*Umuk dan Glembuk (Jawa) Â Sebuah Strategi Mempengaruhi Pengikut*
Seri HRM : 16
Oleh : Basuki Ranto*)
Ada sebuah unggahan yang mengangkat soal Â
"Gelembuk Solo" yang saya dapat WAG dari sahabat  (UNJOK). Isi dalam narasinya diuraikan secara lengkap terkait kepada kondisi yang terjadi selama sepuluh tahun terakhir memimpin Republik ini dengan segala permasalahannya.
Namun pada intinya disebutkan bahwa gelembuk solo merupakan sebuah ajian yang menghilangkan nalar berpikir sehingga semua takluk mengikuti apa yang diperintahkan dan bahkan diam tanpa berbuat apapun dan ikut arus  seperti terjadi nepotisme, penerapan dinasti, merusak demokrasi, merubah tatanan demi melegitimasi nafsu dah keinginan serta hal-hal lain yang terkait dengan upaya mempertahankan kekuasaan dan menuruti ambisi dilingkaran keluarga dan kerabatnya (secara lengkap dapat disimak di vidio tik-tok).
Disisi lain ada sebuah fenomena terkait kepada cara berbicara dan merupakan rentetan glembuk yaitu "umuk" yang merupakan gaya bicara untuk mempengaruhi pengikut yang memiliki konotasi membesarkan sesuatu yang tidak sesuai kenyataan atau bohong, yang kesemuanya  untuk merayu seseorang agar percaya dan terpengaruh untuk ikut bergabung atau sebagai pengikutnya.
Namun demikian kiranya perlu digali makna dari umuk dan gelembuk yang sesungguhnya baik kontek bahasa maupun maknanya, dengan menggunakan dari berbagai sumber dikumpulkan untuk mendudukkan masalah umuk gelembuk yang sesungguhnya.
*Memaknai Umuk & Glembuk*
Menurut kamus bahasa jawa,"umuk" dapat diartikan sombong atau angkuh. Umuk merupakan perilaku seseorang yang menunjukkan rasa tinggi hati dan merendahkan orang lain. Sikap "umuk" digunakan untuk mempengaruhi orang lain agar percaya bahwa apa yang dikatakan adalah benar dan tertarik untuk mengikutinya, sekalipun demikian orang yang mengerti sangat tidak disukai karena dalam budaya Jawa akan membawa dampak negatif.
Kamus bahasa jawa online menyebutkan Arti kata: umuk (Bahasa Jawa) ; umok: sombong, omong kosong ; umil-umil: camilan ; umik-umik: berbicara pelan-pelan.
Dengan demikian umuk merupakan perilaku seseorang yang congkak, membesarkan suatu kondisi yang tidak sesuai dengan kenyataan, dengan maksud agar orang lain mengakui dan percaya apa yang diomongkan (yang sesungguhnya sebuah kebohongan)
Sementara gelembuk sesungguhnya penulisan yang benar adalah glembuk bukan gelembuk sebagaimana ditulis diatas. Oleh karena itu  yang nenjadi fokus dalam pemahaman adalah "Glembuk".
Menurut peneliti di  neliti  menyebutkan bahwa dalam bahasa jawa "glembuk" memiliki beberapa makna, antara lain merayu atau menipu.
Secara umum, "glembuk" bisa diartikan sebagai upaya untuk membujuk atau memengaruhi seseorang dengan kata-kata manis atau bahkan dengan cara yang curang.
Dinukil dari voa-islamcom menyebutkan bahwa di masyarakat Jawa ada sebuah cara yang sudah menjadi budaya sampai hari ini, yaitu "Glembuk".
"Glembuk" dapat dimaknai sebagai sebuah perilaku seseorang dengan "ngojok-ngojoki supaya gelem"(merayu atau mempengaruhi secara individu supaya mau). Namun demikian disisi lain "Glembuk" memiliki konotasi yang kesannya sebuah pembohongan ("Ngapusi"), karena hanya merupakan sebuah janji belaka ("iming-iming) supaya mau menjadi pengikutnya.
Dilihat dari perspektif kehidupan politik "Glembuk"digunakan sebagai sebuah cara atau strategi dalam upaya merayu ,mengajak, membujuk dan mempengaruhi untuk menjadi pengikut dan sebagai pemilih walupun didalamnya ada upaya membohongi dengan harapan bisa menjadi pemenang dalam kontestasi penilihan pemimpin apapun bentuknya.
'Glembuk' dalam beberapa situasi merupakan sebuah metode yang dilakukan seolah dengan santun guna membujuk secara halus orang lain dalam tataran kelompok masyarakat maupun yang ditokohkan guna memberikan dukungannya disertai qdengan janji-janji sekalipun ujungnya hanya sebuah pengaharapan palsu (PHP) yang tidak lain hanya merupakan kebohongan belaka.
Â
Bujukan ini disertai sebuah janji misalnya akan diberikan jabatan atau bentuk imbalan, bantuan kemudahan tertentu atau bentuk lainnya yang pada dasarnya hanya rayuan (bahasa sekarang omong doang atau OmDo).
"Glembuk" pada intinya adalah sebuah perilaku yang sifatnya berpura-pura dengan seolah merendah untuk merangkul seseorang untuk percaya dan meyakini (trust) sehingga kemudian menjadi pengikutnya yang pada saatnya akan memperkuat  posisinya melalui cara dan  sikap halus.
*Umuk dan Glembuk Sebuah Strategi*
Dalam perspektif politik di tanah air , "glembuk" merupakan sebuah analogi politik transaksional yang melibatkan sebuah proses dengan pemberian janji dan bantuan tertentu ketika bersedia menjadi pengikut dan mendukung pada saat pemilihan dalam memenangkan kontestasi politik.
Pokitik transaksional dengan konsep glembuk pada dasarnya terjadi sebuah transaksi  dalam sebuah posisi dan ada imbal nilai tertentu yang disepakati (wani piro) yang sering digunakan bahasa transaksional.Sementara itu disisi lain Umuk dan Glembuk merupakan sebuah rangkaian dalam melakukan proses mempengaruhi dan mencari dukungan yang dalam aksinya dalam transaksional dengan melakukan sebuah cara halus seolah merendah untuk meningkatkan kualitas.
Dalam budaya masyarakat Jawa (Solo) "Umuk" merupakan representasi sebuah kesombongan dari kelompok elit tertentu.
Umuk, digambarkan sebagai sebuah kekuatan atau sesuatu yang menakjubkan dengan kesombongannya sehingga orang lain merasa bangga menjadi pengikutnya. Kesan kesederhanaan tidak pernah akan ditampilkan karena menjadikan orang lain tidak percaya.
Dengan demikian, tanpa perlawanan seseorang  akan ketakutan sendiri karena menyadari lawannya adalah orang kuat. Masyarakat-pun melihat "kesombongan" itu sebagai sebuah simbol kekuatan yang sulit dilawan.
Hal tersebut dijadikan sebuah alat gertakan agar lawannya gentar sehingga merasa tak tertandingi dan tidak bisa menjadi pemenang dengan melihat kekuatan yang dimiliki melalui umuk dan glembuk.
Hal tersebut terkait dengan upaya untuk membuat kepercayaa (trust) seseorang dengan menunjukkan sebuah kualitas , kekuatan dan  reputasi yang dimiliki melalui umuk dan glembuk sehingga bisa dijadikan sebuah kebanggaan sebagai seorang tokoh yang akan menjadi seorang pemimpin.
Sekalipun demikian, rasanya untuk memperoleh kepercayaan dari masyarakat tidak mudah terkait dengan  kredibilitas yang dimiliki.
Untuk memperoleh kepercayaan dari publik sangat bergantung kepada kiprah yang dilakukan dan bisa diakui  serta dirasakan masyarakat.
Lebih lanjut menurut voaislam, cara ini digunakan oleh orang nomor satu di negeri ini (JoWi) yang mampu menjadi penguasa selama sepuluh tahun denga menggunakan strategi ini untuk memperoleh kepercayaan dari rakyat yaitu dengan syrategi umuk dan glembuk, sehingga bisa memenangkan sebuah kontestasi pemilihan pemimpin negeri.
Umuk dilakukan untuk memberikan kesan rendah hati dan kesederhanaan dalam kehidupan keseharian dan glembuk menjadi sebuah ajian dalam mewujudkan kepercayaan sebagai pengikut dan fanatisme untuk memilih menjadi pemimpin yang merakyat.
Melalui cara umuk dan glembuk keberhasilan JoWi di dukung melalui representasi dengan koalisi sejumlah partai besar. Selain itu sejumlah taipan bisnis yang sering disebut dengan "sembilan naga" mendukung secara total dan menjadi andalan (backbone) dari sisi financial, dengan maksud untuk kelangsungan bisnis dan penguasaan ekonomi yang selama ini sudah nyaman.
Umuk dan Glembuk sebagai sebuah strategi dibuktikan dengan kepura-puraan dengan sikap sederhana, melalukan taktik "blusukan" dan mengunjungi tempat-tempat warga yang kurang berkecukupan dengan membagi sembako yang berdampak mendapatkan kesan oleh warga masyarakat sebagai pemimpin yang merakyat, peduli wong cilik, jujur dan sederhana yang merupakan bentuk pengakuan sebagai pemimpin yang egaliter.
Umuk dan glembuk merupakan sebuah fenomena mencari keperyaan dan simpati walaupun sesungguhnya ada sikap sombong dan ngapusi yang aslinya banyak hal yang tidak sesuai dengan kenyataan. Dalam kenyataannya strategi umuk dan glembuk berhasil dengan kemenangannya menjadi pemimpin disebuah negara yang besar dan kaya akan sumber daya alamnya.
*Kesimpulan*
Sebagai bagian akhir dari pembahasan ini, maka ada beberapa catatan yang merupakan kesimpulan adalah sebagai berikut:
*Pertama* Umuk dan Glembuk menjadi sebuah strategi dalam mempengaruhi pengikut dalam hal ini masyarakat untuk mengakui dan mendukung dalam memilih seseorang menjadi pemimpin.
*Kedua* Umuk dan glembuk bisa digunakan dalam sistem politik traksaksional dengan prinsip menggunakan janji dan imbalan tertentu atau dengan menggunakan istillah "wani piro" dalam bahasa jawa, sehingga didalamnya banyak tekanan dan ada ancaman.
*Ketiga* Umuk dan Glembuk pada akhirnya akan menimbulkan banyak masalah karena secara konsep didalamnya ada unsur ketidak sesuaian antara yang dikatakan, dinyatakan dan dijanjikan dengan kejadian yang sebenarnya yang berdampak kepada kekecewaan dan penyesalan.
(22072025,m@s-b@s)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI