Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tangga Terakhir

20 Agustus 2019   23:22 Diperbarui: 20 Agustus 2019   23:33 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com

Dua sahabat  Aku dan Rudin memang sedari bocah sudah lengket. Seperti sodaraan kata orang orang. Dimana ada aku pasti hadir si Rudin. Wajah kami pun boleh dikata terlanjur mirip satu dengan lainnya, sehingga banyak yang menduga kami berdua kembar atau kakak beradik. Padahal bukan,  cuma untuk menyenangkan mereka, kami mengakui saja bahwa memang kami berdua basudara, tapi beda bapak ibu.  Semenjak taman kanak kanak sampai sekolah menengah atas  kita juga satu sekolah, satu kelas bahkan satu bangku. Kok bisa? Ya bisa lah!

Namun ketika menginjak cerita perkuliahan di perguruan tinggi kita berpisah jurusan peminatan, meskipun masih satu kampus, satu kos lagih.  Aku mengambil jurusan seni rupa sedangkan soulmate ku Rudin menyambar jurusan bisnis.

Aku memang begitu pasion dengan kehidupan art, dari seni lukis hingga seni sastra. Sementara Rudin ternyata kesengsem dengan dunia usaha, seperti yang sekarang buming itu loh, bisnis dijital atau startup unicorn. Meskipun diperjalanan, kebatinan diantara kita semakin berjarak bak langit dan bumi, namun risalah hati yang telah terpatri diantara kami sejak bebi, taklah lekang hapus akan persaudaraan.

"Ini aku beli bebek goreng"  satu ketika Rudin melengserkan kotak besar berminyak di meja makan.  Aku yang sedang mengetik puisi mengerenyit jidat lalu menggeleng. "Kamu gak makan bro?"lanjutnya.

"Dah" sahutku masih lurus dilaptop. "Kamu makan remah remah lagi bro?" Rudin menatap meja makan yang menyisakan sekerat repihan roti bekasku. "Mmm.." aku mengangguk.

Lalu kutengok Rudin membuka bento bebeknya yang berdaging padat dan jumbo, mengeratnya besar dan mengunyahnya lezat. "Muakan bero!" selanya dengan mulut penuh. Aku melirik senyum.

"Jika begini kamu akan semakin kurus, bro. Lihatlah!" aku dikejutkan dengan kata kata Rudin yang selesai gegares dalam tempo sesingkat singkatnya.

"Seperti itu? Tapi aku merasa cukup. Sebaliknya kamu Din, semakin gemuk. Lihatlah!" balasku.

"Seperti itu? Tapi aku merasa laper melulu, bro. hahaha.." Dia ketawa. "Eheheh.." akupun terkekeh.

Begitulah singkatnya kami pun berhasil merampungkan studi kami bersamaan dan tepat waktu menjalani pesta wisuda sarjana bersama dengan rupa fisik yang sama sekali berubah dari masa bocah atau akil balik yang dulu mirip.

Aku tampak begitu kerempeng dengan rambut tergerai gondrong sedang Rudin yang gendut dan bermuka bulat berminyak. Meskipun berubah dahsat kami hepi dan berdekapan. Ada rasa sesuatu yang  berbeda, sesuatu yang hilang. Satu fasa rasa yang baru pertama aku dan Rudin merasakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun