Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Bunga Mawar

29 Oktober 2017   08:50 Diperbarui: 29 Oktober 2017   09:27 1419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagaimana telah diuraikan dalam artikel terdahulu di media kompasiana ini, dari ayat tersebut dapat dipilah menjadi 2 sisi. Pertama. Sisi keimanan atau kepercayaan, meliputi beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi. Untuk sekedar mengingatnya, mari kita simak ulang unsur pertama yaitu percaya atau iman kepada Allah. Kalau kita benar percaya kepada Allah, hendaklah kita bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dengan sepenuh hati, dan tidak berhenti hanya sampai diucapan saja. Mari didalami melalui roso pangroso, setiap perbuatan, tingkah laku dan tutur kata kita sehari-hari, apakah melampaui kekuasaan Allah atau tidak.

Bila melampaui kekuasaan Allah, ya tidak perlu dikerjakan karena tanggung jawaban akhir ada pada diri kita sendiri. Misal. Diberi uang untuk: memfitnah orang, menghasut orang, melakukan demonstrasi untuk berebut pengaruh, mencelakai orang, membunuh orang, melakukan korupsi, menyebarkan berita bohong dan melakukan kegiatan jahat lainnya, dilaksanakan! Ini mengindikasikan, bahwa uang lebih berkuasa dari pada Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa. Padahal sudah tersiratkan dalam surat Al Ikhlash ayat 4: tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. Apalagi melampaui. Kita harus selalu ingat, bahwa manusia hanyalah sebagian dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci.

Setelah meyakini bahwa kita adalah sebagian dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci, hendaklah kita meyakini bahwa Dia selalu ada dimanapun kita berada, dan mengetahui terhadap apa yang kita kerjakan. Surat Al Mujaadilah ayat 7: Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. Memahami akan hal ini, sama dengan mempercayai adanya hari kemudian yang merupakan unsur kedua dari sisi keimanan atau kepercayaan, dan yang merupakan waktu dimana orang akan menerima reward dan punishment atas perbuatannya diatas dunia.

Benarkah? Benar dan disaat itu seseorang sudah tidak dapat menolak atau berkelit dari apa yang telah diputuskan Allah, karena saksi yang dihadirkan adalah diri kita sendiri. Firman Allah dalam surat Yaasiin ayat 65. Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. Surat Fushshilat ayat 21. Dan mereka berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" Kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan."Kalau demikian halnya, apa yang mau dibanggakan? Harta yang melimpah? Anak, istri dan jabatan? Kelompok dan golongan? Kesemuanya sudah tidak ada gunanya, dan yang kesemuanya itu akan ditinggalkan, saat kita kembali kesisi Yang Maha Suci. Akan hal ini kita harus yakin adanya kalau memang kita mengimani hari kemudian, lalu kita posisikan sebagai rambu -- rambu dalam melakoni hidup dan kehidupan kita diatas dunia ini.

Karena itu, hendaklah manusia selalu berupaya menjaga kesuciannya, agar tidak tercemari oleh hawa nafsu (ibarat duri mawar) yang berkiprah atas kendali iblis, setan dan sebangsanya. Demi menjaga eksistensi kita sesuai konstitusionalnya, Allah mengutus malaikat -- malaikat untuk menjaganya, agar tidak terperangkap dalam gemerlapnya dunia inderawi. Betapa Maha Penyayangnya Allah kepada kita sebagai utusan atau khalifah-Nya dimuka bumi ini bukan? Mari kita selalu ingat, siapa diri kita sesungguhnya. Bisa disimak kembali artikel dengan judul SIAPA AKU 1-7, http://www.kompasiana.com/bangsayekti/siapa-aku-1_576796d4a423bd950f50934c, ............................................. berlanjut dalam artikel dengan judul Ketika Mawar Memancarkan Aroma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun