Mohon tunggu...
Banyumas Maya
Banyumas Maya Mohon Tunggu... Administrasi - Karena Berbagi Tak Pernah Rugi, Teruslah Berkarya

Anak desa yang bersahaja mencoba Belajar Menulis Menjadi Pewarta Warga [Citizen Journalism]

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kerasnya Tugu Watu Prompong

28 November 2013   07:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:35 1219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gunung Slamet megah bagai saksi, Musuh datang merobek kesunyian, Terjadi hiruk pikuk pertempuran, Kukorbankan jiwa ragaku ini, Kubiarkan darahku membasuh bumi, untuk Tanah pusaka tercinta, Indonesia Merdeka… [Cuplikan Prasasti TuguWatu]

[caption id="attachment_280708" align="aligncenter" width="500" caption="suasana tugu watu prompong banyumas / dok. pribadi"][/caption]

Banyumas – Bagi warga Baturraden dan sekitarnya pasti tidak asing dengan naman Tugu Watu yang sering menjadi tempat kencan atau ketemuan. Tugu yang begitu kokoh melambangkan kerasnya perjuangan rakyat Indonesia khususnya wilayah Banyumas untuk melawan penjajah.

Tugu Watu terletak di Grumbul Prompong Desa Kutasari Kecamatan Baturraden Banyumas. Dari pusat kota Purwokerto berjarak sekitar 4 km ke arah utara menuju Lokawisata Baturraden. Tugu yang dibangun pada tahun 1979 oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas dengan memiliki Panjang  300  cm, Lebar 400  cm dan Tinggi 500  cm berdiri dengan kokoh di pertigaan Jalan Kutasari. Dari lapangan desa berjarak 50 meter ke arah utara.

Sebagian orang menyebutnya juga dengan Monumen Prompong yang berwujud  batu  besar dengan bentuk kurang beraturan, yang diletakkan di atas penyangga berbentuk silinder. Adapun tujuan dibuatnya Tugu Watu adalah untuk mengenang sejarah perjuangan bangsa Indonesia khususnya dari Pasukan IMAM (Indonesia Merdeka atau Mati) dalam mengusir penjajah yang ingin kembali berkuasa di Indonesia.

Monumen berbentuk batu menggambarkan kekerasan dan ketahanan daya juang masyarakat Indonesia dalam menghadapi penjajahan. Ketahanan dan daya juang itu tidak akan lekang dan luntur oleh jaman. Walau keringat dan darah bercucuran mereka akan tetap gigih mempertahankan Negara Kesatuan yaitu NKRI. Melalui air mata pejuang kita bisa menikmati mata air bumi pertiwi dengan tenang dan kedamaian.

Di bawah batu terdapat Penyangga berbentuk silinder yang bermakna bahwa perjuangan untuk mewujudkan cita-cita dan mendukung semangat antipenjajahan itu tiada akhirnya, karena silinder tidak memiliki tepi. Selain itu kebersamaan dan persaudaraan masyarakat dalam mendukung semangat perjuangan terdiri dari semua lapisan, mereka tidak boleh terkotak-kotak apalagi sampai tercerai-berai. Semua bersatu dari semua lapisan masyarakat saling membantu, memberikan semangat dan keyakinan untuk tetap mempertahankan kemerdekaan.

[caption id="attachment_280709" align="aligncenter" width="500" caption="Prasasti tugu watu, mengenang perjuangan rakyat indonesia / dok. pribadi"]

13856001642046078507
13856001642046078507
[/caption]

Cerita Singkat Perjuangan M. Besar

Nama jalan yang menjadi tempat berdirinya Tugu Watu adalah beliau Mohamad Besar yang berjuang melawan penjajah bersama Pasukan Pelajar Indonesia Merdeka. Pertempuran sengit yang terjadi dengan tentara Belanda pada tanggal 8 Agustus 1947 di Grumbul Prompong, Desa Kutasari, Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas.

Sebelumnya Beliau M. Besar telah melakukan berbagai perlawanan di sepanjang sungai Banjaran dan sering kali mengalami kemenangan. Hal itu yang membuat geram tentara belanda dengan mencari kelemahan dan tempat-tempat persembunyian. Berbagai taktik dan kelicikan telah disiapkan untuk menghadapi Mohamad besar dan pasukannya.

Pertempuran diawali dengan gempuran meriam yang dipandu oleh pesawat Capung Belanda pada pagi hari, disusul tembakan brent dari kejauhan. Itu adalah pembukaan yang biasa terjadi dalam awal pertempuran tentara Belanda. tetapi apa yang menyusul kemudian, sungguh di luar dugaan.

Sebelum itu, Belanda selalu mengandalkan keunggulan peralatan seperti tank dan Panser. Tetapi dalam pertempuran di Prompong  mereka datang dengan merayap dan menyelinap, tanpa sekalipun mengeluarkan tembakan.  Hal ini sangat mengejutkan pasukan yang dipimpin oleh Mohammad Besar.

Pasukan mereka nyaris terjebak dalam gempuran tentara belanda. Keadaan  dan situasi yang mendadak  ini pun harus dihadapi dengan cepat dan cermat. Akhirnya pertempuran jarak dekat pun terjadi dengan sengit di tengah ladang jagung milik penduduk. Karena kalah jumlah dan kalah persenjataan akhirnya pasukan IMAM pun perlahan-lahan mengundurkan diri sambil membawa jenazah korban yang akhirnya diketahui bahwa Mohammad besar dan Soeparto gugur. Untuk mengenang jasa Beliau dibangunlah Monumen Prompong atau tugu watu dan nama Mohammad Besar diabadikan menjadi nama jalan di Kutasari Baturraden.

Purwokerto, 28/11-2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun