Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rumah Gadai

24 Maret 2021   17:07 Diperbarui: 24 Maret 2021   17:12 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh SofieLayla Thal dari Pixabay

Sudah berjalan dua pekan ini matahari tidak pernah terang. Fajar yang dinaikkan berwarna pucat yang pada akhirnya terbenam ke dalam barat dengan warna kusam serupa. Rumah Boim juga jadi seperti barang rongsokan, perabotan-perabotan emas meredup tidak lagi tampak sentuhan Midas.

"Apakah sihir sudah memudar?" Boim bertanya kepada mentari pulang.

" Sihir tidak memiliki silsilah" Matahari berbisik ketika bersinggungan dengan awan.

Bos Boim melihat ke udara pasi, seperti melihat pelayat.

"Berapakah umurmu sihir?"  Boim bertanya, tangannya ada di saku celana. Tapi matahari keburu dipanggil barat untuk segera merunduk lebih rendah dari cakrawala. Bos Boim berlari mengejar, tubuh tambunnya bergetar menuntut jawaban. Matahari sudah tak berwenang kerna kerajaan sudah jatuh diperintah malam. Mungkin dalam mimpi nanti akan dikatakan bahwa umur sihir tidak pernah ada, kerna sihir sudah ada sedini nafas.

Bos Boim melangkah masuk kedalam rumah yang besar yang tak terlihat megah dimatanya, menjumpai istrinya dan anaknya. Anaknya masih mungil merengek minta digendong, sedang istrinya memandang wajahnya.

Boim berlaku layaknya bapak sehari-hari tanpa perubahan apa-apa, dia tidak mau istri anaknya kuatir, dia tak ingin memberitahu bahwa  telah terjadi perubahan pada pandangan kedua matanya yang melihat segalanya kusam. Boim mengerti hanya dia seorang yang mengalami anomali dunia pucat, sedang bini dan anaknya bermata normal.  

"Besok papa mau ke pegadaian" kata Boim. Istrinya kaget kerna uang hasil konten mereka termasuk bayinya sudah terkumpul puluhan milyar belum terhitung endorse.Bagaimana mungkin.

"Papa punya kredit macet?" istri cantiknya bertanya kuatir. Boim menggeleng.

"Serius?" Boim mengangguk lalu masuk ke kamar tidur.

Di dalam tidurnya Boim bermimpi kedatangan banyak pelayat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun