Â
 Sepertinya, inilah kali pertama gue mendaki gunung dengan kelelahan yang super duper melelahkan. Meski, yang namanya mendaki gunung tidak ada yang tidak lelah. Tapi, kali ini gue benar-benar merasa kelelahan sampai keubun-ubun. Atau, karena gue kurang enjoy saat pendakian kali ini? Hmmm, sepertinya nggak juga. Soalnya, sejak tiba di basecamp Sumber brantas hingga sampai pendakian, gue merasa enjoy-enjoy saja. Â
Oke, gue akan bercerita tentang pengalaman terakhir mendaki gunung yaitu Gunung Arjuno dengan ketinggian 3,339 Mdpl. Gue mendaki sekitar bulan Mei 2023 lalu, tepatnya, usai Lebaran. Kebetulan, teman-teman pendaki bisa mendaki setelah Lebaran. Kalau disaat Lebaran mendaki, bisa-bisa nama mereka dicoret dari kartu keluarga.
Anyway,
Gue mendaki gunung Arjuno bersama beberapa teman pendaki. Jadwal mendaki tanggal 5 sampai 7 Mei 2023. Pendakian kali ini kami tidak ikut OT alias Open Trip, melainkan SC alias Sharing Cost. Artinya, selama pendakian, kita sharing belanja kebutuhan selama pendakian. Cara ini sebenarnya jauh lebih hemat dibandingkan ikut OT. Karena SC tidak mencari keuntungan melainkan meringankan beban sesame pendaki.
Dari Jakarta, tanggal 4 Mei, gue berangkat naik kereta naik kereta. Jarak tepuh 14 jam membuat gue bener-bener hamper mati gaya di dalam kereta. Asli, membosankan banget! Nyampe kota Malang tanggal 5 Mei pagi. Dari Stasiun kereta Malang kami lanjut naik angkot ke Basecamp di Sumber brantas. Â Basecamp Sumber Brantas berada di perbatasan antara Kota Batu dan Kab Mojokerto. Sempat ada drama juga antara supir angkot yang kami carter. Dia nggak mau ngantar kami sampe Basecamp. Padahal jaraknya tingga 200 meter lagi. Anjay! Debat kusir terjadi sampai akhirnya si supir keder juga dan ngantar kami sampe Basecamp. Ya, iya lah. Kami kan nyarter angkotnya sampai diantar ke basecamp. Masak mau diturunkan di tengah jalan.
Perjalanan kali ini bener-bener cukup melelahkan. Oleh karena itu, setiba di bc, kami memutuskan beristirahat satu malam untuk menghilangkan rasa lelah. Gue dan teman-teman yang berjumlah 15 orang juga sepakat ngumpul di basecamp. Maklum, mereka berasal dari kota yang berbeda-beda. Jadi agar lebih praktis semua ngumpul di BC.
       Keesokan paginya, badan sudah kembali normal. Sudah fit. Kami pun persiapan untuk muncak. Setelah registrasi dan membayar simaksi, kami pun bersiap-siap untuk berangkat. Oiya, pada pendakian kali ini kami menyewa porter untuk membawa bekal air sebanyak 15 liter air untuk 15 orang. Kami membayar 50.000/orang sudah termasuk air yang dibawa. Meski demikian, sempat terjadi "drama (lagi)" dalam urusan air. Masak, kami kehabisan air minum? Sementara kami sudah bayar dan bekal airnya kurang. Kali ini membuat gue bener-bener bad mood saat pendakian.
Sekitar pukul 08:30 WIB, kami berangkat naik mobil pick up dari BC sampai Barakseng yang menjadi batas awal pendakian.  Lalu, kami mulai trekking menuju pos 1 sampai pos 4 (camp area). Mungkin karena hari-hari sebelumnya hujan sedang gencar-gencarnya turun. Maka,  jalur yang kami lewati banyak yang basah  dan berlumpur. Tapi, semua kami sikat saja. Setiap pos kami pasti beristirahat. Ya, nge recharged energy. Kadang nyemil makanan ringan atau teman-teman merokok melepas lelah. Tiba di pos 2, rasa lapar sudah tidak tertahankan, gue dan teman-teman memilih nyerap alias makan nasi goreng yang kebetulan kami bawa dari warung yang ada di BC. Lahapnya luar biasa.
Perut kenyang, kami melanjutkan trekking ke pos 3. Rata-rata setiap pos yang kami tempuh memakan waktu antara  40 menit sampai 1 jam lebih. Sampai akhirnya kami tiba di pos 4, Lembah Lengkean yang menjadi camp area. Kami tiba sekitar pukul 14:30 WIB.  Langsung mendirikan tenda karena ingin segera ganti baju yang sudah basah karena keringat.
Baru saja tenda di didirikan, hujan turun dengan derasnya. Bersyukur kami sudah berada di dalam tenda dan sudah mengganti baju dengan baju hangat juga jaket wind proof. Sementara beberapa pendaki baru saja tiba di Lembah Lengkehan dengan badan basah kuyup. Resiko mendaki ya seperti ini. Kita tidak pernah tahu kondisi cuaca di gunung. Hujan atau badai angina bisa sajaa datang secara tiba-tiba. Oleh karena itu, kita harus mempersiapakan semuanya dengan baik termasuk jas hujan atau pelindung badan lainnya.
Sore menjelang malam teman yang mendapat jatah bagian masak sudah memanggil untuk makan malam. Malam itu kami makan nasi soto yang rasanya biasa-biasa saja tapi tetap disikat. Maklum, di gunung jadi makanan tidak enak sekali pun bisa jadi nikmat dikarenakan cuaca dan kondisi. Kami memilih makan di dalam tenda ketimbang kumpul di tenda teman lainnya, dikarenakan hujan yang masih nggak berhenti juga. Udara pun semakin dingin membuat kami enggan beranjak keluar.
Selesai makan, gue dan teman satu tenda ngobrol sambil ngopi dan nyemil cemilan yang kami bawa. Tidak terasa malam semakin larut dan kami memilih tidur. Karena keesokan subuh kami harus bergegas bangun pagi untuk melanjutkan pendakian menuju puncak Arjuno.
Next, Lanjut ke Part 2
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI