Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

5W-H Satriyo Piningit (1)

6 Juli 2018   11:34 Diperbarui: 6 Juli 2018   17:31 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mengawali uraian tentang judul ini tidak ada jeleknya diulas kembali secara singkat tentang konstitusional manusia, agar kita lebih meyakini dan untuk bersaksi atas diri kita sebagai manusia. Hendaklah tidak merasa jemu melakukan pengulangan-pengulanan tersebut, karena dengan cara itu diharapkan akan dapat lebih mengakrabkan pengenalan dan meningkatkan keyakinan akan jati diri kita sebagai manusia.  

Manusia terdiri atas 2 unsur besar, yaitu unsur lahiriyah dan unsur batiniyah, inilah konstitusional manusia, dan kita harus meyakininya. Unsur lahiriyah berupa wadag atau jazad manusia atau juga disebut pakaian atau sandangan (Jawa), dengan sifat - sifatnya: jahil, sirik, iri, dengki, rakus, marah, malas, hasut dan lain -- lain perbuatan tercela, dikenal sebagai hawa nafsu.  

Sedangkan unsur batiniyah bersifat ghaib atau tidak tampak mata atau tan kasat mata, berupa Ruh Suci yang langsung berasal dari Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci atau Yang Maha Ghaib, dan yang sudah barang tentu memiliki sifat -- sifat ke-Illahian layaknya sifat-sifat Yang Maha Suci. Jadi kita harus menyadari, meyakini dan bersaksi bahwa manusia itu memiliki 2 sifat, yaitu sifat baik (dari batiniyah) dan sifat buruk (dari lahiriyah).

Hendaklah kita selalu ingat ( Jawa = eling ), bahwa keberadaan Ruh Suci terperangkap didalam sangkar berupa wadag atau jazad manusia atau pakaian atau sandangan yang ketempatan hawa nafsu. Oleh karena itu, manusia hendaklah berupaya keras agar selalu dapat mengendalikan hawa nafsunya, sehingga  Ruh Suci yang diamanatkan tidak tercemar oleh hawa nafsu yang berkiprah atas kendali iblis, setan dan sebangsanya. 

Bila manusia telah mampu mengendalikan hawa nafsunya, insya-Allah sifat -- sifat baiklah yang akan tampak dalam setiap tingkah laku, perbuatan dan tutur katanya sehari-hari. Sifat baik tersebut tidak lain adalah sifat ke-Illahian, yang terpancar dari dalam diri orang yang telah mampu mengendalikan hawa nafsunya, atau orang yang telah memahami akan jati dirinya. Atau dengan kata lain orang tersebut, telah memahami tentang konstitusional manusia.

Sebaliknya bila manusia gagal dalam mengendalikan hawa nafsunya atau dengan kata lain justru manusia yang dikendalikan oleh hawa nafsunya, ya hanya wadagnya saja yang tampak sebagai manusia, tetapi sifat-sifat yang tampak dalam kesehariannya tidak lain adalah sifat-sifat dari iblis, setan dan sebangsanya. Surat An Naas ayat 5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, 6. dari (golongan) jin dan manusia.

Dengan selalu mengingat konstitusional manusia, kita sebagai manusia yang terdiri atas unsur lahir dan batin, hendaknya setiap tingkah laku, perbuatan dan tutur kata dalam keseharian sang wadag dituntun oleh sifat-sifat baik tersebut. Atau dengan kata lain, berkiprahnya sang wadag merupakan cerminan dari sifat-sifat ke-Illahian, sehingga seseorang tadi akan dapat melakonihidup dan kehidupan diatas dunia ini, sesuai dengan sifat dan kehendak-Nya. 

Kembali ke pokok bahasan dengan judul 5W-H. Satriyo Piningit. Penulis memang suku Jawa. Tetapi karena lahir dan dibesarkan di tanah Lampung, sudah barang tentu bahasa Jawa, lebih--lebih bahasa Jawa kromo atau  halusnya tentu kurang menguasai. Oleh karena itu, seandainya penulis dalam menjelaskan arti harfiah kata satriyo piningit, kurang berkenan dihati para pembaca budiman, kiranya agar dapat dimaklumi.                                 

Secara harfiah satriyo dapat disama-artikan dengan ksatriya, piningit dapat disama -- artikan dengan: disembunyikan atau tersembunyi atau tidak dapat dilihat secara umum atau dikarantina atau tan kasat mata atau misterius. Dalam hal ini, penulis cenderung menyama - artikan kata piningit dengan tan kasat mata. Jadi Satriyo Piningit, dapat disama - artikan dengan Ksatriya Tan Kasat Mata.

Siapa (W1) sesungguhnya yang dimaksud dengan Satriyo Piningit atau Ksatriya Tan Kasat Mata itu? Tidak lain adalah sisi batiniyah atau sisi ghaib  manusia, berupa Ruh yang ditiupkan langsung oleh Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci atau Yang Maha Ghaib kedalam wadag manusia. Manusia diciptakan menurut fitrah Allah dan fitrah Allah tidak mengalami perubahan. Oleh karena itu, manusia sesungguhnya mempunyai sifat -- sifat layaknya sifat Yang Maha Suci. Atau dapat juga dikatakan bahwa manusia itu, mempunyai sifat ke-Illahian. Hanya disayangkan, kebanyakan manusia justru tidak mengetahui. Surat Ar Ruum ayat 30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama ( Allah ); (tetaplah atas ) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. ( Itulah ) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.                                                                      

Tetapi mengapa disebut Satriyo Piningit? Disini menunjukkan betapa patuh dan disiplinnya, leluhur tanah Jawa terhadap pelaksanaan keyakinannya. Nenek moyang mewariskan pitutur luhur atau nasehat luhur kepada generasi penerus, disampaikan dalam bentuk perumpamaan atau kiasan. Ini sesungguhnya mengingatkan dan menunjukkan kita, kepada Al Qur'an atau petunjuk/perintah Allah. Dimana petunjuk / perintah Allah umumnya disampaikan dalam bentuk perumpamaan, hal ini dimaksudkan agar manusia mau berpikir. 

Demikian juga sebenarnya keinginan nenek moyang kepada generasi penerus, hanya sayangnya generasi sekarang terbiasa memakan makanan yang sifatnya instant -- instant saja, atau siap saji. Jadi tetap tidak mengerti, walau perumpamaan atau kiasan tadi disampaikan dengan atau dalam bahasanya sendiri, dan atau dalam bahasa yang dipahami; Apalagi disampaikan dalam bahasa asing atau dalam bahasa yang tidak dimengerti, misal bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Mandarin, dan lain - lain yang kesemuanya bukan bahasanya sendiri.

Sehubungan dengan hal tersebut, penulis akan mencoba mengemasnya dalam tulisan, bahasa kita sendiri dan contoh yang sederhana. Agar orang awam sekalipun, dapat mengerti dengan benar dan tepat. Sehingga pada gilirannya nanti, kita dapat mewujud -- nyatakan sifat -- sifat ke - Illahian kedalam tingkah laku, perbuatan dan tutur kata sehari -- hari.

Satriyo atau Ksatriya, dapat digambarkan dalam jagad pewayangan, salah satunya adalah Satriyo Pringgodani. Seorang Ksatriya putra Bratasena atau Bima dari keluarga Pandawa, dengan putri dari Kerajaan Pringgodani yang bernama Dewi Arimbi. Ksatriya tersebut tidak lain adalah Gatotkaca. Saat kecilnya, Gatotkaca bernama Jabang Tetuko, sudah dipercaya menjadi utusan dewata untuk memadamkan huru -- hara yang terjadi di Kahayangan, akibat ulah prajurit dan patih Sekipu yang ditolak lamarannya oleh Dewa. Akhirnya semua prajurit, patih Sekipu termasuk Rajanya dapat dikalahkan oleh sang Gatotkaca, yang memang mempunyai kesaktian luar biasa.

Buah dari dharmabakti atau karya atau perbuatan sang Gatotkaca memadamkan huru -- hara di Kahayangan, Gatotkaca lalu diwisuda menjadi Raja para Dewa, sebagai ganjaran atau hadiah atau pahala atas keberhasilan melaksanakan tugasnya ( buah perbuatan). Jadi pahala baru akan diterima oleh seseorang, manakala orang tersebut telahmelakukan perbuatan. Bila perbuatan seseorang tadi baik, insya-Allah akan diberi pahala berupa kebaikan, mengenai wujudnya? Itu adalah hak prerogative Allah. Sebaliknya bila perbuatan seseorang tadi buruk, Allah pun akan memberikan imbalan sesuai dengan apa yang telah diperbuatnya. 

Walau Gatotkaca masih kecil, namun telah mampu mengalahkan patih Sekipu dan para prajurit termasuk Rajanya. Karena sebelumnya, sang Jabang Tetuko digembleng para dewa dengan cara dilebur bersama berbagai pusaka dewata yang ampuh -- ampuh, di dalam kawah candradimuka. Dilebur tidak hancur lebur tubuhnya. Tetapi malah menjelma menjadi seorang ksatriya gagah perkasa, kemudian memakai pakaian sakti, lalu maju kemedan laga dengan nama Gatotkaca.

Gatotkaca dideskripsikan atau digambarkan, sebagai ksatriya sakti mandraguna. Otot kawat, tulang besi, kulit tembaga. Tidak mempan berbagai senjata seampuh apapun. Berperang tanpa senjata, karena dengan berkonsentrasi penuh ( pikiran terfokus ) lalu memikirkan sebuah senjata, tangannya atau anggota tubuh lainnya berubah menjadi senjata yang ada dalam pikirannya. Dapat terbang, panas tidak kepanasan, hujan tidak kehujanan, melewati tanah angker tidak kesurupan.

Penggalan cerita tentang Gatotkaca tadi, hanya sekedar ilustrasi untuk menganalogikan atau mengalur pikirkan sama dengan saat Allah berfirman kepada para malaikat. Surat Al Baqarah ayat 30:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Maka terciptalah wadag manusia, dari tanah dan atau dari saripatinya tanah, kemudian di tiupkan Ruh kedalamnya. Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu,  dan fitrah Allah tidak mengalami perubahan. Karena  itu  manusia, memiliki sifat-sifat layaknya sifat Yang Maha Suci. Sebagaimana diuraikan sebelumnya.  Oleh leluhur tanah Jawa, apa yang terdapat dalam wadag manusia tadi, disamarkan atau dikiaskan atau diumpamakan layaknya seorang Satriyo atau Ksatriya. Hanya sangat disayangkan tidak semua  manusia  mengetahui  dan menyadari, kalau dirinya adalah utusan Allah dimuka bumi.                                      

Perihal kesaktiannya tidak perlu diragukan lagi, justru Satriyo atau Ksatriya ini Maha dahsyat dan Maha sakti. Manakala seseorang, telah sampai ketingkat pemahaman akan jati dirinya, dan telah yakin bahwa dirinya ketempatan Satriyo Piningit. Orang tadi, akan memahami bahwa sesungguhnya semua tingkah laku, perbuatan dan  tutur katanya sehari-hari, tidak lain hanyalah wujud--nyata kiprah dari  sifat dan kehendak Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci. 

Surat Al Maa-idah ayat 32:

Oleh karena itu, Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa :  Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan -- akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah -- olah dia telah memelihara  kehidupan  manusia  semuanya.  Dan sesungguhnya telah datang  kepada mereka rasul -- rasul Kami dengan ( membawa ) ke  terangan -- keterangan  yang  jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh -- sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi. 

Untuk menunjukkan ke Maha Saktian-Nya, tinggal mengatakan jadilah maka terjadilah. Benarkah?  Benar! Surat Yaasiin ayat 82. Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah  berkata kepadanya :" Jadilah !" Maka terjadilah ia.

Telah dijelaskan sebelumnya, tentang keberadaan Satriyo dalam wadag manusia. Hendaklah manusia wajib mengakui dan bersaksi, bahwa manusia ketempatan Satriyo walau sampai detik ini kita tidak melihat-Nya. Demikian tadi penjelasan mengenai Satriyo. Walau kita tidak melihatnya, tetapi hendaklah  kita meyakini keberadaan - Nya dalam wadag kita.  Surat Yaasiin ayat 11:

Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang -- orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.

Demikian juga nenek moyang menyamarkan layaknya orang Piningit. Mengapa(W2)? Karena kenyataannya memang tidak kelihatan atau tidak tampak oleh umum atau misterius atau tan kasat mata, dan bersifat ghaib, karena memang langsung berasal dari Yang Maha Ghaib. Dalam bahasa Jawanya, disama artikan dengan kata Piningit. Dari uraian tersebut,  leluhur tanah Jawa lalu mewariskannya, melalui kiasan atau perumpamaan bagi Ruh yang ditiupkan kedalam wadag manusia tadi dengan Satriyo Piningit.

Sudahkah kita meyakini, bahwa kita ketempatan Satriyo Piningit? Dan bagaimana cara membuktikannya? Berikut kalau mau membuktikan. Surat Shaad ayat 72:

Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya."                                         

Pernahkah kita melihat masuknya Satriyo Piningit atau Ruh-Allah, kedalam wadag seorang bayi saat masih dalam kandungan sang ibu? Tidak pernah, walau sang ibu yang mengandungnya sekalipun. Tetapi percayakah dan yakinkah kita, akan keberada-Nya dalam wadag sang bayi? Percaya dan yakin, karena kenyataannya saat sang bayi lahir, dapat bernafas dan hidup (bila kelahirannya normal). 

Demikian pula, manakala Allah mewafatkan manusia. Pernahkah kita melihat kepergian atau keluarnya Satriyo Piningit dari wadag manusia? Tidak pernah melihatnya bukan? Tetapi percayakah dan yakinkah kita akan kepergian-Nya dari wadag manusia? Percaya dan yakin, karena kenyataannya setelah ditinggalkan Satriyo Piningit, manusianya sudah tidak dapat bernafas lagi alias mati. 

Dari uraian tersebut, mudah - mudahan kita dapat memahami bahwa Satriyo Piningit itu tidak akan muncul layaknya sosok atau wujud seorang manusia sampai kapanpun. Dengan penjelasan singkat dan sederhana, serta dirasakan melalui rasa yang merasakan ( Jawa = roso pangroso ), mudah -- mudahan dapat membantu kita dalam memahami akan konstitusional manusia.

Untuk mengetahui secara utuh tentang Satriyo Piningit, kepada para pembaca budiman dimohon bersabar menunggu artikel selanjutnya dengan judul 5W-H Sariyo Piningit (2), terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun