbuang hanya untuk galau dan merenungkan bagaimana orang lain menyakiti kita.

Menurut Dr. Lillian Glass, seorang ahli komunikasi dan psikologi dalam bukunya berjudul Toxic People (1995) mendefinisikan Toxic Relationship adalah hubungan yang tidak saling mendukung satu sama lain. Yang mana salah satu pihak berusaha memiliki kontrol yang besar terhadap pihak lain.

Setiap pasangan yang berpacaran memiliki potensi toxic relationship, meski setiap hubungan mengalami pasang surut, namun toxic relationship secara konsisten akan menguras tenaga orang-orang yang menjalaninya. Sehingga berdampak buruk bagi kesehatan.

Dilansir Kompas.com, tanda-tanda toxic relationship itu di antaranya : kurangnya kepercayaan dari pasangan, komunikasi yang saling menjatuhkan, mengontrol perilaku pasangan, sering berbohong, hanya mengambil tanpa mau memberi, banyak energi terkuras, dan membuat pengecualian untuk perilaku pasangan.

Melalui hubungan FWB bahaya toxic relationship dapat diminimalisir. Namun bukan berarti hubungan FWB itu sendiri tidak memiliki kemungkinan mengalami toxic relationship. Tetap waspada dan kendalikan diri kita.

Itulah empat alasan mengapa menjalin hubungan friends with benefit lebih worth it dibanding menjalin hubungan pacaran. Setiap hubungan, apapun hubungannya, tentu memiliki sisi positif dan negatifnya sendiri. Semua kembali pada kemampuan kita untuk memastikan hubungan tersebut tetap baik-baik saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun