Pagi duduk manis sedari dini
Serasa permaisuri cantik menanti mempelai
Pagi selalu sombong terobsesi pemilik matahari
Membayangkan mahkotanya setiap hari
Ketika mentari menyentuh diri
Pagi berkata inilah relasi cinta abadi
Namun matahari mesti bergerak desersi
Meninggalkan pagi terhuyung tak berperi
Lalu pagi menangisi
nasib cinta bertepuk sebelah tangan yang menghantui
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!