Mohon tunggu...
B. Ario Tejo S.
B. Ario Tejo S. Mohon Tunggu... Dosen Fakultas Filsafat, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

Filsafat, Teologi, dan Studi Agama-agama untuk kehidupan bersama yang lebih harmonis dan manusiawi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rosario, Doa Kontemplatif, Belajar Beriman dalam Sekolah Maria

23 Mei 2025   16:50 Diperbarui: 25 Mei 2025   21:23 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap agama dalam tradisinya masing-masing memiliki doa-doa yang khas yang membedakannya dengan agama-agama yang lain. Salah satu doa yang khas dari umat Katolik yang membedakan umat Katolik dengan umat Kristiani lainnya adalah Rosario. Rosario terdiri dari doa-doa pokok umat Katolik, seperti Syahadat, Bapa Kami, Salam Maria, Kemuliaan, dan Terpujilah. Rosario sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam hidup umat Katolik. Rosario selalu didoakan dalam berbagai kesempatan baik secara pribadi maupun secara bersama-sama. Tidak ada umat Katolik tanpa Rosario.

Rosario dapat berarti sebuah ritual doa devosi kepada Maria yang mendaraskan doa Bapa Kami dan doa Salam Maria secara berulang-ulang. Rosario dapat berarti juga untaian atau rangkaian manik-manik yang digunakan di dalam doa untuk membantu penghitungan jumlah doa Bapa Kami dan doa Salam Maria yang diulang-ulang tersebut. Dalam kehidupan spiritual, Rosario sering dihubungkan dengan kata rosa (bahasa Latin), yang berarti bunga mawar. Rosario dapat dimaknai sebagai rangkaian bunga mawar, mahkota bunga mawar, atau kebun bunga mawar. Dalam setiap doa yang didaraskan dalam Rosario, umat Katolik bagaikan mempersembahkan bunga mawar kepada Bunda Maria yang telah memberikan perlindungan kepadanya.

Pendarasan doa Bapa Kami dan Salam Maria yang berulang-ulang dalam Rosario sering dipikirkan sebagai doa yang bertele-tele sebagaimana yang dikatakan di dalam Matius 6:7, "Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan." Apakah benar Rosario termasuk ke dalam doa yang bertele-tele? Lalu apakah fungsinya mendaraskan doa-doa yang sama secara berulang-ulang?

Paus Yohanes Paulus II telah menyinggung persoalan ini dalam Surat Apostoliknya yang berjudul Rosarium Virginis Mariae (Rosario Perawan Maria). Paus Yohanes Paulus II menyatakan bahwa Rosario adalah doa kontemplatif karena berangkat dari pengalaman Bunda Maria sendiri. Ia menegaskan kembali pernyataan Paus Paulus VI bahwa tanpa dimensi kontemplatif, Rosario akan kehilangan maknanya seperti sebuah badan tanpa jiwa dan pendarasan doa ini menjadi sebuah pengulangan yang bersifat mekanistik. Karena sifatnya yang kontemplatif, pendarasan Rosario perlu dilakukan dengan irama yang tenang dan tempo yang lambat sehingga dapat membantu seseorang untuk merenungkan misteri kehidupan Yesus dari mata Maria, orang yang paling dekat dengan-Nya (bdk. Rosarium Virginis Mariae, no.12).

Kontemplasi berasal dari kata contemplatio (bahasa Latin) yang berarti proses memandang atau mengarahkan pandangan terus-menerus. Dalam konteks spiritualitas, kontemplasi adalah proses mengarahkan pandangan pada suatu objek, subjek atau bahkan peristiwa-peristiwa sakral untuk mencari pemahaman atau makna mendalam yang dapat mengubah kesadaran, pikiran, perasaan, kehendak, perilaku, tindakan dan akhirnya mengubah seluruh dirinya menjadi semakin serupa dengan apa yang dipandangnya. Sebagai contoh, dengan terus-menerus memandang Yesus yang bergantung di kayu salib, umat Katolik dapat menimba kekuatan, nilai, dan sikap hidup yang dapat mengubah dirinya dan kehidupannya.

(Maria memandang Yesus yang tersalib dan merenungkan dalam hatinya (Sumber: https://www.davaocatholicherald.com/2022/02/...))
(Maria memandang Yesus yang tersalib dan merenungkan dalam hatinya (Sumber: https://www.davaocatholicherald.com/2022/02/...))

Rosario disebut sebagai doa kontemplatif karena dalam doa ini umat Katolik diajak untuk mengarahkan pandangan kepada Yesus dan karya keselamatan yang dilakukan -Nya sehingga terjadi proses transformasi batin di dalam diri mereka. Siapakah model dan guru yang sempurna bagi umat Katolik dalam kontemplasi? Dia adalah Maria, Bunda Yesus sendiri (bdk. Rosarium Virginis Mariae, no.10). Maria dalam hidupnya selalu memandang wajah Yesus Puteranya yang terkasih. Setiap detail kehidupan Yesus selalu tersimpan di dalam hati Maria dan direnungkannya. Oleh karena itu, tidak ada makhluk di muka bumi ini yang telah mengenal Yesus lebih dekat dan lebih dalam daripada Maria karena tidak ada bagian dari kehidupan Yesus yang terlepas dari perhatian Maria. Karena itu, kontemplasi Maria adalah kontemplasi yang berpusat pada Kristus (Christocentric contemplation). Maria adalah model dan guru yang tak dapat dibandingkan.

Apabila Maria adalah guru yang sejati untuk mengenal Yesus, maka Rosario adalah sekolah Maria (the school of Mary) tempat umat Katolik belajar mengenal Yesus. Paus Yohanes Paulus II memberikan penekanan kembali beberapa aspek Rosario yang sudah disampaikan oleh Paus Paulus VI sebelumnya.

(Paus Yohanes Paulus II dan devosi Maria (Sumber: https://worldfatima-englandwales.org.uk/the-rosary-and-fatima/))
(Paus Yohanes Paulus II dan devosi Maria (Sumber: https://worldfatima-englandwales.org.uk/the-rosary-and-fatima/))

Aspek yang pertama: bersama dengan Maria, mengenang Kristus (remembering Christ with Mary) (Rosarium Virginis Mariae, no.13). Kristus tetap sama, dahulu, sekarang, dan selama-lamanya. Kristus yang hidup bersama Maria dahulu sama dengan Kristus yang direnungkan di dalam Rosario. Karya keselamatan Allah bukanlah peristiwa di masa lampau. Kristus yang sama tetap berkarya sampai sekarang dalam liturgi, sumber dan puncak kehidupan iman Gereja Katolik. Dalam Rosario, Maria mengarahkan umat Katolik kepada liturgi Gereja yang menghadirkan kembali peristiwa keselamatan dan penebusan sampai selama-lamanya.

Aspek yang kedua: bersama dengan Maria, belajar mengenal Kristus (learning Christ with Mary) (Rosarium Virginis Mariae, no.14). Mendoakan Rosario berarti masuk dan duduk di dalam sekolah Maria dan belajar untuk mengenal Kristus dengan merenungkan peristiwa-peristiwa Kristus dari mata Maria. Maria adalah guru yang sempurna untuk mengenal Yesus karena Maria adalah ibu-Nya. Umat Katolik dapat belajar bersama Maria bagaimana mengenal Puteranya dan apa yang dikehendaki-Nya.

Aspek yang ketiga: bersama dengan Maria, menjadi serupa dengan Kristus (being conformed to Christ with Mary) (Rosarium Virginis Mariae, no 15). Puncak spiritualitas umat Katolik adalah menjadi serupa dengan Kristus. Dalam Rosario, umat Katolik terus-menerus memandang wajah Kristus, masuk ke dalam kehidupan Kristus, membangun sikap yang sama dengan Kristus, dan hidup seperti Kristus.

Aspek yang keempat: bersama dengan Maria, berdoa kepada Kristus (praying to Christ with Mary) (Rosarium Virginis Mariae, no.16). Dalam pesta perjamuan kawin di Kana, Maria tanpa diminta oleh siapapun datang kepada Yesus menyampaikan persoalan yang dialami oleh keluarga mempelai yaitu kehabisan anggur. Melalui keibuannya Maria masuk ke dalam hati Yesus dan memohon kemurahan hati-Nya bagi mereka yang membutuhkan pertolongan. Berkat keibuannya, Maria memungkinkan mukjizat yang belum waktunya terjadi dapat terjadi. Ini kekuatan keibuan Maria.

Aspek yang kelima: bersama dengan Maria, mewartakan Kristus (proclaiming Christ with Mary) (Rosarium Virginis Mariae, no.17). Dengan mengarahkan pandangan kepada Kristus dalam Rosario, umat Katolik dapat semakin mengenal Kristus dengan benar dan dapat semakin serupa dengan Kristus yang sejati. Hal ini akan menghindarkan umat Katolik dari kesesatan-kesesatan ajaran iman tentang Kristus. Rosario adalah senjata yang ampuh untuk melawan ajaran-ajaran iman yang sesat tentang Kristus.

Sebagai ujian akhir, proses belajar di sekolah Maria selalu diakhiri dengan proses belajar ketaatan terhadap kehendak Allah seperti Maria sendiri khususnya dalam hal-hal yang mustahil. Bersama Maria, guru kontemplasi, umat Katolik dapat berkata kepada Tuhan, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (Luk.1:38).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun