Mohon tunggu...
Banu Zahid
Banu Zahid Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Pikiran adalah kekuatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bukit Peony

2 Oktober 2021   21:12 Diperbarui: 2 Oktober 2021   21:21 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
shuttertock via kompas.com

Hari ini telah lahir kembali

Keindahan sejati di setiap warnanya

Semua menanti termasuk ingatan ini

Walaupun singkat, sajak indahnya tersimpan dalam jiwa

Suara khas dan senyum manisnya menjadi bukti

Betapa jatuh hatinya sang senja


Sang senja biasa memanggilnya bukit peony

Bukit pertama yang ia dekap dengan rasa

Tanpa keraguan ia kabarkan bahwa ia ingin memiliki

Bunga yang selama ini ia cari dimana-mana

Bunga yang menjadi inspirasi dan motivasi

Kini pudar dan terluka oleh hujan hari Selasa

Mentari merasa gagal karena membiarkan hujan jatuh ke bumi

Seandainya ia sedikit peka dengan perasaan semesta

Maka ia akan berdoa dan memohon setiap pagi 

Supaya kisah cintanya tak diambil kembali oleh semesta

Kini sang mentari mengerti kenapa bunga indah itu pergi

Selain karenanya, ternyata semesta cemburu setiap detiknya

Ampuni raga ini yang telah melupakan engkau selama ini

Daku akan mengambil hatinya lewat restu semesta

Bukit peony menjadi layu dan akan lahir kembali

Setiap tahun sekali agar mentari mengerti makna cinta

Tak ada yang abadi selama semesta tak meridhoi

Kedua raga itu terpisah, namun dua jiwanya menjadi satu dalam tangan semesta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun