Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berjihad untuk Keselamatan Diri Sendiri

23 Oktober 2023   05:49 Diperbarui: 23 Oktober 2023   05:49 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sekedar mengingatkan kembali bahwa manusia itu memiliki 2 sifat antagonis, yaitu sifat baik berupa sifat kesucian dari unsur batiniah, dan sifat buruk dari unsur lahiriah. Pada mulanya kedua sifat tersebut berjalan seimbang atau harmonis keadaannya, dan tidak terjadi masalah. Tetapi sesuai dengan perkembangan emosional seseorang tentu akan mempengaruhi keharmonisan keduanya, dan inilah yang menyebabkan terjadinya masalah. Oleh karenanya kita diwajibkan jihad.

Mengapa kita wajib berjihad? Tidak lain demi terpeliharanya keharmonisan tersebut. Oleh karena itu kita hendaklah berupaya keras agar dapat mengendalikan hawa nafsu, sehingga kesucian kita tidak tercemar dengan perbuatan buruk. Caranya dengan melakukan perang suci atau lebih kerennya disebut jihad demi keselamatan diri kita sendiri.

Atas penjelasan ini mudah -- mudahan dapat menyadarkan kita, bahwa yang namanya jihad itu tidak diartikan memerangi orang yang berbeda pendapat, atau berbeda agama, atau berbeda suku bangsa dan bangsanya, atau berbeda warna kulit dan bahasanya, atau berbeda status sosial dan ekonominya sama sekali bukan, karena musuh yang senyatanya ada di dalam diri kita sendiri.

Al Qur'an surat Al 'Ankabuut ayat 6. Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar - benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.

Sudahkah kita dapat melakukan jihad untuk memerangi musuh nyata yang ada dalam diri kita? Kalau boleh berkata jujur, umumnya belum dapat melakukan jihad dengan baik. Karena kenyataannya kita dapat melihat secara nyata melalui media sosial. Sering orang melakukan demontrasi seusai Jum'atan, dan bahkan masjid digunakan sebagai tempat berkumpulnya.

Sering kita melihat, orang yang berhadapan dengan penegak hukum karena melakukan korupsi ketika mendapat kepercayaan masyarakat. Sering kita melihat orang yang: senang menjelek-jelekkan bahkan membunuh orang dengan imbalan uang; Senang membuat onar dan memfitnah orang dengan imbalan uang; Senang membuat gaduh dan menyebar berita bohong dengan imbalan uang, dan senang melakukan perbuatan tercela lainnya dengan imbalan uang.

Hendaklah kita ingat dan sadar bahwa di atas dunia ini tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya. Hanya sangat -- sangat disayangkan dalam kenyataannya uang di atas segalanya, sehingga orang berlomba - lomba untuk memperolehnya dengan cara -- cara yang tidak semestinya. Bukankah itu perbuatan yang menggambarkan bahwa uang lebih berkuasa dari Yang Maha Kuasa?

Al Qur'an surat Al Ikhlas ayat 4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.

Kalau kita mau jujur mengakui semua perbuatan, perilaku, dan tutur kata tersebut adalah bentuk pengingkaran dari perintah dan petunjuk Allah. Karena itu benar kecelakaan bagi orang yang melaksanakan shalat 5 waktu sebagai upaya habluminallah, namun belum mampu membangun dirinya menjadi orang yang berserah diri kepada Allah.

Mengapa kecelakaan yang diperoleh, padahal rajin melaksanakan shalat wajib yang 5 waktu? Ya karena justru shalat wajib 5 waktu itu yang dijadikan sebagai tujuan agar mendapat pahala dan sorga, bukannya dijadikan sebagai .....................................

wahana berlatih diri atau sebagai kawah candradimuka 

agar menjadi insan yang berserah diri kepada Allah.

Al Qur'an surat Al Maa'uun ayat 4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, 

Al Qur'an surat Al Maa'uun ayat 5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, 

Akibatnya diluar waktu shalat wajib yang 5 waktu, lupa atau lalai mendirikan shalat atau shalat wusthaa dalam upaya membangun hubungan horizontal atau bersosialisasi atau bermasyarakat dikenal dengan habluminnanas; Sehingga sepak terjang tak ubahnya seperti makhluk lain ciptaan Allah, yang ada tetapi tidak kelihatan alias iblis, setan, dan sebangsanya.

Mudah -- mudahan kita semua tidak termasuk 

ke dalam golongannya, amiin.

Al Qur'an surat Naas ayat 6. dari (golongan) jin dan manusia.

Bila kita yang mengaku sebagai penganut Islam tetapi sepak terjangnya masih seperti apa yang tertulis sebelumnya, dan bahkan mau berbuat jahat justru diawali dengan sebutan Allahuakbar, ya jangan tersinggung lebih -- lebih marah bila dikatakan itulah kelompok orang yang mendustakan Agama. Dan, benar bahwa kemunduran kalau tidak boleh dikatakan kehancuran Islam, disebabkan oleh sepak terjang orang Islam sendiri.

Kalau ada yang mengatakan seperti itu, sebagai umat Islam ya tidak usah sewot atau marah karena kenyataannya memang demikian adanya. Mestinya justru kita berterima kasih telah diingatkan, lalu bergegas melakukan langkah tindak demi berkumandangnya si'ar Islam di atas dunia ini yang ditandai dengan .......................................

Setiap penganut Islam mengedepankan

sifat pengasih, dan penyayang dalam bertindak. 

Setiap tindakan dengan mengedepankan sifat pengasih dan penyayang, pada hakekatnya adalah pewujud-nyataan atau pengamalan atau pelaksa naan dari Al Qur'an surat Al Faatihah ayat 1. Bismillahirohmanirohim. Yang dalam bahasa Indonesianya berarti Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 

Dengan demikian mudah -- mudahan kita dapat memahami bahwa Bismillahirohmanirohim dalam setiap mengawali suatu tindakan atau pekerjaan tidak hanya .............................................................

Berhenti diucapan belaka, tetapi hendaklah tercermin dalam 

tingkah laku, perbuatan, dan tutur kata sehari -- hari 

sesuai dengan adat dan budaya kita sendiri.

Cerminan perbuatan orang seperti inilah yang dikatakan orang telah mengenakan pakaian takwa, yang akan terus dikenakan saat kembali ke sisi Yang Maha Suci pada saatnya nanti; Dan bukan pakaian yang melekat di badan wadag seseorang apapun model pakaian, atribut, dan asesorisnya.

Sudahkah kita sebagai penganut Islam dapat melakukan segala tindakan didasari atas sifat pengasih dan penyayang? Secara jujur mari dievaluasi sendiri, lalu melakukan langkah tindak untuk memperbaiki mumpung kita masih mempunyai waktu, dan kesempatan untuk memperbaikinya.

Semoga kita orang Indonesia pada umumnya, dan khususnya penganut Islam apapun suku bangsanya sudah dapat memahami, dan meyakini makna batiniah yang terkandung di dalam Al Qur'an atau perintah, dan petunjuk Allah. Sehingga dapat melaksanakan perintah, dan petunjuk-Nya dengan baik tanpa terpengaruh orang lain dengan iming -- iming pahala, dan sorga. 

Sehingga akhirnya perjalanan kita di atas dunia ini .....................................    

TAK UBAHNYA PERJALANAN

AL QUR'AN ITU SENDIRI.

Atau dengan kata lain ......................................................

PERJALAN KITA DI ATAS DUNIA INI

HAKEKATNYA CERMINAN

SIFAT DAN KEHENDAK-NYA.

Semoga keselamatan, dan rahmat Allah tercurah bagi kita semua, amiin.

Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun