Kehilangan Abi Bidok merupakan sebuah duka yang mendalam bagi seluruh masyarakat Pidie Jaya, khususnya para santri dan umat yang pernah belajar darinya. Pada Senin, 24 Agustus 2020, beliau berpulang ke rahmatullah setelah beberapa waktu terakhir mengalami kondisi kesehatan yang menurun. Meski telah wafat, jejak-jejak kebaikan yang beliau tinggalkan akan terus hidup dalam ingatan dan doa para muridnya.
Saat jenazah beliau dimakamkan di kompleks Dayah Daruzzahidin, ribuan masyarakat, alim ulama, dan pejabat pemerintahan datang untuk memberikan penghormatan terakhir. Tidak ada yang bisa menggantikan sosok beliau yang selama ini menjadi penyejuk bagi banyak hati. Abi Bidok tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kehidupan yang sangat berharga bagi umat Islam, yaitu kesederhanaan, keikhlasan, dan kecintaan kepada Allah.
Warisan terbesar yang ditinggalkan oleh Abi Bidok bukanlah bangunan megah atau harta benda, melainkan ilmu, akhlak, dan doa-doa yang tak terhitung jumlahnya. Beliau telah mengajarkan para muridnya untuk selalu bersyukur, sabar, dan tawakal kepada Allah dalam setiap keadaan. Abi mengajarkan bahwa hidup ini sementara, dan yang abadi adalah amal baik yang kita lakukan untuk Allah.
Setiap ilmu yang diajarkan oleh Abi akan terus menjadi sedekah jariyah, yang pahalanya akan terus mengalir meskipun beliau telah tiada. Setiap lantunan ayat yang beliau ajarkan, setiap nasihat yang beliau berikan, akan terus menggema di hati para santri dan umat yang pernah mengenalnya.
Doa-doa Abi masih terus mengalir hingga saat ini. Di setiap sudut Dayah Daruzzahidin, suara dzikir dan doa yang beliau ajarkan masih bergema. Di setiap rumah santri, doa untuk Abi masih terus dipanjatkan. Begitulah, Abi Bidok tetap hidup dalam doa dan ingatan umat yang mencintainya.
Abi Bidok: Sebuah Cahaya yang Tidak Akan Padam
Meski tubuhnya telah terbaring di liang lahat, semangat dan ajaran Abi Bidok tidak akan pernah padam. Sebagaimana beliau sering berkata, "Ilmu itu hidup, ia akan terus menerangi hati-hati yang mau belajar." Begitulah Abi Bidok, meski telah pergi, tetapi cahayanya tetap ada, menyinari jalan para santri dan umat yang selalu merindukan keberkahan hidup dan akhirat.
Abi Bidok Menghidupkan Suluk dan Tarekat di Negeri Japakeh
Salah satu warisan spiritual yang paling signifikan dari Abi Bidok adalah peran besar beliau dalam menghidupkan suluk dan tarekat di Aceh, khususnya di negeri Japakeh. Tarekat adalah jalur spiritual yang telah lama dikenal dalam tradisi Islam, dan dalam konteks Aceh, tarekat memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan keagamaan masyarakat. Suluk, yang berarti perjalanan batin atau spiritual, adalah salah satu bagian penting dalam tarekat, di mana seorang murid memfokuskan dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui berbagai bentuk ibadah dan mujahadah.
Sebagai seorang ulama yang mendalami tasawuf, Abi Bidok tidak hanya berperan sebagai pengajar ilmu agama formal, tetapi juga sebagai seorang mursyid (guru tarekat) yang mengajarkan suluk kepada para santri dan masyarakat sekitar. Beliau menghidupkan tarekat di negeri Japakeh, sebuah daerah yang dikenal dengan kedalamannya dalam praktik spiritual. Di tempat ini, tarekat bukan hanya diajarkan sebagai bentuk ritual semata, tetapi lebih kepada proses penyucian hati dan perbaikan akhlak.
Tarekat yang Mendasari Kehidupan