Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tolak HTI dan FPI, Ada Apa dengan (Kota) Semarang?

15 April 2017   18:57 Diperbarui: 17 April 2017   18:42 44149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kombes pol abiyoso dalam pembubaran acara HTI Indonesia dalam Khilafah. sumber;

Aksi deklarasi Front Pembela Islam ( FPI) di Semarang pada hari Kamis malam, 13 April 2017 lalu secara resmi dan massif mendapatkan penolakan warga dan ormas Semarang . Meski enggak kelihatan damai damai banget, pada akhirnya "demi keamanan" pada akhirnya melalui pembicara mereka, Zaenal Abidin Petir, mereka pun ikhlas membubarkan diri. Aksi tersebut di tengahi oleh pihak aparat yang dipimpin langsung oleh Kapolrestabes Semarang,  Kombes Pol Abiyoso Seno Aji.  Abiyoso pun memberikan sedikit amaran tegas, bahwa kehadiran FPI tidak diperlukan ( dan diinginkan) di Kota Semarang. Dan kalau mau mendirikan FPI silahkan di negara lain (saja).

Bagi yang penasaran dengan pembubaran deklarasi FPI di Semarang, bisa simak video berikut ini dengan sumber dari Tribun Jateng .


 Belum lama yang lalu, kegiatan yang mengatas namakan Forum Khilafah Indonesia yang digelar oleh Hizbut Tahrir Indonesia pun juga dibubarkan.Penolakan Organisasi Masyarakat yang (lagi lagi) didukung oleh aparat yang tegas pun meminta acara yang tidak mengantongi ijin resmi tersebut dibubarkan pada saat itu juga. Kembali terlihat penolakan secara tegas oleh Kombes Pol Abiyoso Seno Aji yang memang beralasan dan berdasar. Sebuah kegiatan tanpa ijin dan juga tidak sependapat dengan keinginan warga Semarang pada umumnya mendapatkan reaksi keras.

Seperti sebuah pendapat seorang Ulama, bahwa silent majority pada akhirnya menunjukkan pergerakannya.

Pada intinya, kegiatan yang disinyalir rawan untuk membenturkan satu organisasi berbasis keyakinan dengan keamanan warga Semarang yang gayeng dan plural, tidak dibenarkan untuk ‘hadir’ di Semarang. Ada apa sebenarnya? Di beberapa laman yang sedikit ‘keras’, menyebutkan bahwa Semarang adalah kota yang membenci pergerakan Islam.  Bahkan sampai ada tudingan bahwa di Semarang benih Partai Komunisme Indonesia ( PKI)  tumbuh subur.

Untuk menghadapi tudingan seperti ini, penulis yang kebetulan lahir dan besar di Semarang wajib memberikan satu gambaran yang utuh mengapa peristiwa penolakan bisa terjadi. Cekidot, dengan sebuah pikiran yang terbuka dan kemauan untuk belajar .

“ Ndes, kalau awakmu bukan orang asli Semarang, ya sampai kapanpun gak akan mengerti mengapa SEMUA unsur yang mengedepankan pandangan politik atau keyakinan diatas kepentingan bersama warga Semarang, tidak akan bisa diterima. Bukan hanya satu golongan saja, tapi semua. Wis paham awakmu, Ndes ? “

Seseorang harus memahami latar belakang sosio politik di Kota Semarang . Apabila anda kebetulan adalah seorang Muslim, tentu wajib tahu bahwa penyebaran Agama Islam di Tanah Jawa banyak yang justru masuk dari Kota Bandar Semarang.  Mereka  para pionir syiar yang bahkan masuk sebelum era WaliSongo? Beliau beliau yang melakukan syiar pertama kali di Jawa dan kemudian diikuti jejak mereka oleh WaliSongo.  Disini, jejak dan cikal bakal Islam yang Rahmatan Lil Alamien atau Rahmat bagi seluruh semesta alam beserta isinya diajarkan dan disebarakan tanpa meninggalkan kearifan lokal.

Seperti yang dicontohkan oleh Brandal LokaJaya, yang belakangan lebih dikenal dengan nama Sunan Kalijaga dengan Dasa Pitutur beliau yang menjadi pedoman hidup orang Jawa.

dasa pitutur atau sepuluh petuah Sunan Kalijaga. Sumber: wikipedia
dasa pitutur atau sepuluh petuah Sunan Kalijaga. Sumber: wikipedia
Semarang adalah kemajemukan. Plural.

Bukan berarti warga Semarang justru tidak beriman. Namun sebagai satu catatan penting tentang keimanan adalah : saat seseorang merasa belum tebal atau kurang keimanannya, maka ia tentu tak akan segan untuk terus menerus belajar. Merasa kurang tak mejadikannya lemah, namun justru menjadikan seseorang menjadi lebih tawadhu. Menunduk khidmat sembari belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun