Mohon tunggu...
Sebastian Adi Nugraha
Sebastian Adi Nugraha Mohon Tunggu... -

@bastianadi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengevaluasi Kembali Tujuan Kemerdekaan Kita

17 Agustus 2012   04:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:38 1324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari ini kita merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke – 67 tahun. Hari yang patut dirayakan dengan penuh kegembiraan. Tapi, mari coba kita renungkan sejenak, apakah tujuan dari kemerdekaan kita sudah tercapai, minimal sedang progress menuju ke sana, atau malah semakin jauh dari tujuannya?

"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :

Paragraf di atas adalah kutipan Pembukaan UUD 1945 paragraf keempat, yangmenunjukkan tujuan kemerdekaan Indonesia. Apakah tujuan kemerdekaan sudah tercapai?

Jelas bahwa pemerintahan sekarang belum berhasil melindungi warga negara Indonesia, bisa dilihat jemaat GKI Yasmin yang tidak bisa beribadah di Bogor dan banyak umat Kristiani lainnya yang dibiarkan tidak dapat beribadah dengan layak. Lucu bahwa presiden kita berkoar-koar ke PBB memperjuangkan Muslim Rohingya, padahal rakyatnya sendiri mendapat perlakuan diskriminasi agama. Belum lagi korban lumpur Lapindo yang hak-haknya dirampas oleh seorang pengusaha tamak, apakah negara ini berusaha untuk melindungi rakyatnya dari rongrongan penguasa tamak tersebut? Malah justru si tamak bisa mencalonkan diri menjadi presiden.

Bagaimana negara mau memajukan kesejahteraan umum, bila beras Bulog masih dibeli dari para tengkulak yang menguras para petani? Alih-alih memajukan sektor pertanian, pemerintah membiarkan lahan pertanian kian lama kian sempit untuk pembangunan proyek-proyek para developer. Membiarkan barang-barang impor terus masuk, tanpa memberikan ketrampilan dasar terlebih dahulu kepada para pedagang kita untuk bersaing dengan produk asing.

Mencerdaskan kehidupan bangsa? Tetapi sekolah-sekolah di berbagai daerah dibiarkan reot, sedangkan sekolah di ibukota dibangun begitu megahnya. Dan juga banyak sekolah digusur, demi meloloskan pembangunan ruko-ruko dan sejenisnya. Mencerdaskan kehidupan berbangsa, tetapi menyia-nyiakan ilmuwan-ilmuwan terbaik negeri, sehingga mereka lari ke luar negeri dan melakukan penelitian di sana dan atas modal pemerintah di sana. Belum lagi para politikus busuk yang terus-terusan membodohi kehidupan berpolitik rakyat.

Ikut melaksanakan ketertiban dunia, ya saya rasa Indonesia sudah melaksanakannya dengan baik.

Perdamaian abadi dan keadilan sosial? Heem bisa dilihat gerakan separatis yang masih belum mereda, perseteruan antar agama. Lalu menyangkut keadilan sosial, tapi hukum bisa diperjual belikan, mereka yang kaya seolah kebal dari hukum, mereka yang miskin ditindas oleh hukum. Bagaimana bisa hukuman seorang pencuri ayam lebih lama daripada seorang koruptor yang mencuri uang negara? Belum lagi munculnya berbagai sekolah internasional, yang makin menunjukkan ketidak adilan sosial. Mereka yang kaya bisa mendapat pendidikan yang terbaik, sehinggamempunyai kesempatan untuk mendapat masa depan cerah lebih baik ketimbang mereka yang miskin dan sekolah di sekolah yang bobrok. Kalau ingin keadilan sosial, kenapa pemerintah tidak menyamaratakan standar pendidikan setiap sekolah, dan membiarkan si kaya membayar perbaikkan berbagai sekolah bobrok, dan mensubsidipendidikan bagi mereka yang tidak mampu, daripada untuk membayar SPP RSBI atau sekolah internasional?

Tentunya adalah sebuah dosa besar menyebutkan bahwa negeri ini belum merdeka. Bagi mereka yang menyebut pantas untuk diberi hukuman mati karena mengerdilkan arti perjuangan para pahlawan kita yg mengorbankan harta dan darah mereka untuk kemerdekaan. Bagi saya Indonesia telah merdeka, namun belum mencapai tujuan kemerdekaan-nya.

Tentu saya menyalahkan pemerintah. Negara yang baik dimulai dari seorang Raja yang baik menurut Konfusius. Seorang raja yang baik akan membuat para menteri dan orang-orang di sekitarnya malu untuk berbuat kotor, seorang raja yang bekerja untuk kepentingan rakyat akan menggerakkan para menteri dan pejabat-pejabatnya untuk bekerja untuk kepentingan rakyat juga. Rakyat akan tergerak dan bersama-sama dengan Raja untuk membangun negeri tersebut, maka negara akan kuat, dan rakyat pun hidup makmur. Itulah menurut pandangan Konfusius. Diperlukan seorang pemimpin yang sadar bahwa dia adalah abdi negara dan abdi rakyat, yang mengedepankan kepentingan rakyat, sehingga bisa membawa kita semua tidak hanya kepada kemerdekaan, namun juga kebahagiaan abadi.

Dan bagi kita warga negara, mari kita juga tidak hanya duduk santai dan mengkritik pemerintah tanpa berbuat apapun. Kita semua harus menyingsikan lengan baju kita, bekerja keras untuk pembangunan. Para pemuda, belajar yang tekun raih ilmu setinggi mungkin, gunakan ilmu-mu bukan untuk dirimu sendiri, namun untuk kemaslahatan bersama, untuk bangsa dan negara Indonesia. Untuk para orang tua, bekerjalah dengan keras, sekolahkan anak-anakmu setinggi mungkin, ajarkan nilai-nilai kebajikkan dan rasa bakti kepada negeri . Para pekerja, bekerjalah sungguh-sungguh, agar negeri ini tetap produktif. Para pengusaha, berbisnis lah dengan jujur, dan tidak merugikan negara sepersen pun. Biarlah bisnis mu untuk kemuliaan negara, bukan sekedar untuk memenuhi nafsumu belaka. Seluruh rakyat Indonesia, ingatlah Paragraf ke-empat pembukaan UUD 1945 tersebut, dan dalam kehidupan sehari-hari capailah tujuan-tujuan tersebut berdasarkan apa yang dapat kamu kerjakan. Niscaya negeri ini akan mencapai tujuan kemerdekaannya, negeri ini menjadi negeri yang bahagia, dan sentosa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun