Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Buruh Bangunan ini Akhirnya Mampu Mendirikan Dua Rumah Baca

31 Agustus 2016   17:15 Diperbarui: 31 Agustus 2016   20:05 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah baca 1 yang baru didirikan Robi (foto: dok 1)

Status Robianto (30) biasa disapa Robi warga Desa bayalangu Lor RT 12 RW 03, Gegesik, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat yang hanya seorang buruh bangunan, rupanya tak menghalangi niat untuk mendirikan Rumah Baca (Ruba) gratis. Kendati sempat pontang panting, akhirnya hari ini terwujut dua titik sarana edukasi.

Ruba yang didirikan oleh Robi, sebenarnya hanya berupa bangunan semi permanen sangat sederhana. Terletak di Desa Bayalangu Lor RT 02 RW 08 dan di Desa Bayalangu Kidul RT 03 RW 02, berukuran masing- masing 4x5 meter. Kendati terkesan seadanya dan menempati lahan milik warga, namun, manfaatnya ternyata sangat besar. “Animo anak- anak mau pun orang dewasa untuk membaca di sini sangat tinggi,” ungkap Robi ketika ditemui di lokasi, Rabu (31/8) sore.

Anak- anak di rmah baca 1, koleksinya masih minim (foto: dok pri)
Anak- anak di rmah baca 1, koleksinya masih minim (foto: dok pri)
Sembari memegang secarik kertas bertuliskan nama-nama donatur yang telah membantunya, Robi menjelaskan, keberadaan dua titik Ruba yang baru saja tuntas berdiri, sebenarnya tidak lepas dari bantuan orang-orang yang mengenalnya. Di mana, pada lokasi pertama, dana yang dipergunakan mencapai Rp 1,8 juta, untuk membeli material serta jajanan. Uang tersebut didapat dari Marya Ulfah seorang mahasiswi di Sydney, Australia sebesar Rp 500.000, Umroh Atun seorang TKW di Malaysia Rp 1 juta dan sisanya Rp 300.000 merupakan uang pribadinya.

“Untuk Ruba dua, karena tempatnya sudah ada, saya tidak mengeluarkan uang sama sekali. Salah satu warga bersedia meminjamkan ruangan di rumahnya untuk dijadikan Ruba. Saya hanya keluar uang sebesar Rp 80.000 untuk membeli buku gambar dan alat tulis. Sedangkan rak buku sementara menggunakan rak yang ada di rumah saya,” jelas Robi.

Menurut Robi, Perpustakaan Jalanan (Perpusjal) mau pun dua Ruba yang tengah dirintisnya, sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari beberapa rekannya yang terus menerus memberikan suport terhadap dirinya. Contohnya, motor tua yang sudah dimodifikasi adalah milik Emik Street seorang aktivis perpustakaan, Abay Lukman dan Imam MJ yang memperkerjakannya. “Termasuk pak Nirwan Arsuka, pak Faiz, kang Ridwan Seruri, kang Sugeng Haryono, kang Fauzi Baim sampai pak Hendrason, mereka sangat membantu saya,” tuturnya tanpa mampu dibendung.

Robi dengan sabar menunggui anak- anak (foto: dok pri)
Robi dengan sabar menunggui anak- anak (foto: dok pri)
Kompasiana Berbagi

Seperti diketahui, Robi adalah salah satu aktivis Perpusjal di Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Meski ia hanya buruh bangunan dengan penghasilan bersih sehari Rp 50.000, namun, kepeduliannya terhadap kebutuhan bacaan bagi anak-anak mau pun anak putus sekolah layak diapresiasi. Memanfaatkan motor pinjaman yang telah dimodifikasi berbentuk perahu, saban hari dirinya berkeliling sekedar menjajakan buku-buku bacaan dan mainan tradisional secara gratis.

Ada satu tekad Robi, yakni ingin mematahkan survey yang pernah dilakukan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Di mana, dalam rilisnya  lembaga dunia yang memayungi pendidikan tersebut menyebutkan bahwa minat baca di Indonesia amat rendah (0,001 persen). Untuk itu, ia akan memperlihatkan fakta di lapangan, bila sarananya tersedia, maka gairah membaca anak-anak ternyata sangat menggembirakan.

Kendaraan operasional Robi (foto: dok pri)
Kendaraan operasional Robi (foto: dok pri)
Dengan bekal pendidikan yang cetek, Robi terus berupaya menularkan virus literasi terhadap anak-anak. Sayang, setelah dua Ruba berdiri, langkahnya terhambat oleh jumlah buku koleksinya. Dengan koleksi sebanyak 300 eksemplar judul buku, 100 buku disediakan di Ruba 1,50 buku ada di Ruba 2 dan sisanya dibawanya keliling. 

“Sebelumnya koleksi hanya 200 buah buku, setelah mendapat kiriman dari pak Faiz (Yogya), pak Nirwan (Jakarta), mas Eko Sanyoto (Salatiga), ibu Dewi, ibu Ririn (Cirebon) dan masyarakat setempat, sekarang jumlahnya jadi 300 eksemplar,” jelas Robi yang berkulit sawo matang ini serius.

Anak- anak membaca di rmah baca 2 (foto: dok pri)
Anak- anak membaca di rmah baca 2 (foto: dok pri)
Agak terperangah juga mendengar nama- nama yang disebutnya, pasalnya dari sederet nama tersebut, tidak ada satu pun yang menyandang predikat Kompasianer. Padahal, pekan lalu, rekan-rekan Kompasianer sudah banyak yang menyatakan keinginannya menyumbangkan buku-bukunya yang tak terpakai. Kendati begitu, untuk menghiburnya, saya katakana bahwa bantuan rekan Kompasianer mungkin masih dalam perjalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun