Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Photographer, Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pasar Ngasem "Surganya" Kuliner Lokal Khas Yogyakarta

27 Desember 2023   10:00 Diperbarui: 28 Desember 2023   15:11 1283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Biasanya, setiap kali traveling ke luar kota atau ke luar negeri, hal wajib yang sering gue lakukan adalah explore ke tempat-tempat yang ramai dikunjungi berkat rekomendasi dari orang-orang atau media sosial. 

Sampai ke tempat yang hidden gem alias jarang atau tempat yang masih langkah dikunjungi orang. Bahkan blusukan ke pasar-pasar tradisional pun kerap gue lakukan.

Meski sudah berkali-kali datang ke Yogyakarta tapi ada saja tempat yang layak untuk dikunjungi karena memang tidak mengecewakan. Seperti Pasar Ngasem. Sebenarnya pasar ini sudah lama banget keberadaannya. Bahkan disebut-sebut sebagai salah satu pasar tradisional tua yang berada di kota Jogja.

Datang ke pasar ini pun tanpa disengaja. Kebetulan usai berlari pagi sejauh 10 kilometer mengitari beberapa kawasan Jogja, seketika kaki berhenti ketika membaca plang bertuliskan "Pasar Ngasem". Kebetulan energi sudah terkuras habis saat berlari. Gue dan teman-teman pelari pun mencoba menyambangi pasar ini.

Saat masuk ke kawasan pasar, kami disambut dengan patung Mbak Jamu yang berdiri kokoh beberapa langkah setelah memasuki area Pasar Ngasem. Sempat berpikir, apakah pasar ini dulu identik dengan pasar penjual aneka jenis jamu. Eh, ternyata keliru. 


Pasar ini justru sebelumnya terkenal dengan julukan pasar Burung. Pasar yang sudah berdiri sejak tahun 1809 ini dipenuhi dengan kandang-kandang burung. Setiap orang hendak mencari aneka jenis burung maka datangnya ke Pasar Ngasem. Hampir semua kios terlihat kandang-kandang burung bergelantungan.

Pasar Ngasem. (Dokumentasi pribadi)
Pasar Ngasem. (Dokumentasi pribadi)

Tapi, sejak tahun 2010, pasar ini berubah fungsi menjadi pasar tradisional yang menjual kebutuhan pokok sehari-hari. Lalu, para pedagang burung pun dipindahkan ke Pasar Satwa dan Tanaman Hias yang ada di Jalan Bantul.

Dengan pakaian olahraga berpeluh keringat yang masih melekat di badan, kami mulai menjelajahi satu persatu kios yang ada di Pasar Ngasem. Rata-rata menjual aneka jajanan tradisional juga lauk pauk yang bisa dimakan di tempat. 

Semakin masuk ke dalam pasar gue semakin antusias melihat deretan jajanan yang benar-benar membalikkan memori ke masa kecil sering dibelikan jajanan pasar oleh ibu setiap kali pulang dari pasar. Kuliner lokal yang autentik jajanan tradisional seperti inilah yang selama ini gue cari.

Meski masih pagi, Pasar Ngasem sudah ramai dikunjungi orang terutama para penggiat olahraga. Mulai dari komunitas sepeda, komunitas lari juga pencak silat. Semua ngumpul untuk mengisi amunisi yang sudah dibuang melalui keringat. Mereka juga tampak antusias dengan pilihan mereka. 

Sama halnya dengan gue yang tidak biasa makan "berat" di pagi hari, akhirnya gue memilih jajanan tradisional seperti aneka jenis kue-kuean yang beraneka ragam. 

Mulai dari kue cucur, kue apem beras, lupis, ketan, cenil, tiwul dan getuk. Sebenarnya banyak banget cemilan yang menggugah selera hanya saja takut hanya sebatas lapar mata tapi perut sudah tidak sanggup menerimanya. Untuk masing-masing cemilan dibanderol mulai dari harga Rp3500-an. Selebihnya tergantung berapa banyak kamu membelinya.

 (Dokumentasi pribadi)
 (Dokumentasi pribadi)

Sementara teman-teman gue yang memang harus mengganjal perutnya dengan makanan berat, rela ngantre di depan warung-warung makan yang menyediakan aneka jenis makanan rumahan fresh from the oven. Benar-benar diolah langsung di tempat. 

Mulai dari sayur lodeh, daun pepaya, sayur brongkos, sayur bobor. Juga aneka lauk pauk lainnya seperti mangut lele, aneka jenis ikan yang goreng sambel, ayam goreng, bacem dan banyak jenis lainnya. Semua benar-benar menggugah selera.

Selesai memilih makanan kami sama-sama mencari minuman yang lokasinya juga masih di sekitaran penjual lauk pauk. Mulai dari teh manis, es teh manis, wedang jahe, wedang ronde, kunyit asam sampai minuman tradisional lainnya. 

Makanan kami bawa ke gazebo yang ada di bagian belakang pasar. Ada beberapa tempat yang bisa dipakai untuk menikmati kuliner di Pasar Ngasem. Beberapa gazebo, serta tempat duduk-tempat duduk yang dibuat secara permanen. Kami pun menikmati asupan pagi dengan lahapnya. 

Bentuk dan rasanya memang tidak bisa bohong. Semua menggugah selera. Soal harga juga dibanderol benar-benar harga pasar. Tidak ada yang mahal. Semua masih terjangkau.

ADA PANGGUNG MINI

 (Dokumentasi pribadi)
 (Dokumentasi pribadi)

Di Pasar Ngasem juga terdapat panggung mini yang sering dipakai untuk panggung hiburan seni dan budaya yang dinamakan Plasa Ngasem. Bahkan, di pagi hari juga sering dipakai untuk orang berolahraga. Seperti ketika gue dan teman-teman berada di situ, segerombolan pria dan wanita berusia mungkin di atas 60 tahunan sedang melakukan olahraga senam taichi. 

Usai komunitas lansia melakukan olahraga, giliran anak-anak sekolah mengenakan baju adat Jawa sedang mempersiapkan diri untuk menggelar pertunjukan di Plasa Ngasem itu. 

Menurut informasi yang gue dapat, panggung tersebut memang sering dipakai untuk pertunjukan apa saja. Bahkan, sebelum pandemi hampir setiap hari ada pertunjukan di Plasa Ngasem.

Di bagian belakang panggung panggung terlihat jelas bangunan kuno Pulo Kenanga Tamansari. Karena akses untuk ke objek wisata Taman Sari memang bisa diakses dari arah belakang melewati rumah-rumah warga. Jadi, Pasar Ngasem memang sangat dekat dengan Taman Sari bahkan masih bagian dari Taman Sari.

 (Dokumentasi pribadi)
 (Dokumentasi pribadi)

Ketika sedang asyik menikmati kudapan yang kami beli, tidak lupa pengamen silih berganti datang menghibur dengan berbagai jenis genre musik. Ya, lumayanlah menikmati hidangan pagi ditemani alunan lagu dari pengamen Jogja.

Tidak mau melewatkan kesempatan saat berada di Pasar Ngasem, setelah kudapan yang gue beli ludes, seketika gue berdiri untuk mengitari kios-kios penjaja jajanan pasar lainnya. Kue lapis, ondel-ondel, klepon dan es dawet menjadi santapan berikutnya.

Pokoknya Pasar Ngasem benar-benar hidden gem yang bakalan gue datangi lagi dan lagi jika sedang berkunjung ke Jogja. Enak tenan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun