Mohon tunggu...
April Perlindungan
April Perlindungan Mohon Tunggu... lainnya -

pemuda desa, menyusuri lorong sunyi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ilusi Timses

9 Juni 2014   04:54 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:37 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tim Sukses, dari kalimatnya, adalah sekelompok orang yang berusaha sekuat tenaga, memenangkan seseorang meraih tampuk kekuasaan atau jabatan. Targetnya sukses ! sukses dalam hal ini berarti  menang !. Prestasi Timses biasanya  diukur dari kalkulasi suara yang diperoleh, hal itu menjadi tiket pembuka  posisi tawarnya kelak, jika jagoan yang diusungnya berhasil menjadi penguasa.

Biasanya, struktur Timses itu terdiri TIM inti yang membawahi bidang kampanye, bidang penggalangan dana, bidang pengorganisasian dan yang terakhir menggalang Tim Hore !. Tim Hore, adalah kelompok yang merasa paling punya akses terhadap sang calon, padahal posisi nyata di lapangan berada di lapisan terakhir. Tim hore,  terlihat bekerja paling berapi-api diantara tim lainnya.

Kemudian,  dalam struktur Tim, dikenal juga istilah yang tidak formal, yakni Ring 1, Ring 2 dan seterusnya. Orang yang pernah jadi timses, tidak asing dengan istilah itu. Jika anda bertemu timses dan bertanya :

“ Apa jaminan anda, jika saya kelak  punya kepentingan dengan calon anda?”.

Biasanya timses akan menjawab :

“ Jangan khawatir, saya berada di ring 1, saya punya pengaruh dan bisa akses langusng”.

Jawaban timses itu tidak bohong, namun belum tentu benar, karena ia  telah diberi “ilusi” sebagai orang yang paling mampu mempengaruhi calon, jika kelak sang calon telah berkuasa. Dan yang sudah pasti, jawaban timses tersebut adalah “ilusi”, karena memberi harapan palsu.

Dalam proses embrio, tugas Ring 1  adalah merumuskan struktur Timses, agar relasi politik yang terlibat, merasa tidak ada pembedaan antara ring 1, ring 2 dan seterusnya. Ring 1 meyakinkan relasi politik, bahwa seluruh tim yang tergabung, memiliki kedekatan yang sama, merasa paling punya akses kepada calon. Artinya, ring inti meyakinkan relasi politik, bahwa seluruh tim posisinya berada di ring 1.  jika itu berhasil, anda bisa bayangkan semangat kerja tim, karena seluruh orang yang terlibat merasa berada di ring 1.

Kembali ke laptop  !

Menyoal timses, kebetulan, kali ini perang timses kembali meruncing akibat perhelatan Pilpres. Dimulai dari deklarasi organisasi A mendukung pasangan B. Menyerukan kepada rakyat agar memilih B, karena hanya memilih B, nasib rakyat akan berubah, karena si B penyelamat bangsa, karena si B ratu adil, karena si B satrio pininggit.

Seruan semacam itu jelaslah ilusi, jika pun benar calon yang kita usung adalah orang jujur dan bersih, namun tidak usah pula menghembuksan angin surga, menaruh harapan setinggi langit, espektasi berlebih, karena kelak, seruan kita akan di tagih, ketika rakyat atau konstituen berhadapan dengan masalah structural.

Benar adanya, menjatuhkan pilihan kepada seseorang itu adalah hak, begitu juga mengajak orang lain untuk ikut dengan apa yang kita pilih juga bukan perbuatan melanggar hukum, namun menjadi soal, ketika dalam proses “ mengajak pihak lain itu, terutama rakyat”, dibumbui harapan semu. Bahwa jika milih A atau B, kita memberi ilusi bahwa upah buruh akan naik, petani sejahtera, ekonomi merata, umat islam akan jaya, jangan pilih B karena B kafir, antek yahudi dll, kalimat semacam itu adalah ajakan yang membodohkan umat.

jika anda kebetulan timses, dan saya yakin anda hanya bagian kecil dari Tim Hore, gunakanlah akal ketika mengajak,  agar rakyat terdidik berpolitik, agar rakyat tetap focus membangun solusi atas berbagai masalah yang di hadapinya.

“ Jika bapak dan ibu pilih B, setidaknya kita masih bebas ngomong di fb atau twiter. Tapi saya tidak menjamin lho bahwa itu benar. Namun pribadi saya pilih B, minimal  saya mempertahankan kondisi itu, kondisi bebas cuap-cuap di twiter dan koran. Apabila alasan memilih si B karena si B akan merubah nasib bangsa ini, saya tidak menjamin, karena yang bisa merubah nasib suatu kaum, hanya kaum itu sendiri, hanya bapak dan ibu yang bisa merubahnya, bukan si B”.

Benar atau tidaknya kalimat itu, yang dimaksud adalah, bahwa sampaikan kondisi sebenarnya kepada rakyat, bahwa ratu adil itu, bukan capres A atau Capres B. Sampaikan bahwa  Ratu adil itu adalah rakyat.  Jika rakyat tidak bergerak, ratu adil takkan  lahir, jika rakyat diam, keadaan tidak pernah berubah.

Kemudian, Jika saat ini kita mendengar celotehan Timses bahwa sosok A atau B, mampu merubah kondisi bangsa ini dengan cepat, biarlah mereka menyebar  dan saling mempercantik ilusi  itu. Usahakan rakyat  tetap focus, membangun kekuatan dan kemandirian. Soal ngomongin capres, anggap saja obrolan pengisi waktu luang, yang tidak merubah nuansa akrab dan memecah belah persaudaraan.

Salam

Mantan Timses Kades

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun