Mohon tunggu...
Basis Kata
Basis Kata Mohon Tunggu... Mahasiswa - "Tetaplah membumi dengan tulisan yang melangit"

Sebuah persepsi kiranya akan mati dan tak berguna jika tidak diabadikan maupun dibagikan ke sesama makhluk hidup. Maka dari itu melalui setiap tulisan, sejatinya persepsi itu akan terus abadi pun demikian dengan penulisnya. Menulislah agar kau tetap terus ada🌹 Tentang makhluk yang ingin abadi dalam tulisannya. Bernama lengkap Syahrul Gunawan lahir di Bontang, 10 Maret 1999. Beralamat di Ralla, Kab. Barru dan saat ini berdomisili di Jl. Andi Djemma, Lr. 5C, Kota Makassar. Menempuh pendidikan di SDI Kompleks Ralla (2005-2011), SMPN 1 Tanete Riaja (2011-2014), SMAN 5 Barru (2014-2017), S1 Manajemen FEB UNM (2017-2022).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menghindari Karantina Nalar dengan Kegiatan yang Produktif

12 Maret 2021   12:28 Diperbarui: 12 Maret 2021   12:28 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang kita ketahui bersama dampak dari pandemi Covid-19 ini mengakibatkan seluruh aktifitas sehari-hari seperti bekerja, belajar bahkan ibadah dialihkan di rumah demi memutus mata rantai penyebarannya. Hal ini dikarenakan proses penularan virus ini begitu cepat. Selain itu, pemerintah juga menghimbau masyarakat untuk menerapkan physical distancing, rajin mencuci tangan dan menerapkan pola hidup sehat.

Sudah kurang lebih 1 bulan semenjak diberlakukannya study from home, tak terkecuali bagi mahasiswa. Perkuliahan kini diakukan secara daring, tidak ada lagi tatap muka langsung dengan dosen. Waktu mahasiswa kini lebih banyak dihabiskan dengan gadget ataupun laptop masing-masing dalam menunjang perkuliahan daring ini. Beban pikiran semenjak kuliah daring dirasa semakin menumpuk, salah satu penyebabnya ialah tugas yang seringkala diberikan oleh dosen overdosis. Bayangkan semisal dari 7 mata kuliah dalam seminggu, masing-masing dosen memberikan tugas, sampai-sampai ada yang beranak cucu. Membayangkannya saja sudah membuat kepala pusing. Hal tersebut bisa saja mengakibatkan daya imun tubuh kita menurun. Alih-alih terhindar dari Covid-19, justru membuat kita semakin rentan terpapar virus tersebut, bahkan lebih parah lagi kita malah diserang penyakit yang lain. Perkuliahan daring tak ubahnya kerja tugas daring semata. Tidak ada dialog interaktif antar dosen dan mahasiswa, komunikasi terkesan hanya satu arah saja tanpa adanya umpan balik dari dosen.

Kondisi tersebut diperparah jika di tempat tinggal mahasiswa, jaringan internet kurang bersahabat. Belum lagi beban kuota yang ditanggung oleh mahasiswa sendiri. Mahasiswa menjadi donatur kampus, kewajiban membayar UKT/SPP semester ini tak sebanding dengan hak yang mestinya didapat. Sudah sepatutnya setiap kampus memperhatikan hal ini, entah memberikan kompensasi berupa bantuan kuota bagi mahasiswa, pemotongan biaya UKT/SPP semester ini atau di semester depan. Ini menjadi kewajiban kampus memfasilitasi mahasiswanya dengan penyediaan sarana dan prasarana demi menunjang perkuliahan daring ini. Apalagi mahasiswa tidak menggunakan ruang kelas dan fasilitas kampus untuk perkuliahan.

Dalam situasi ini, bukan hanya raga kita saja yang dikarantina, tapi nalar bisa saja ikut dikarantina jika terlena oleh gravitasi kasur tempat tidurmu. Rebahan memang menjadi salah satu dari dua hal yang paling digandrungi dalam kondisi seperti ini, selain tidur. Jangan sampai lupa dengan peran dan fungsi mahasiswa, kita punya tanggung jawab moral terhadap keberlangsungan negara berkembang ini. Misalnya, ada Omnibus Law yang sedang menjadi candu bagi anggota dewan untuk segera mereka sahkan dengan memanfaatkan situasi yang pelik ini. Ekonom Faisal Basri mengatakan bahwa pemerintah Indonesia telah salah langkah dengan membuat Rancangan Undang-Undang Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja, yang dinyatakan sebagai cara untuk memperlancar investasi. Menurut Faisal, alih-alih membuat regulasi yang akan mengorbankan pekerja, seharusnya pemerintah mengatasi kendala utama dalam berinvestasi, yakni korupsi.

Omnibus Law virus yang lebih mematikan daripada Covid-19

Tentunya kita tidak bisa tinggal diam saja bukan? Maka dari itu, ayo ambil gadgetmu lalu mulailah menonton drama korea atau anime hentai. Pers*tan dengan Omnibus Law! Siapa peduli jika rakyat dikibuli oleh anggota dewan yang buta dan tuli? Adegan seperti ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang berpengalaman yang tenggelam dalam kemunafikan dan keegoisan diri. Bukan seperti itu mahasiswa 1998 dalam meruntuhkan rezim orde baru. Soe Hok Gie pun akan menangis melihat itu.

Lalu, apa yang harus dilakukan? Turun ke jalan sambil berorasi? Tapi kan, ada Covid-19 yang mengintai, kita juga dilarang berkerumun apalagi aksi. Sekali lagi, ambil gadgetmu dan buat propaganda media, hentikan sejenak menonton drama korea atau anime hentai, ada rakyat yang butuh pertolonganmu. Jangan karena kamu sudah dicap jadi pahlawan dengan tinggal di rumah saja sambil rebahan memutus mata rantai penyebaran Covid-19 kamu pura-pura buta dengan ini semua. Nampaknya, nalarmu juga dikarantina. Mari manfaatkan kecanggihan teknologi, jangan malah kamu yang diperalat olehnya. Tetap kawal rakyat dari rumah saja melalui gadgetmu, jangan berhenti melawan penindasan hanya karena tak bisa keluar rumah, dunia kini berada di genggamanmu! Coba mulai ikuti kabar-kabar mengenai Omnibus Law atau hal-hal lain yang membahayakan rakyat ke depannya melalui sosial media. Jangan bungkam! Lawan dengan propaganda media yang berkualitas dan menarik, trending-kan agar pemerintah melihat bahwa rakyatnya sedang ditusuk dari belakang oleh kepentingan birokrat licik. Sama seperti UKT/SPP semestermu yang sia-sia ini, kamu juga harus menuntutnya. Rakyat kecil sudah sangat sengsara dengan adanya Covid-19 ini banyak karyawan yang di-PHK dan di rumahkan sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya ditambah lagi kalau saja Omnibus Law RUU Cipta Kerja disahkan, sulit membayangkannya. Manusia mana yang tega melihat sesamanya menderita?

Kebanyakan dari kita hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang sia-sia selama pandemi ini. Tapi tidak sedikit juga yang mengisi waktunya dengan kegiatan yang produktif, salah satunya membaca tulisan ini. Mengawal isu Omnibus Law dan menuntut hak atas UKT/SPP semester juga termasuk kegiatan yang produktif. Kemudian ada juga yang melakukan kegiatan produktf dengan bereksperimen membuat Dalgona Coffee dengan cara menggocoknya dengan sendok padahal bisa dengan mixer atau blender, bahkan menyusun meisis ceres dengan sangat rapi dan penuh nilai estetika di atas roti tawar. Sungguh produktif kegiatan itu, karena melatih fokus, kesabaran dan konsentrasi kita. Seperti kata Bill Gates, "Mempertahankan fokus adalah kunci sukses. Anda seharusnya memahami bidang kompetensi Anda, keterampilan Anda, dan menghabiskan waktu serta energi Anda di sana". Barangkali inilah keterampilan yang kita punya dan kita berkompeten di bidang ini, jangan berhenti kawan, fokus habiskan waktumu yang sia-sia dengan hal-hal tersebut. Kegiatan seperti itu tidak salah, tapi harus dikurangi kadar kecanduannya agar tidak terkerangkeng dalam lingkaran kebodohan.

Temukan dunia baru dalam setiap lembarannya

Lalu pelarian seperti apa yang lebih produktif? Coba cek kamarmu siapa tau ada buku yang pernah kamu beli tapi belum sempat untuk dibaca atau ada buku yang ingin kamu baca kembali. Membaca buku menjadi hal yang produktif di masa pandemi ini, kekuatan buku harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Ragamu boleh saja dikarantina tapi nalarmu jangan, kamu tetap bisa menjelajahi pelosok dunia dengan buku, karena buku adalah jendela dunia. Tentu kita tidak asing dengan perkataan Mohammad Hatta, "Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas." Selain itu, hal yang lain bisa kita lakukan adalah menulis, sekaranglah waktunya untuk menuangkan segala buah pikir kita yang tak sempat tertuang dalam secarik kertas melalui perantara tinta pulpen. Segera ambil pulpen dan kertas, lalu menulislah. Barangkali kamu dapat melahirkan sebuah buku selama pandemi ini.

Kegiatan lain yang juga produktif yakni tetap menjaga kondisi tubuhmu agar tetap fit dengan berolahraga. Selain itu juga dapat meningkatkan imun tubuh kita. Mulailah dengan push up bukan push rank. Kurangi intensitas bercumbu mesra dengan gadgetmu apalagi dengan kasur. Jangan jadikan pandemi ini alasan untuk bermalas-malasan. Seperti kata Merry Riana, "Jangan sampai kita keenakan jadi kaum rebahan, kita harus bisa berpikir untuk produktif." Dan jangan lupa tetap beribadah walau di tengah kondisi seperti ini, justru dengan pandemi ini bisa kita pergunakan untuk semakin memperkuat iman kita karena terdapat banyak waktu luang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun