Mohon tunggu...
Bart Mohamad
Bart Mohamad Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang 'backpacker' yang berkelana di bumi Eropa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Destinasi Kembara: China Selatan

14 Juni 2013   13:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:02 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_267729" align="alignnone" width="640" caption="Trnasit di Bandara Suvarnabhumi sebelum ke Shenzhen (Foto: BM)"][/caption] Jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa, pengalaman saya 'backpacker' ke negeri tirai bambu lebih menantang. Bahasa adalah masalah pokok yang sangat menyulitkan. Tetapi karena minat melihat dunia lain, saya menghadapinya dengan kesabaran. Hari-hari yang kita lalui juga selalu berubah-ubah. Keunikan dan keragaman ini sering mematangkan kita untuk menghadapi hari-hari berikutnya. Perjalanan selama 12 hari di negeri beton ini penuh dengan pengalaman suka, duka dan kadang-kadang lucu. Perjalanan yang cukup panjang dan membutuhkan stamina yang tidak sedikit. Tidak seperti petualangan sebelum ini, persiapan saya sangat sederhana. Hanya memesan tiket pesawat pulang pergi dan hotel hari pertama ketika sampai dan yang lainnya hanya takdir yang menentukan. Saya mulai dari Bangkok dengan naik pesawat ke Shenzhen dan kemudian naik kereta ke Hong Kong dan selanjutnya menaiki kapal ke Makao. Dari Makao saya naik bus cepat ke Guangzhou melalui Zhuhai dan kemudian naik kereta ke Shenzhen. Total perjalanan darat adalah 300 km tidak termasuk jalur laut. [caption id="attachment_267730" align="alignnone" width="484" caption="Peta perjalanan di China Selatan (Foto: BM)"]

13711901752074488310
13711901752074488310
[/caption] Tidak banyak yang berani mengeksplorasi Cina secara 'backpack'. Banyak yang saya temui lebih senang dengan paket travel yang murah dan mudah. Saya tidak suka dengan paket travel lebih-lebih lagi di Cina karena selain terikat dengan jadwal, kita sering dibawa ke toko-toko penjualan yang mahal. Ini karena tourist guide mendapat komisi untuk setiap barang yang dibeli oleh wisatawan. Sebab itu harga paket travel ke China murah dan meriah karena telah didanai oleh toko-toko yang berpartipasi dalam paket itu. Pengalaman saya mengikuti paket travel pertama kali di Beijing beberapa tahun lalu. Saya cukup bosan dengan 'itinerary' yang hanya berbelanja. Di Great Wall, waktu yang diberikan hanya 1 jam tapi di toko sutra, mereka berhenti selama 3 jam. Saat menaiki Great Wall, saya berjalan sampai ke puncak dan memakan waktu yang lama. Saya dimarahi oleh tourist guide karena telat. Hari terakhir saya memberitahu 'tourist guide' saya tak mau ikut 'itinerary' paket travel karena dia akan membawa saya ke tempat penjualan obatan tradisional Cina dan satu lagi tempat penjualan kain sutra. Saya bisa jalan sendiri. Dia tidak puas dan memberikan seribu alasan tidak mengizinkan saya berjalan sendiri. Ia mengatakan, keamanan saya dibawah tanggungjawabnya dan jika terjadi hal-hal yang tidak baik akan menyusahkan mereka. Tetapi saya tetap dengan pendirian saya dan akhirnya dia mengalah. Saya juga memberitahu dia, uang untuk makan dan minum saya untuk hari itu, ambil saja sebagai tips. Itulah pengalaman yang menyebabkan saya tidak menyukai paket travel. [caption id="attachment_267732" align="alignnone" width="640" caption="Foto lama ketika mendaki hingga ke puncak Great Wall di Badaling (Foto: BM)"]
13711902201555262457
13711902201555262457
[/caption] Oleh karena itu, saya lebih senang menjadi backpaker untuk tujuan kali ini. Menantang diri untuk menikmati negara beton dari perpekstif yang berbeda. Saya telah siap dengan segala kemungkinan dan tantangan. Memang banyak yang harus dilalui karena di Beijing suatu ketika dahulu masalah komunikasi antara yang serius. Ketika saya berjalan sendirian di kota Beijing setelah tidak mau ikut 'itinerary' tourist guide, berbagai masalah saya lalui untuk berkomunikasi. Yang paling meninggalkan nostalgia dalam hidup saya adalah saat mau naik taksi balik ke hotel. Jam sudah pukul 10.30 malam dan saya menunggu taksi di depan Hotel Crown Plaza di pusat berbelanja Wanfujing. Semua taksi disitu tidak mau mengirim saya pulang ke hotel dan mereka mengatakan tidak tau lokasi hotel yang saya katakan. Untungnya saya membawa peta kota Beijing dan setiap kali berbicara dengan sopir taksi, saya akan membuka peta menunjukkan lokasi hotel. Tapi jawaban yang saya terima kebanyakkanya adalah 'meiyou' alias tidak. Ada sesetangah sopir menunjukkan sinyal lokasi itu jauh dan tidak menguntungkan mereka. Memang benar, lokasi Wanfujing di Ring Road 1, sedangkan hotel saya di Ring Road 4 yaitu jalan yang sama menuju Stadion Olimpiade Beijing. Mereka harus melintasi 3 ring road untuk sampai dan mungkin tidak ada penumpang untuk perjalanan pulang nanti. [caption id="attachment_267733" align="alignnone" width="640" caption="Di pusat berbelanja Wanfujing, Beijing (Foto: BM)"]
13711902751104541814
13711902751104541814
[/caption] Setelah berbicara dengan 5 sampai 6 orang sopir taksi, akhirnya, saya menuju ke sebuah taksi yang agak tua. Mungkin model tahun 80-an dan ketika itu sopirnya sedang berdiri disisi taksinya sambil merokok menunggu penumpang. Saya pergi kepadanya dengan terus membuka peta dan ditempatkan di boot mobilnya. Saya menunjukkan lokasi Wanfujing dan kemudian menunjukkan lokasi hotel tujuan saya di peta. Sopir itu ragu untuk setuju dan jam saat itu sudah hampir 11.30 malam. Mungkin kasian melihat saya, ia beresetuju mengirim saya pulang dengan taksi tua dengan tarif argo. Hampir 12.15 malam saya sampai di hotel dan tarif argonya hanya 35 yuan tetapi karena kebaikan sopir itu, saya membayar 5o yuan kepadanya. Itulah antara cebisan pengalaman di Cina. Tetapi perjalanan yang saya lalui kali ini memberi pengalaman yang tidak sedikit dalam misi pertualangan saya meilhat dunia. Bersambung ...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun