Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Potongan Rambut

23 Juni 2022   11:45 Diperbarui: 23 Juni 2022   12:00 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by pixabay.com

Pun, saya masih mendengar ketika melintasi kedua pria ini yang masih berdiskusi soal potongan rambut.
Maafkan, sebetulnya aku tak berkehendak untuk mengatakannya, ini memang bukan persoalan besar, kau tahu? Tetapi saya pikir, lebih baik mengatakannya keadamu. Kata lelaki semula.

Owh.. ini oke.. saya mengerti. Jawab lelaki yang habis di potong itu.
Selanjutnya nanti akan bertumbuh.. aku pikir kamu akan baik-baik saja.
Yeah.. jika rambut ini memanjang kembali, aku tidak akan kembali ke tukang potong itu lagi.
Bukan kawan.. maksudku, ini tidak jelek.. tapi..?

Selanjutnya saya melewati kedua mereka dan kehilangan pendengaran karena saya sudah kembali berjalan setelah membayar kasir, melangkah keluar kafe kecil menuju halaman parkir. Saya sekejap berdiri di sisi mobil untuk merogoh kantung mencari kunci kontak vehicle, ketika dua pemuda itu tampak tergopoh menghampiri saya.

Maaf old man! Saya pikir ini tulisan anda tertinggal di meja sandwich anda! Pemuda itu berkata sambil mengacungkan selembar kertas yang saya kenali.
Yeah, kertas itu..? Itu bukan soal besar. Kata saya sambil membuka pintu kemudi.
Tapi tuan tua, tulisan ini tulisan besar! Bukankah ini tulisan anda?
Yeah, benar. Tapi .. darimana kau tahu itu tulisan besar? Saya bertanya.
Kami baru membaca judulnya dan kami merasakannya itu hebat, ini bakalan AU! Jawab satunya bersemangat.

Saya memandang lelaki satunya lagi, dan dari atmosfer  luar dengan mentari siang yang benderang, saya melihat jelas potongan rambutnya tidak sama panjang antara samping kiri dan kanannya. Tidak seimbang.
Dan memang cukuran aneh itu tidak terlihat jika kepalanya berada di dalam kafe kecil redup itu.

Maaf, aku tidak memikirkan lagi tulisan itu. Tapi.. aku pikir temanmu itu benar, ada masalah dengan potongan rambutmu! Jawab saya sembari masuk ke dalam mobil.
Saya sempat mengerling dan tampak keduanya berpandangan, tidak kepada kertas tulisan yang dipegangnya melainkan kepada potongan rambut salah satunya itu.

Saya pun menghidupkan kendaraan dan mulai ngegas keluar area kafe redup untuk lepas ke freeway.
Hingga saya tiba di lampu lalu lintas yang menyala merah, saya pun berhenti, tiba-tiba saya merasakan kunyahan roti lapis kalkun dan selada di dalam perut saya mendesak perut dan memukul kiri-kanan atas dan bawah.
Dan ketika lampu berganti hijau saya ngegas pol mobil, sembari berpikir untuk tidak lagi mampir ke warung kecil itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun