Mohon tunggu...
Bang Nanus
Bang Nanus Mohon Tunggu... -

Kadang skeptis kadang fanatik, senang nonton lawak

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rasisme Ala Jawa…. Babat-Bibit-Bobot yang Terbukti Sangat Ilmiah

27 Mei 2011   04:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:09 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Anak muda Jawa jaman sekarang mungkin akan menganggap "kuno" jika saat ini masih ada orang tua yang mendesak anaknya untuk meneliti babat, bibit, dan bobot orang yang akan dijadikannya istri atau suami. Bukan hanya dianggap "jadul", penerapan pandangan seperti itu di era demokrasi dan HAM sekarang ini dapat dianggap rasis dan feodalistik. Rasis karena bertendensi diskriminatif terhadap seseorang. Feodal, karena konsep babat-bibit-bobot identik dengan tatanan sosial ciptaan kaum ningrat, yang tidak rela hegemoninya "terkontaminasi" kalangan sosial jelata.

Terlepas dari apa pun motif sosial-politik penerapan filosofi yang terkesan "pongah" tersebut, berdasarkan ilmu genetika modern, babat-bibit-bobot memiliki makna dan fungsi survival.

Pewarisan Sifat dan Gen

Jika diterjemahkan secara bebas kata babat dapat diartikan asal-usul (silsilah). Bibit dapat diartikan sebagai kualitas biologis: berbadan sehat, subur, cantik/tampan. Sedangkan bobot, berkonotasi dengan kualitas status sosial: tingkat pendidikan, kekayaan dan/atau jabatan.

Seorang anak akan mewarisi (perpaduan) gen (blue print sifat) dari kedua orang tuannya. Ambil contoh seorang ibu sehat/normal tetapi membawa gen buta warna menikah dengan lelaki yang tidak punya leluhur buta warna. Secara statistik, 50% anak lelaki pasangan ini akan mengidap buta warna. Mengapa? Si ibu memang normal, tetapi dia membawa gen buta warna dari leluhurnya yang memiliki sejarah buta warna. Disinilah arti babat (silsilah)menjadi penting.

Selanjutnya soal bibit. Semua ciri biologis manusia seperti warna kulit, bentuk hidung, tinggi badan, serta ketahanan terhadap penyakit ditentukan oleh gen. Sehingga, berbagai aspek yang berkaitan dengan kesehatan, kecantikan, kesuburan atau kemandulan semua ditentukan oleh gen. Jadi, kualitas bibit (si anak) ditentukan oleh babat (kualitas gen orang tua).

Terakhir, bobot. Pendidikan dan kesuksesan karir adalah fungsi dari kecerdasan dan kualitas biologis (kekuatan otot, daya tahan tubuh, hingga penampilan). Kecerdasan dan kualitas biologis tubuh ditentukan oleh gen. Dengan demikian, bobot (kesuksesan soaial)seseorang ditentukan oleh bibit, artinya juga dipengaruhi fakltor gen.

Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa kualitas gen leluhur (orang tua) menjadi penentu kualitas biologis dan sosial anak-anaknya.

Babat-bibit-bobot: awal pembentukan nasib

Diatas sudah tergambar bahwa gen bertanggung jawab terhadap pembentukan ciri fisik (cantik/tampan), kualitas kesehatan (tangguh/mudah terserang penyakit), dan emosi (pemarah, ramah, pemalu, atau periang).

Bayangkan seorang gadis (sebut saja Si-A) mewarisi gen fisik "jelek", mudah sakit, pemarah, dan pemalu lalu dibandingkan dengan gadis lain (sebut saja si-B) yang mewarisi gen jelita, tahan terhadap penyakit, ramah, dan periang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun