Sunyi di pustaka, angin paginya membelah lewat kisi jendela besar, merambatkan sisa dingin alam hijau yang terhampar diluar. Tak hendak kurapatkan trucker denim di tubuhku, kerna ruang pustaka ini menyimpan dingin dengan begitu tinggi luas dan gaharnya.Â
Kokoh dinding tinggalan Belanda yang tak lekang lewat berabad. Â Perpustakaan ini begitu kuno dan indah, aku baru menyadarinya sekaligus menyesalinya, kerna baru perdana kuinjakkan snikersku kelantai berkotak luas ini. Â
Tak berlama mengagumi, rak buku kimia kutelusuri perlahan. Tersenyum sendiri, kuraih handbook yang barangkali sesuai dengan mauku. Chemical Engineering Handbook, buku tebal McGraw Hill, yang sudah ku hapal lebih dari setengahnya. Â Kuseret kursi tanpa suara, sebagai isarat bahwa ku tak sendiri di ruang perpustakaan yang wajib sunyi.
Lalu tak lama, aku terbenam di  alam kimia, jurusan yang sudah kutekuni hingga di ujung semester ini. Otak cepat ku menyerap, tak butuh lama sebagai kandidat cum laude bernilai segala A tanpa cela. Akupun beranjak, meninggalkan mahasiswa lain yang masih senyap disekitar. Melangkah keluar menuju ruang kuliah di sebelah utara.Â
Setiba langkah di luar pintu, seorang gadis berhambur kilat bertumbur tak terelak. Bruuk! Tumpukan buku yang dipegangnya bergelimpang, juga sosoknya terbawa limbung. Sigap lenganku meraih tangannya hingga selamat dari kejatuhan.
"Ah! Maaf" katanya refleks mengibas genggamku.
Aku yang  segera rebah merunduk memunguti bukunya yang berserak, tak begitu tertarik dengan maafnya.
"Ah! Tidak perlu.." dia sudah tak sempat lagi melarang, kerna keempat bukunya sudah pindah ke lenganku.
"Buku yang menarik" aku menyorongkan dan dia menyambutnya.
"Terima kasih" Â matanya menatap, begitupun mataku. Kami berpandangan. Seperti aku enggak bisa melepasnya, demikan dia pun layaknya, enggan mengalihkannya.