Kenapa LPG Sering Susah Didapat?
Kebijakan konversi dari minyak tanah ke LPG telah bergulir beberapa tahun yang lalu. Saat ini peredaran minyak tanah telah sulit ditemui karena tidak lagi memperoleh subsidi dari pemerintah. Pun dengan penggunaan kayu bakar, sudah tidak umum lagi, cenderung dipandang merusak lingkungan, meski tak jarang masyarakat masih menggunakan kayu bakar untuk hajatan tertentu yang sifatnya berskala besar.Â
Namun tak jarang terdengar riak informasi baik melalui media sosial, berita-berita media massa, dan bahkan ketika saya mengunjungi kampung halaman, pada kesempatan lain juga mendengar informasi susahnya masyarakat memperoleh LPG, khususnya yang tabung 3 kg-an sebab tabung ini yang mayoritas digunakan oleh masyarakat, terlebih masyarakat menengah ke bawah.Â
Saya pun bertanya pada diri sendiri "Kenapa LPG sering susah diperoleh?" Saya pun mencoba mencari informasi di berbagai media sosial, media massa dan pusat informasi elektronik lainnya. Berbagai informasi menyebutkan bahwa langkanya LPG dikarenakan meningkatnya permintaan warga seiring dengan banyaknya permintaan warga karena menggelar hajatan.Â
Bahkan anehnya kelangkaan LPG masih terjadi ditengah pandemi Covid 19 padahal masyarakat dilarang menggelar hajatan dimasa pandemi. Hal tersebut terekam dari banyaknya laporan kelangkaan LPG di masyarakat sehingga menuntut DPR RI meminta Pertamina atasi kelangkaan LPG ditengah pandemic sebagaimana diberitakan beberapa berita media massa.
Saya pun penasaran ingin mengetahui langsung apakah benar LPG susah didapat? Pagi ini saya juga bertemu dengan seorang ibu pedagang kelontong di kampung kami.Â
Saya pun bertanya "kenapa sekarang Gas 3Kg-an susah ya Buk?" beliau menjawab "Soalnya agen Gas nya membatasi pembelian mas karena katanya memang dari atas ada pengurangan gas" saya kembali bertanya "ibu dapat stok berapa setiap minggu buk?" Beliau menjawab "saya dapat hanya 15 tabung mas, itupun tidak bisa lebih.Â
Makanya saya tidak menjual LPG kepada selain pelanggan saya. Selain karena kasian, saya juga menggunakan tabung mereka untuk bisa langganan ke agennya mas sebab saya bisa menjadi sub agen jika memiliki minimal 15 tabung 3 kg an". Saya hanya mengangguk saja mendengar penuturan ibu tersebut.
Kelangkaan tabung LPG 3kg an yang sebelumnya disebut karena banyaknya permintaan masyarakat karena hajatan sepertinya kurang kontekstual lagi sebab di samping karena pandemi, juga karena adanya proses penimbunan secara tidak langsung dari para pengecer LPG sebab terbatasnya stok yang mereka terima dari para agen.Â
Saya kemudian berfikir "Benarkah LPG 3kg itu untuk rakyat miskin?" adakah sistem pengawasan yang ketat dari pemerintah setempat terkait penggunaan LPG? Jangan-jangan kelangkaan LPG yang sering terjadi karena banyaknya pelaku usaha menengah dan industri besar yang turut menggunakan LPG Subsidi rumah tangga? Pertanyaan ini belum sepenuhnya saya bisa menjawab.Â
Namun saya terbersit fikiran kenapa tidak menggunakan briket? Jika briket menimbulkan polusi, bukankah itu hanya berlaku bagi masyarakat di perkotaan, sementara masyarakat pedesaan tidak ada masalah karena rata-rata rumah di desa memiliki ruang terbuka yang cukup luas dari pada orang kota?