"Tidak apa-apa jika saya dipenjara selama kapanpun, asal saya bersama buku". Mungkin itulah inti dari apa yang pernah disampaikan oleh Bung Hatta. Seorang pemikir sekaligus salah satu pahlawan nasional bangsa Indonesia. Sangking pentingnya membaca, sampai-sampai buku sering dikatakan sebagai jendela dunia. Tak berlebihan memang jika mengatakan atau beranggapan demikian. Karena pada dasarnya, buku merupakan sarana literasi yang mampu menunjang kompetensi sekaligus menambah wawasan pengetahuan seseorang. Membaca buku di waktu santai, di saat istirahat siang, atau sebelum tidur semua sama saja. Minimal ada 30 hingga 45 menit dalam sehari yang bisa kita luangkan untuk membaca buku.Â
Namun jika pernyataan di atas kita bahas di tahun 60-an hingga 90-an atau tahun di mana teknologi belum menggila seperti sekarang ini mungkin akan relevan. Tetapi, jika kita bahas sekarang di era serba digital tentu agak kurang relevan. Mengapa? permasalahan utama bukanlah dari segi sajian buku atau isinya yang kurang  menarik, melainkan dari sisi motivasi dan minat baca dari orang itu sendiri. Tak dapat dipungkiri memang jika di era digital saat ini, citra buku memang sudah menurun dan mulai tergantikan oleh yang sering disebut e-book maupun sarana baca dalam bentuk digital. Maka dari itu, buku seakan hanya digunakan sebagai penghias meja atau lemari rak buku, tanpa pernah sekalipun membuka apalagi membacanya.Â
Banyak faktor sebenarnya yang menyebabkan sebagian orang malas untuk membaca buku. Misalnya dari segi motivasi dan minat, ketertarikan terhadap isi, isi buku bacaan yang sulit, kurang bisa memahami isi buku, dan lain sebagainya. Malas membaca buku berarti ada suatu masalah serius yang harus diselesaikan. Apalagi yang malas membaca buku adalah orang yang berprofesi sebagai guru. Tentu itu adalah masalah serius. Kali ini saya akan coba bagikan beberapa tips sederhana bagi guru agar bisa lebih giat dalam membaca.Â
Mulai membaca buku favorit
Bagi pendidik yang malas membaca buku, alangkah baiknya untuk mulai membaca bahan bacaan yang disukai atau favorit. Bahan bacaan favorit adalah bahan bacaan baik berupa buku maupun digital yang berkaitan dengan sastra, kesenian, sejarah, kenegaraan, biografi, kolonial, agama, hingga bahan bacaan lain yang memang sudah menjadi kesukaan. Dengan membiasakan diri untuk membaca buku favorit, maka akan meningkatkan intensitas dalam membaca buku serta yang terpenting menambah wawasan terkait dengan bidang keilmuan yang digeluti.
Membiasakan diri menulis atau mencatat
Menulis atau mencatat materi-materi esensial di buku catatan akan membantu kita sebagai pendidik agar terbiasa membaca secara tidak langsung. Selain itu, kita juga akan terlatih untuk menguasai kata kunci dan hal-hal penting dari materi yang sudah kita baca sebelumnya baik dari buku maupun referensi digital. Menulis sendiri bisa kita lakukan di banyak media, mulai dari buku catatan, website blogger, media penulisan artikel atau jurnal online, dan masih banyak lagi. Jika sudah terbiasa menulis, maka kita akan semakin tertarik untuk gemar membaca.Â
Rajin mengikuti seminar dan lomba menulis
Aktif dalam hal mengikuti kegiatan akademis seperti seminar dan lomba-lomba menulis tentu akan semakin memperkaya wawasan dan mengasah daya kreatifitas dalam menulis dan membaca. Ada banyak lomba yang bisa diikuti sebagai guru di sekolah. Lomba-lomba tersebut biasanya kita dapatkan dari media sosial, maupun info-info dari grup whatsapp. Tingkatan lomba juga bervariasi mulai dari kota atau kabupaten, provinsi, nasional, hingga internasional. Lomba-lomba menulis juga bisa diikuti sesuai dengan kemampuan kita dalam bidang keilmuan yang kita miliki. Misalnya lomba menulis essai sastra, menulis cerpen, menulis biografi, menulis puisi, menulis artikel, dan lain sebagainya.Â
Luangkan waktu 30 menit sehari untuk membaca