Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ngambek Massal Gara-gara Kyai?

12 Agustus 2018   17:46 Diperbarui: 12 Agustus 2018   19:42 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Semua gamblang terjawab dan harus diakui sangat cantik permainannya. 

Selama ini, perseteruan masih saja terfokus pada Blok Soekarno dan Blok Soeharto. Sebuah rivalitas lama. Siapa yang sanggup kembali mengadu muslim dengan issue PKI selama ini? Siapa yang juga mampu menggerakkan seorang Rizieq Shihab dan pasukannya, membuat seorang Anies Baswedan yang dulu saya kagumi seperti tak sanggup melakukan apa apa? 

Dan kemudian sembari jalan  membangkrutkan seorang Prabowo dengan terus menerus mengkompori ego nya  dan pada akhirnya mengunggulkan seorang Uno ? Ini semua adalah proses. Dan yang paling nyata dan gampang terlihat ya seorang Memo tiba tiba manut itu apa lagi kalau bukan kesana?

" Bro, kamu salah. Buktinya mereka hanya berpartai tapi tidak mencalonkan diri sendiri "

 Dengan pengalaman mereka yang cadas dan waktu yang cukup, mereka strategis melakukan hal hal itu dibawah hidung kita. Dari mulai infiltrasi, foreplay dan perjalanannya, terlalu cepat lah kalau harus mengakhiri disini. Toh kita masih belum lepas dari generasi Orde Baru kan? Butuh satu generasi lagi yang lambat laun dapat membalikkan sejarah. 

Mengubur luka luka lama. Lantas kemudian bangkit dengan sedikit bersih saja sudah cukup. Toh mereka juga sejatinya banyak berkontribusi atas kebaikan di Negara ini kok. Tak melulu negatif. Kuncinya cuman jangan terlalu malas membaca atau melulu selalu terbawa apa yang di sodorkan oleh media saja. 

Karena kenyataanya, positif atau negatif berjalan bersama sama. Dan positif atau negatif, masih saja berbentuk opini di negeri ini. Bukan atas dasar fakta atau statistic. Masih dalam pembentukan opini.  Disini, kita perlu dicerdaskan. 

Lantas kemudian bagaimana dengan mereka yang mak jegagik ngambek atas pencalonan Sang Kyai kemudian memilih golput?  Ya secara pribadi sih sulit buat menilai ya, secara gamblang akan bilang ya mereka terlalu terjebak akan sebuah melankolis romantis akan sebuah perjuangan.

Terlalu telenovela menurut saya sih, dan pendendam. 

Merasa membela seorang Ahok, tapi terlalu malas untuk bersikap seperti layaknya kesatria dan meneladani dirinya.  Gak bisa ngomong, karena disisi keimanan yang dianut kebetulan banyak juga model seperti ini : Demen ame ayat perangnye, tapi  ente malas meneladani para penerus Rasulullah SAW  yang halus, santun dan mempunyai adab yang baik.  Dan para pendombleng Khilafah jangan mimpi ya ngedukung lapak sebelah tapi nanti gak akan ditinggalkan juga. Antum pikir Prabowo bukan seorang yang Nasionalis? Mikir, Tum , mikir ! 

Jadi mau golput atau enggak juga gak masalah, karena itu sikap. Ada yang bisa militant , tapi ada juga yang punya karakter lebih cocok di dapur umum. Dan meski di dapur umum sekalipun, giliran dapet kerja sedikit berat atau tangan nya keiris trus ngambek?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun