Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ini yang Membuat Kami Bisa Bertahan hingga 2022

1 Januari 2022   00:03 Diperbarui: 1 Januari 2022   00:08 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber dari pixabay.com

Memasuki level SMA, kami dimasukkan ke dalam kelas yang paling kelam, maksud saya, kelas yang paling buncit karena berisi anak-anak yang terdegradasi. Mereka menyebut kami anak-anak bawah, murid-murid buangan, bahkan disebut anak-anak forget it, lupakan saja. Apalagi saya dengan sahabat saya semenjak sekolah tinggi yunior, Baldi, sudah ditandai sebagai dua lelaki bakal bermasalah di atas tanah sekolah level anyar ini. Tapi saya dan Baldi memang sudah begitu kental untuk tak memasalahkan macam beginian.

Kita akan memulai lagi disini Bongski! Ucap Baldi saat pertama kami menginjak sepatu karet di lantai kelas yang terujung. Saya nyengir saja, sebagai tanda bahwa itu signature kita bukan? Provokasi saya kepada sahabat kencur itu. Ah! Baldi memang lebih muda satu tahun dari saya, tapi tetap saja, saya kadang mengucapkan kencur untuknya, dan dia tak bermasalah dengan itu. 

Bapak wali kelas kami sudah menandai dengan stabilo merah di daftar absensi kelas, seakan jangan sampai lolos kedua badut ini, yang bakal bisa menggoyang kestabilan kelas bahkan satu sekolah.

Namun kami berdua sudah bosan dengan tetek bengek berlebihan seperti ini, beberapa kali guru wibawa itu menekan kedewasaan kami, supaya beradat pantas, karena ini SMA, sebuah harkat sekolah tinggi senior. Sementara di sisi lain, saya menjelaskan bahwa kami sudah berbeda dengan masa yunioritas kami di SMP. Kami pikir kami sudah dewasa, boss! Jelas saya, namun kami berdua di panggil guru BK karena mengucapkan kata boss! Dan pada ujungnya, kami harus berjanji untuk tidak mengulangi kata boss lagi.

Waktu pun berjalan cukup cepat, kami mulai tidak betah dengan kelas kami yang membosankan, dan memulai ekspansi, bergaul dengan kelas-kelas lain. Semula mereka menganggap remeh kami dan tidak level, karena jelas kelas mereka diatas level kelas kami yang berada di peringkat paling bontot. Tapi saya pikir, saya yang mahir berdiplomasi  dengan separuh membual, sehingga mereka menerima kami meski dengan setengah hati. What the he**! Ucap saya tidak peduli.

Hingga suatu saat saya baru ngeh, bahwa di kelas top yang dimuati murid-murid ranking, terdapat dua gadis menawan yang duduk di dalamnya, bernama Iren dan Lui. Mereka bersaudara, kakak beradik, Iren sang kakak satu tahun lebih tua, juga sedikit lebih tinggi, namun bagaimanapun sulit menebak siapa Iren dan siapa Lui, sebab keduanya demikian mirip. Mereka tidak saja menawan, namun mereka juga cantik, bahkan cantik sekali.

Saya kerap menyeret kerah lelaki ranking yang seruang dengan Iren dan Lui, untuk menanyakan apakah mereka sudah memiliki pacar. Anak yang saya cangking tampak gemetar.
Pacar? Pacar? Ah! Tidak ada yang berani mendekati kedua bidadari itu! Jawab anak pandai itu ketakutan.
Hei! Apakah kedua gadis itu cukup pandai? Saya mendesaknya.
Apa? Gadis itu sama sekali tidak bodoh, apalagi sebodoh kalian..huh..huh.. Murid ceking pintar itu menjawab seperti meng clickbait kami.

Kamu sucks! Hentak saya sambil melepas dan mendorongnya,membikinnya kabur menjauhi kami sampai tidak kelihatan.
Oke Baldi, rupanya semua lelaki sekolah menjauhi puteri-puteri cantik itu, mereka ketakutan untuk mendekati pasangan kakak beradik cantik ini. Bagaimana menurutmu? Saya bertanya ke Baldi.
Sahabat di samping saya ini hanya nyengir. Hei! Kau tidak keder juga kan? Tak ada perempuan yang menakutiku, Bongski! Jawabnya.

Selanjutnya, perbuatan kami adalah melakukan investigasi, mengamati perilaku princess Iren dan Lui, dan temuan yang sedikit mengejutkan kami, adalah bahwa mereka ternyata sama sekali tidak sombong, bahkan lebih ramah dari anak-anak perempuan lainnya. Tapi ada sesuatu mereka lebih, mereka memiliki style yang jauh lebih langit. Kedua kakak beradik ini berpakaian sangat berbeda dengan murid perempuan lainnya.

Irene-Lui selalu memakai sepatu hak tinggi, dengan high heels, mereka melangkah tinggi dan anggun, mereka juga melengkapi kaki indahnya dengan stoking sehalus sutera. Dipadukan blus dan rok yang sedikit tinggi dan ketat. Dan yang lebih membuat kami kerdil, adalah mereka selalu memakai outfits yang selalu anyar, setiap hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun