Acara anak-anak di desa yang tidak dapat dilupakan, adalah ketika diadakan bersih desa. Di samping ada kepanitiaan, yang tidak terasa mengharuskan saling sering bertemu membicarakan suatu kegiatan berkaitan dengan kepanitiaan. Pada puncak acara bersih desa, biasanya ada kenduri, yang mengambil tempat kendurian di makam desa. Mereka membawa masing-masing bahan makanan (nasi) yang berujud  gunungan, beserta lauk pauk yang melengkapinya.
    Bagi keluarga mampu, biasanya menyiapkan kendurian dengan porsi makanan yang ditandu dalam kotak, diangkat oleh dua orang.  Isi menu makanan yang dipersiapkan tentu saja lebih lengkap. Pada umumnya pasti ada ingkung ayam jago, gunungan nasi, dengan menu lauk sambel goreng krècèk dan kentang, telur ayam godhog, bihun campur bakmi goreng, ikan asin pethek, kering tempe, irisan tipis telur dadar, dan sebaran kedelai hitam sangrai.
   Porsi makanan kenduri dilengkapi  jajan pasar, yang terdiri: beberapa iris wajik ketan, beberapa iris jadah, beberapa iris gethuk singkong, grubi, apem, roti garut, setakir bubur nasi, dan  setakir jenang sungsum. Ada juga pala kependem: uwi, gembili, gembolo, singkong, tales, garut, ganyong, kacang tanah, dan kentang klici.
    Ada pula dilengkapi pala  kesampar: kedelai godhog,  mentimun, beberapa iris semangka, beberapa iris waluh, dan beberapa  iris melon. Di samping itu bagi yang mampu penyajian kelengkapan kenduri disetakan pula pala gemantung, terdiri: buah kedondong, belimbing, rambutan, duku, pijêtan,  pisang,  kokosan, dan beberapa biji buah nangka.
    Kenangan yang masih diingat saat kendurian sudah diijab kabulkan oleh Modin. Peserta kenduri saling tukar isi makanan dengan peserta lain. Kotak Tandu tempat nasi dan kelengkapan kenduri dari warga yang mampu, menjadi incaran untuk diperebutkan. Kadang terjadi saling lempar makanan dengan peserta lain, untuk meramaikan suasana, sehingga baju bisa berlepotan, namun tidak terjadi keributan yang berarti.
    Malam harinya, puncak haul diadakan pentas Wayang Kulit semalam suntuk, mementaskan suatu lakon dari kisah Maha Bharata atau Ramayana. Para remaja menjadi pramuladi (sinoman), yang mengakrabkan silaturahmi muda-mudi untuk melayani para tamu warga desa yang hadir menyaksikan pentas Wayang.Â
    Inilah gambaran kenangan yang terjadi sekitar tahun 1964-an di suatu desa di Jawa., penuh dengan kerukunan dan kedamaian dengan para tetangga, tanpa diusik oleh benih-benih perselisihan apapun yang berarti..
Wallahu A'lam BisyawabÂ
SukoharjoÂ
Kamis, 16 Oktober 2025.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI