Mohon tunggu...
Bang Pilot
Bang Pilot Mohon Tunggu... Konsultan - Petani, penangkar benih tanaman, konsultan pertanian.

Nama asli : Muhammad Isnaini. Tinggal di Batu Bara, Sumut. Hp/wa.0813 7000 8997. Petani dan penangkar bibit tanaman. Juga menjadi konsultan pertanian lahan gambut. Pemilik blog : http://bibitsawitkaret.blogspot.com/ . Menulis apa saja yang bisa bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Money

Greenpeace Membantai 17 Juta Petani dan Pekerja Indonesia

25 November 2018   11:28 Diperbarui: 25 November 2018   12:02 2743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Viva News dan Pekanbaru Tribunnews

Gencarnya kampanye hitam Greenpeace Internasional terhadap sektor usaha perkebunan kelapa sawit Indonesia akhirnya membuahkan hasil. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dituduh sebagai biang utama penyebab penggundulan hutan. Akibatnya, banyak negara tujuan ekspor hasil sawit Indonesia yang kemudian mulai menolak membeli produk ekspor unggulan negara kita ini. Parlemen Uni Eropa juga menolak bio diesel asal sawit sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil.

Hal itu tentu lalu berimbas kepada jatuhnya harga CPO (crude palm oil = minyak sawit  mentah)di pasar dunia, yang kemudian juga menyeret turun harga TBS (tandan buah sawit)  produksi petani kelapa sawit kita. Harga tbs yang semula Rp.1.400/kg, kini tinggal Rp.600/kg. Di beberapa tempat malah sudah menyentuh harga Rp.300/kg. Ini setara dengan hanya 2 sen Dollar per kilogram. Itu adalah harga terburuk dalam sejarah perkelapa sawitan di Indonesia. Dan di dunia.

Tanki-tanki penimbunan CPO di pabrik kelapa sawit kini penuh. Karena pembeli sudah jauh berkurang. Pabrik tidak bisa lagi mengolah tbs seperti biasa. Jutaan pekerja di bidang sawit ini terancam di PHK. Kehilangan pekerjaan, jadi pengangguran, anak-anaknya menangis, istri-istrinya berurai air mata,  mereka lapar dan lalu menjadi marah.

Pedagang sawit juga hanya mampu membeli dan menyalurkan sedikit hasil panen rakyat itu. Petani-petani kecil pun menjerit. Sumber penghasilan utamanya kandas. Periuk nasinya terguling. Anak-anaknya terancam putus sekolah. Dan bayangan penyakit busung lapar sudah santar mengintai di depan.

Ada lebih dari 17 juta jiwa rakyat Indonesia yang sudah dan akan menderita karena issu negatif dari kampanye hitam yang dihembuskan oleh Greenpeace Internasional dan cabangnya, Greenpeace Indonesia, ini.

Pihak Greenpeace sendiri berdalih bahwa kampanye mereka hanya ditujukan kepada korporasi sawit tertentu, tetapi mereka tidak memikirkan bahwa akibatnya akan meluas kepada semua dunia perkelapa sawitan Indonesia. Imbasnya juga akan sangat memberatkan negara. Ulah Greenpeace ini sangat mungkin juga akan berakibat pada issu keamanan negara. 17 juta rakyat yang sengsara tadi, bukanlah satu masalah yang dapat diabaikan efek negatifnya dalam tatanan sosial politik di NKRI tercinta ini.

Di lain pihak, Pemerintah NKRI juga terdampak dengan serius. Karena ekspor CPO adalah penghasil devisa terbesar buat negeri kita yang tercinta ini. Komoditi unggulan nomor satu Indonesia ini telah menghasilkan devisa negara sebesar 314,5 triliun Rupiah hanya pada tahun 2017 saja. Ini sama dengan penghasilan pajak ekspor CPO  untuk mengisi kocek  APBN sebesar 11 triliun Rupiah. Dan semua itu belum termasuk income lain, dari pajak penghasilan, dan pajak-pajak lainnya yang berkaitan dengan usaha perkelapa sawitan.   

Apa yang sebenarnya terjadi? Apa motif sebenar dari kampanye hitam Greenpeace itu? Siapa saja donatur bagi LSM Greenpeace Internasional itu?

Tiga pertanyaan di atas tidaklah mudah jawabannya. Dibutuhkan investigasi menyeluruh dari pihak berwenang. Karena Greenpeace Internasional sendiri tidak pernah mau membuka daftar donaturnya, juga jumlah donasi yang didapat, apalagi melaporkan pembukuan keuangannya kepada publik.

Akan tetapi, ada sebuah pertanyaan yang bisa dijawab dengan mudah, yakni : Siapa yang diuntungkan bila komoditi hasil sawit Indonesia ditolak di pasar dunia? Jawabannya adalah : para produsen minyak kedelai, minyak biji bunga matahari dan minyak nabati lainnya; yang nota bene adalah konglomerasi asing. Karena Indonesia tidak mengekspor minyak kedelai, apalagi minyak biji bunga matahari.

Ya, adalah sangat mungkin jika kampanye hitam Greenpeace itu hanyalah salah satu trik perang dagang internasional.  Sejak lama memang, produsen minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari mendapatkan persaingan yang cukup berat dari produksi minyak sawit Indonesia. 

Minyak nabati  yang satu ini dapat diproduksi dengan ongkos yang lebih murah. Sehingga harga jual produknya juga menjadi lebih murah kertimbang minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari. Akibatnya, konglomerasi asing yang memproduksi minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari itu kelimpungan.

Tidak mampu bersaing secara sehat, mereka pun menghembuskan issu bahwa minyak sawit tidak sehat. Mengandung berbagai zat yang berakibat negatif bagi tubuh manusia. Kolesterol jahat dan sebagainya. Namun issu ini dapat ditangkis. 

Berbagai jurnal kesehatan hasil  penelitian pre klinis dan hasil penelitian klinis pun diterbitkan. Perbaikan terhadap mutu baku dari produk hasil sawit juga terus ditingkatkan, seiring makin majunya teknologi agro industri.  Akhirnya, isu kesehatan tadi pun menjadi mentah dan tidak laku dijual lagi.

Kini dihembuskan isu baru. Isu deforestasi. Isu satwa langka kehilangan habitat. Isu ancaman punahnya orang utan dan harimau sumatera. Juga isu pemanasan global.  

Isu itu mungkin ada benarnya. Tetapi patut dicatat juga, pemerintah sudah membuat dan mendanai usaha reboisasi hutan dan konservasi satwa liar. Sebagian dananya diambil dari hasil pajak usaha  kelapa sawit tadi. Dan usaha-usaha itu juga berjalan dengan cukup baik. 

Kawasan-kawasan eks hutan ada yang dihutankan kembali, ada yang dijadikan hutan tanaman industri, ada juga yang dijadikan hutan kebun penghasil pangan. Untuk mengisi kebutuhan hidup manusia, dan untuk mengisi perut manusia. Yang jumlahnya kian hari kian bertambah.

Pemerintah Indonesia juga selalu peduli pada issu lingkungan hidup. Karenanyalah diadakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Issu deforestasi juga sudah dijawab pemerintah dengan merilis Inpres tentang moratorium kebun sawit. Intinya, tidak ada lagi izin baru bagi pembukaan hutan untuk membuat perkebunan kelapa sawit.

Perkebunan-perkebunan kelapa sawit di Indonesia juga sudah banyak yang mengantongi berbagai sertifikat peduli lingkungan dunia seperti ISO dan RSPO.

Dalam hal pemanasan global, bila mau jujur, sebenarnya gas metana dari kentut hewan ternak ruminansia seperti sapi, kerbau dan kuda, 85 kali lebih kuat memberi efek menaikkan suhu bumi dari pada karbondioksida. Tapi fakta itu dianggap angin lalu. Karena penghasil hewan ternak terbesar adalah negara-negara Barat! Mereka tak tersentuh.

Dan bila mau jujur lagi, sebenarnya perkebunan kedelai dan bunga matahari itu lebih merusak lingkungan dari pada perkebunan kelapa sawit. Satu pohon sawit akan tegak berdiri selama 28 tahun, memberikan pasokan oksigen dalam jumlah yang banyak, dan mencegah erosi tanah karena akarnya mampu menstabilkan struktur tanah pada lahan yang rawan erosi. Sementara tanaman kacang kedelai dan bunga matahari hanya berumur beberapa bulan, menyebabkan pengolahan tanah yang jauh lebih sering, penggunaan pestisida yang jauh lebih banyak dan akar tanaman itu tidaklah bersifat menahan erosi. 

Satu hektar tanaman  kelapa sawit juga akan menggunakan air dalam jumlah yang jauh lebih sedikit dari pada satu hektar tanaman padi, jagung, gandum, kacang kedelai atau bunga matahari.  

Sejatinya ialah, kita semua cukup peduli pada issu lingkungan hidup. Kita semua berkewajiban untuk menjaga agar bumi ini, sebagai satu-satunya planet milik kita, bisa tetap nyaman dijadikan rumah sekandung hayat di badan. Kita juga tidak ingin kehilangan berbagai satwa yang kini langka dan sudah pula  kita lindungi. 

Ancaman hukuman pidana cukup keras sudah menanti mereka yang terbukti melakukan perusakan fisik dan habitat alami satwa-satwa liar itu. Berbagai usaha pelestarian dan pelepasan liar satwa-satwa tadi juga sudah kita lakukan dengan baik.

Tindakan kampanye hitam Greenpeace terhadap dunia kelapa sawit Indonesia itu tidaklah dapat dibenarkan. Bukan begitu caranya menangani issu lingkungan hidup. Karena cara yang mereka pakai itu : mudharatnya lebih besar dari pada manfaatnya. Aksi mereka juga bukan tidak mungkin ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan konglomerasi pihak asing. Toh kita tidak tahu siapa saja yang ada di belakang mereka.

Karena itu, marilah kita pahami semua ini dengan baik. Ini bukanlah perkara main-main. Janganlah beranggapan karena Anda tidak bersangkutan secara langsung dengan dunia kelapa sawit lalu Anda tidak akan kena dampaknya. 

Sebanyak 17 juta orang yang sengsara itu bisa berbuat apa saja. Hilangnya 314,5 triliun devisa negara dari sektor sawit itu bisa membuat Rupiah makin terpuruk. Karena neraca perdagangan berjalan akan makin besar defisitnya. APBN juga akan makin timpang, karena hilangnya uang pajak hasil bea cukai ekspor CPO dari Indonesia.

Kami, petani sawit Indonesia menyerukan kepada saudara-saudara kami sebangsa dan setanah air, agar membantu kami dalam memperjuangkan nasib kami dan nasib bangsa kita ini. Jika Anda masih menjadi donatur Greenpeace, kami serukan untuk menghentikan donasi Anda. 

Ingatlah, donasi Anda sudah berperan nyata dalam membantu LSM asing Greenpeace beraksi memelaratkan anak bangsa ini. Dan janganlah pernah mendukung aksi mereka yang nota bene juga sangat merugikan para petani kita; mereka itu adalah saudara-saudaramu jua.  Cukup sudah politik Devide et Impera itu. Jangan lagi kita mau dipecah belah oleh pihak asing. Jika ada masalah di dalam negeri, cukup kita saja yang menyelesaikannya.

Buat saudara kami anggota Greenpeace Indonesia, sadarlah! Kembalilah ke jalan yang benar, sesuai isi Pancasila dan Sumpah Pemuda. Janganlah khianati perjuangan para petani kecil ini. Mereka sudah bertarung nyawa bersusah payah untuk sekedar membuka sebidang kebun, demi menyambung hidup dan memastikan masa depan anak-anak mereka. 

Tiba saatnya mereka memanen hasil kebunnya, harganya anjlok parah akibat perbuatan kalian. Mereka kini menangis pilu di dalam gubuk-gubuk sederhana yang mereka bangun nun jauh di tempat terpencil. 

Anak-anak mereka harus berjalan kaki sampai puluhan kilometer demi mencapai sekolahnya. Dan kini mereka tak mampu berjalan lagi. Tubuh mereka lemah. Perut mereka lapar. Kebun kelapa sawit sebagai satu-satunya sumber penghasilan keluarga, kini buahnya sudah tidak lagi berarti.

Wahai anggota Greenpeace Indonesia, cobalah sekali-sekali kalian datang menjenguk peri kehidupan mereka. Perhatikanlah nasib mereka. Janganlah bisanya hanya melakukan aksi yang berakibat menambah nestapa derita mereka. 

Hentikanlah aksi kalian itu. Cukup sudah semua kekacauan ini. Semua hal bisa kita bicarakan baik-baik. Semua hal ada solusinya. Jangan pernah lagi beraksi sepihak tanpa mempertimbangkan efek negatifnya.

Terakhir, kami petani Indonesia meminta bantuan dari seluruh rakyat Indonesia untuk menanda tangani petisi pembelaan nasib kami di Change org. Ulurkanlah sejenak tangan Anda demi kebaikan NKRI ini selanjutnya.

Selamatkan Indonesia Dari Tuduhan Minyak Sawit Kotor

Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun