Mohon tunggu...
Sofyan Basri
Sofyan Basri Mohon Tunggu... Jurnalis - Anak Manusia

Menilai dengan normatif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cinta Fiksi Versus Cinta Realitas

18 April 2018   00:35 Diperbarui: 18 April 2018   01:10 1727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh karena itu, saya lebih suka ditolak oleh perempuan. Akan tetapi kemudian, saya bekerja dan berkarya. Yang pada akhirnya membuat perempuan itu menyesal telah menolak saya dengan melihat karya saya.

Saya sering menyebut ini sebagai pembuktian kepada diri sendiri untuk tidak mudah menyalahkan orang lain. Ini lebih kepada refleksi untuk melihat diri sendiri tentang, siapa saya? Jika ini terjawab, maka saya akan memproses jawaban itu untuk berdamai dengan diri saya sendiri.

Kedua, karena saya tidak ingin terjebak dalam fiksi cinta. Kenapa saya bertanya, diawal bahwa "untuk apa Anda memiliki pasangan (pacar) sedangkan arah dan tujuan tidaklah jelas". Jawaban dari pertanyaan ini adalah fiksi bukan realitas.

Yang realitas bagi saya adalah seberapa sering teman-teman mengatakan terima kasih kepada Ibu dan Bapak. Seberapa sering teman-teman mengatakan cinta kepada Ibu dan Bapak. Atau seberapa sering teman-teman peluk Ibu dan Bapak. Atau bahkan, seberapa sering teman-teman membuat tertawa bahagia orang lain disekitar Anda?

Ada yang bisa jawab? Ketika teman-teman menjawab pertanyaan ini, kuucapkan selamat datang dalam dunia cinta yang sebenarnya. Kupikir cinta yang sedang teman-teman bangun bersama pasangan ta itu masih fiksi meski itu tidaklah salah.

Kupikir sudah banyak contoh yang bisa dilihat. Mulai dari kisah Risna yang menangis dipelukan Rais hingga yang terbaru mengenai lagu Balo Lipa'. Jangan sampai teman-teman akan menjadi lakon cinta fiksi selanjutnya. Hahahaha.

Simpulan saya, tidak pernah sekali pun saya menyalahkan orang punya pasangan. Asalkan dengan catatan-catatan, dan kesepakatan-kesepakatan. Jangan menjadi manusia yang terlalu sibuk mencintai yang fiksi, kemudian lupa mencintai realitas. Terima kasih. #akumencintaimu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun