Mohon tunggu...
Banna Rosyid M
Banna Rosyid M Mohon Tunggu... Freelancer

Introvert yang senang dengan kesendirian dan meluapkan emosinya dengan menulis apa saja.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Jobseeker Diaries: Setelah Interview, Kok Malah Jadi Hantu?

17 Mei 2025   07:05 Diperbarui: 16 Mei 2025   20:20 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Unsplash.com

Cari kerja tuh rasanya kayak main game level susah: bikin CV, submit lamaran, nunggu... lalu tiba-tiba cling! “Selamat, kamu kami undang untuk interview.” Wah, langsung semangat. Rasa-rasanya ini dia, kerjaan yang aku tunggu-tunggu.

Tapi ternyata, habis interview... krik krik. Nggak ada kabar. Ditinggalin tanpa jejak. Bukan ditolak secara resmi, tapi juga nggak dilanjut. Pokoknya ya… hilang aja gitu. Kayak si dia yang dulu pernah bilang “akan selalu ada buat kamu.”

Awalnya aku mikir mungkin salahku. Mungkin jawabanku kurang meyakinkan. Mungkin aku gugup banget. Tapi setelah kejadian itu berulang kali, aku mulai mikir: “Apa emang udah SOP-nya perusahaan buat ghosting kandidat?”

Yang bikin capek bukan cuma gagal, tapi digantung. Kita nunggu kabar dengan harapan, ngecek email tiap pagi, nge-refresh WhatsApp berkali-kali... padahal ya kosong. Lama-lama bukan cuma lelah fisik, tapi mental juga ikut goyah.

Tapi jujur ya, yang paling nyesek itu waktu interview yang rasanya lancar banget. Aku pernah sekali tuh, dari awal udah klik sama HRD-nya. Pertanyaannya aku jawab dengan yakin, suasananya juga cair banget, sampai aku mikir:
"Wah, ini sih pasti lanjut. Feelingku bagus banget."

Udah ngebayangin mulai kerja, udah ngitung kira-kira gajinya cukup nggak buat nabung—pokoknya pede banget. Tapi ternyata... hilang. Nggak ada email, nggak ada WA, nggak ada info apapun. Lama-lama aku ngecek email kayak orang nunggu balasan dari gebetan.

Waktu itu sempat bikin aku mikir, "Apa yang salah ya? Kan tadi udah oke semua..." Tapi ya, balik lagi: kadang bukan karena kita kurang, tapi emang belum rezekinya. Ada faktor yang nggak kelihatan dari luar—bisa jadi internal candidate yang masuk, bisa juga karena prosesnya batal tanpa dikasih tahu.

Dari situ, aku belajar satu hal penting: jangan terlalu cepat berharap. Bukan berarti harus pesimis, tapi lebih ke jaga hati biar nggak gampang patah. Karena proses cari kerja itu kayak lari maraton, bukan sprint—butuh nafas panjang dan mental yang tahan banting.

Tapi dari semua itu, aku belajar banyak. Ternyata, proses interview itu bukan cuma soal performa kita, tapi juga soal cocok-cocokan. Dan meskipun kadang nyesek banget, setidaknya setiap interview ngajarin aku untuk lebih siap di kesempatan berikutnya.

Sekarang, aku coba jalanin semuanya lebih santai. Aku catat setiap pengalaman interview, aku evaluasi, dan aku tetap apply ke tempat-tempat baru. Karena satu hal yang aku tahu pasti: selama aku nggak berhenti, peluang itu pasti ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun