Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Budi Teman SMA ku

18 Januari 2022   07:30 Diperbarui: 18 Januari 2022   07:32 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari pixabay.com

Meskipun disisi lain, saya harus menelan tingkahnya dengan perut kosong yang selalu membuat perut saya kembung dan mual. Bahkan terkadang saya iri dengan murid-murid lelaki lain yang duduk di belakang gadis-gadis yang membangkitkan sinarnya menjadi pink dan violet indah.

Naik ke kelas tiga, saya dan Budi tidak selalu berada di dalam satu kelas, dikarenakan program variasi kelas dan variasi guru mengajar sehubungan dengan mendekatnya akhir pendidikan. Dan sejak itu pula, saya tidak menjadi pelajar yang baik saat saya tidak berada satu kelas dengan Budi atau Budi tidak berada di kelas yang sama dengan saya. 

Saya mengalami hal positif jika saya berada dalam satu kelas dengan Budi, saya mendapat nilai pelajaran kebanyakan dengan nilai C, bahkan meskipun langka saya pernah menadapat nila B. Namun jika beberapa lama Budi tidak berada di depan bangku saya, nilai pelajaran saya jauh menurun menjadi kebanjiran nilai D, bahkan bisa jeblok terjun ke nilai F.

Dan ketika keadan menjadi semakin buruk, kepala sekolah lewat guru BP, melayangkan surat peringatan (SP) kepada orang tua saya.
Emak saya yang seorang wanita yang psikotis takut terhadap kegagalan, mendatangi sekolah dan berbicara sambil menangis dan sedikit menjerit atas kegagalan saya yang sudah di depan mata ini. 

Guru BP yang saat itu mengambil langkah kurang bijak, menyuruh saya keluar ruangan yang artinya juga secara tersirat memerintahkan ibu saya untuk enyah meninggalkan ruangan BP, tanpa solusi yang komprehensif.
Namun saya yang terbiasa dengan karakter ibu, mencobanya untuk bersikap tenang dan apa adanya, menghadapi high school ini, dan bukan berarti kiamat.

Alkisah datanglah saat pengumuman formal sebagai kelanjutan dari acara wisuda yang sudah di jadwalkan. Dalam upacara penetapan kelulusan itu saya pun tahu diri, saya berdiri menanti apakah saya termasuk dalam deretan yang dipanggil sebagai tanda lulus.
Saya pasrahkan hati, memilih berdiri di paling belakang sehingga tidak terlalu kentara seandainya saya gagal. Namun tak disangka Budi berjalan menghampiri saya ke belakang dari posisinya yang semula agak di depan.

Kau boleh berdiri di belakangku sobat! Katanya menawarkan badan lemarinya yang ekstra besar. Dan saya menurut saja seperti biasanya berada di balik bayang-bayang nya yang gahar.
Bolehkah aku mengangkat tangan? Budi meminta pendapatnya kepada saya.
Tidak kali ini Buddy! Sergah saya. 

Tampak dia menurunkan lengannya yang sudah setengah terangkat menuruti nasihat saya. Dan seperti biasanya pula di berbalik dan menunjukkan lelucon muka muntahnya. Namun kali ini saya tidak menyeringai sebagaimana biasa saya membalas permainan bodoh ini. 

Saya memasang wajah asli saya seperti suasana hati yang saya rasakan saat itu, saya pikir Budi kecewa dengan tanggapan saya, dan benar terlihat dari wajahnya yang melebar. Dia pun mengangkat tangannya sebagai protes atas respon saya yang tidak biasa didapatkannya. Namun bersamaan dangan itu saya mendengar namanya disebut untuk naik ke mimbar kelulusan, rupanya acungan tangan berlemaknya itu menunjukkan eksistensinya atas panggilan namanya sebagai wisudawan.
Tak selang beberapa detik, nama saya pun di sebut sebagai wisudawan untuk maju ke panggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun