Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memprogram Diri Pribadi (1)

1 Februari 2022   08:38 Diperbarui: 1 Februari 2022   08:40 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengawali judul artikel ini, penulis sajikan kisah nyata yang dapat digunakan sebagai pembuktian atas kebenaran dalam memprogram diri pribadi, atau mensugesti diri pribadi, atau berniat dari lubuk hati terdalam sebagaimana uraian berikut.

Suatu malam ada orang bertamu ke rumah penulis yang belum pernah bertemu sebelumnya, jadi ya belum saling mengenal satu sama lain. Entah dari mana beliau ini mendapat kabar tentang penulis, sehingga sekitar pukul 9.30 malam ( tepatnya tanggal 20 Januari 2004 ) datang berkunjung ke rumah. Dengan nada sendu dan air mata berderai sang ibu menyampaikan maksud, dan tujuannya datang berkunjung ke rumah.                                           

Beliau lalu menceritakan kalau anaknya menderita sakit, yang atas diagnosa dokter anaknya dinyatakan sakit asma. Sejak itu sampai saat ini anak kami mengkonsumsi obat sesuai dengan anjuran dokter,  sudah sekitar 3 tahun. Tetapi setelah sekian lama mengkonsumsi  obat -- obat tersebut bukannya anak kami menjadi sehat, tetapi saat ini jangankan nasi, air putih saja sudah tidak dapat menelannya pak, tutur sang ibu sambil menangis.

Kami sudah sekian lama pergi ke dokter sana, ke dokter sini untuk mencarikan kesembuhan buat putri kami, namun belum berhasil. Dan akhirnya atas saran dokter, anak kami agar discanning. Dari hasil scanning terakhir, dokter menyatakan kalau anak kami menderita tumor jinak yang terletak dibelakang jantung; Dan yang besarnya sudah lebih besar dari pada jantungnya, tutur sang ibu.

Kemudian kami tanyakan, lalu agar anak kami sembuh bagaimana dok? Dokter menjawab tidak ada jalan lain kecuali harus dioperasi, itupun tidak ada jaminan akan berhasil, kata sang ibu menirukan dokter yang menangani putrinya. Selanjutnya lalu bagaimana dok?

Dokter hanya dapat memberikan obat untuk mengurangi rasa sakit, kata sang ibu menirukan dokter kembali. Kalau begitu anak kami tidak dapat sembuh dok? Lalu kemungkinannya anak kami bagaimana dok? Imbuh sang ibu.  Dokter menjawab, bila kondisinya normal dapat bertahan 1,5 sampai 2 tahun, kata sang ibu menirukan dokter lagi. Rasanya kami seperti disambar petir, dan hilang tenaga begitu mendengar keterangan dokter tersebut, yang seolah -- olah anak kami sudah divonis.

Oleh karena itu kami berkunjung kemari dengan tujuan menyerahkan hidup mati anak kami kepada bapak, tutur sang ibu. Lo ibu kok berkata begitu, hendaklah kita selalu ingat bahwa jodoh, mati, dan rizki manusia ada ditangan Allah. Baik bu, pak, saya dapat memahami ikhtiar gigih ibu, dan bapak dalam mencarikan kesembuhan buat putranda. Sayapun tidak dapat berbuat apa -- apa, kecuali hanya bermohon kepada Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa untuk kesembuhan putra ibu bapak, tutur penulis. 

Penulis lalu berkata bu, pak tolong disampaikan kepada putranda untuk mematrikan dalam pikirannya, kalimat berikut. "Hakekatnya diriku adalah apa yang ada di dalam pikiranku".  Artinya kalau memang putranda ingin sembuh, tolong ditanamkan dalam pikirannya saya sembuh karena Yang Maha Kuasa, jelas penulis. Saya bersama ibu, dan bapak bermohon kepada Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, sepahit apapun hasil yang diberikan Allah, ibu dan bapak harus sabar, dan iklas menerimanya.

Sebaliknya bila hasilnya baik, dan putranda sembuh tolong diingat bahwa kesembuhan tersebut bukan karena Jamu Sambung Nyowo (JSN) dan saya, tetapi karena keinginan sembuh dari putranda yang dikabulkan oleh Allah Swt. Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sedangkan JSN, dan saya hanyalah sebagai lantaran atau perantara saja, tutur penulis lebih lanjut.

Akhirnya penulis memberikan 1 gelas air putih, dan kapsul JSN 9 butir. Sambil berpesan kapsul ini untuk 3 hari, diminum pagi, siang, dan malam masing -- masing 1 kapsul. Hari ke 3 ke sini mengambil kapsul JSN untuk diminum hari - hari selanjutnya, jangan sampai terputus. Sedangkan air putih ini tolong agar dapat segera diminum putranda malam ini juga, dengan menyisakan sedikit untuk membasuh muka, dan kedua kakinya.

Biasanya kalau yang membutuhkan pertolongan beragama Islam, sebelum minum air putih ini saya syaratkan membaca Al Fatikah sekali, dan selawat nabi 2 kali. Tetapi karena ibu, bapak, dan putranda beragama Hindu maka putranda sebelum meminum air putih ini, saya syaratkan agar berdo'a menurut keyakinannya, tegas penulis. Baik pak, akan kami laksanakan semua apa yang diperintahkan bapak, lalu berapa pak biayanya? Tanya si ibu.                                                   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun