Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

5W-H Satriyo Piningit (1)

6 Juli 2018   11:34 Diperbarui: 6 Juli 2018   17:31 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demikian juga sebenarnya keinginan nenek moyang kepada generasi penerus, hanya sayangnya generasi sekarang terbiasa memakan makanan yang sifatnya instant -- instant saja, atau siap saji. Jadi tetap tidak mengerti, walau perumpamaan atau kiasan tadi disampaikan dengan atau dalam bahasanya sendiri, dan atau dalam bahasa yang dipahami; Apalagi disampaikan dalam bahasa asing atau dalam bahasa yang tidak dimengerti, misal bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Mandarin, dan lain - lain yang kesemuanya bukan bahasanya sendiri.

Sehubungan dengan hal tersebut, penulis akan mencoba mengemasnya dalam tulisan, bahasa kita sendiri dan contoh yang sederhana. Agar orang awam sekalipun, dapat mengerti dengan benar dan tepat. Sehingga pada gilirannya nanti, kita dapat mewujud -- nyatakan sifat -- sifat ke - Illahian kedalam tingkah laku, perbuatan dan tutur kata sehari -- hari.

Satriyo atau Ksatriya, dapat digambarkan dalam jagad pewayangan, salah satunya adalah Satriyo Pringgodani. Seorang Ksatriya putra Bratasena atau Bima dari keluarga Pandawa, dengan putri dari Kerajaan Pringgodani yang bernama Dewi Arimbi. Ksatriya tersebut tidak lain adalah Gatotkaca. Saat kecilnya, Gatotkaca bernama Jabang Tetuko, sudah dipercaya menjadi utusan dewata untuk memadamkan huru -- hara yang terjadi di Kahayangan, akibat ulah prajurit dan patih Sekipu yang ditolak lamarannya oleh Dewa. Akhirnya semua prajurit, patih Sekipu termasuk Rajanya dapat dikalahkan oleh sang Gatotkaca, yang memang mempunyai kesaktian luar biasa.

Buah dari dharmabakti atau karya atau perbuatan sang Gatotkaca memadamkan huru -- hara di Kahayangan, Gatotkaca lalu diwisuda menjadi Raja para Dewa, sebagai ganjaran atau hadiah atau pahala atas keberhasilan melaksanakan tugasnya ( buah perbuatan). Jadi pahala baru akan diterima oleh seseorang, manakala orang tersebut telahmelakukan perbuatan. Bila perbuatan seseorang tadi baik, insya-Allah akan diberi pahala berupa kebaikan, mengenai wujudnya? Itu adalah hak prerogative Allah. Sebaliknya bila perbuatan seseorang tadi buruk, Allah pun akan memberikan imbalan sesuai dengan apa yang telah diperbuatnya. 

Walau Gatotkaca masih kecil, namun telah mampu mengalahkan patih Sekipu dan para prajurit termasuk Rajanya. Karena sebelumnya, sang Jabang Tetuko digembleng para dewa dengan cara dilebur bersama berbagai pusaka dewata yang ampuh -- ampuh, di dalam kawah candradimuka. Dilebur tidak hancur lebur tubuhnya. Tetapi malah menjelma menjadi seorang ksatriya gagah perkasa, kemudian memakai pakaian sakti, lalu maju kemedan laga dengan nama Gatotkaca.

Gatotkaca dideskripsikan atau digambarkan, sebagai ksatriya sakti mandraguna. Otot kawat, tulang besi, kulit tembaga. Tidak mempan berbagai senjata seampuh apapun. Berperang tanpa senjata, karena dengan berkonsentrasi penuh ( pikiran terfokus ) lalu memikirkan sebuah senjata, tangannya atau anggota tubuh lainnya berubah menjadi senjata yang ada dalam pikirannya. Dapat terbang, panas tidak kepanasan, hujan tidak kehujanan, melewati tanah angker tidak kesurupan.


Penggalan cerita tentang Gatotkaca tadi, hanya sekedar ilustrasi untuk menganalogikan atau mengalur pikirkan sama dengan saat Allah berfirman kepada para malaikat. Surat Al Baqarah ayat 30:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Maka terciptalah wadag manusia, dari tanah dan atau dari saripatinya tanah, kemudian di tiupkan Ruh kedalamnya. Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu,  dan fitrah Allah tidak mengalami perubahan. Karena  itu  manusia, memiliki sifat-sifat layaknya sifat Yang Maha Suci. Sebagaimana diuraikan sebelumnya.  Oleh leluhur tanah Jawa, apa yang terdapat dalam wadag manusia tadi, disamarkan atau dikiaskan atau diumpamakan layaknya seorang Satriyo atau Ksatriya. Hanya sangat disayangkan tidak semua  manusia  mengetahui  dan menyadari, kalau dirinya adalah utusan Allah dimuka bumi.                                      

Perihal kesaktiannya tidak perlu diragukan lagi, justru Satriyo atau Ksatriya ini Maha dahsyat dan Maha sakti. Manakala seseorang, telah sampai ketingkat pemahaman akan jati dirinya, dan telah yakin bahwa dirinya ketempatan Satriyo Piningit. Orang tadi, akan memahami bahwa sesungguhnya semua tingkah laku, perbuatan dan  tutur katanya sehari-hari, tidak lain hanyalah wujud--nyata kiprah dari  sifat dan kehendak Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci. 

Surat Al Maa-idah ayat 32:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun