Padahal dengkul asli rada ketarik juga waktu narik motor yang sepertinya kian hari kian berat ini. Â Biar rekoso asal 'rodo' songong dikit lah.Â
Standar baik, tidak, itu rancu. Secara pribadi punya keyakinan bahwa mereka mereka yang berani punya kepribadian dan tampil apa adanya, pada akhirnya adalah orang yang lebih menikmati hidup. Karena dengan segala kelebihan dan kekurangan nya, mereka dapat berdamai dengan keadaan.
Bicara kapitalis, kalian dengan media sosial yang tampak simple dan lagi lagi berawal dari start up ini ternyata bisa menemukan cara yang efisien, efektif untuk beriklan sebuah produk. Kalian gak ngerti sih, gimana satu ruangan meeting bisa jadi perang hanya gara gara memikirkan bujet yang njlimet untuk beriklan. Justifikasi demi justifikasi. Presentasi gulung koming untuk pembelanjaan bujet beriklan yang tepat guna dan 'nendang'.
Itu juga masih dengan segala resiko bahwa ide yang tampak cerdas dalam beriklan itu gak akan lama. Belum tentu efektif karena selalu ada faktor XX lain yang berpengaruh. Kalian dengan jelinya, dan murah, bisa mempromosikan sebuah produk secara tepat. Banyak sih yang terlalu mainstream produknya pada akhirnya. Namun secara hitungan bisnis kapital yang dikeluarkan pun tak terlalu besar. Smart. Ini satu contoh penggunaan media sosial yang keren, apik dan ciamik.Â
Belum lagi bicara blogging atau bisa berdiskusi dan mengunduh dan bertukar pikiran dengan interaksi secara langsung dan nyata seperti sekarang ini. Jaman dulu pake perangko, Cuy ! Nungguin majalah Hai dateng aja rasanya lamanya minta ampun tau gak? Â Gimana mau cepet gaul? Use social media wisely. Kalau kata mbah Marley, Emancipate Yourself From Mental Slavery, None But Ourself Can Free Our Mind "
Bicara Sumpah Pemuda. Bicara Indonesia. Â Seorang Doktor dalam Mechanical Engineering berkebangsaan Polandia pernah secara jujur bertanya apa dan bagaimana sistem pendidikan di Indonesia. Dia bilang bahwa dia kagum dengan kepandaian elektrikal dan mekanikal support engineer dari Indonesia. Dengan usia yang masih muda muda, tekun, kemampuan sudah diatas rata rata ketimbang kolega mereka yang konon melalui pelatihan dan pendidikan yang lebih mendalam. Eropa sedang mengalami kemunduran dan Asia kembali terlihat bersinar.
Nah disini, penulis sekedar berusaha mengingatkan pada yang muda, jangan pernah lupa jatidiri kita yang sebenarnya. Saat arkeologis dan penemuan baik lama maupun terbaru mereka sekarang ini masih banyak terkagum kagum dengan bagaimana majunya peradaban, kebudayaan kita yang dulunya bernama Nusantara. Sebuah kultur, budaya yang bukan kuno ayau malah norak sebetulnya. Banyak filosofi hidup maupun teknologi yang sudah maju pada saat itu, dan apabila kita" mau" untuk menggabungkannya dengan cara berpikir dan kemudahan teknologi yang sekarang tersedia, kita akan kembali menjadi satu bangsa yang besar.
Mau bukan bisa ya. Karena sudah pasti bisa, tinggal kemauan saja.
Mumpung momennya sudah tepat. Abaikan rame rame atau huru hara 'skala kecil' yang tampak terlihat. Fokus pada kerjasama. Jangan lupa pada akar dan satu omongan yang tampak kuno "bersatu kita teguh bercerai kita runtuh" . Jalankan Pancasila, bhinekka tunggal ika ala one tough smart geek. Â Jangan sekedar merasa Soekarnois, tapi lupa dengan kata kata beliau. Jangan cuma bilang " Beri aku sepuluh pemuda akan kuguncang dunia ". Â Satu pemuda Indonesia aja bisa mengguncang jaringan kok.
Hacker Indonesia tuh contohnya?