Setiap dua minggu, rombongan relawan mengantarkan sembako serta melakukan pengecekan apa yang dibutuhkan mbah Kruwet mau pun istrinya. Kalau biasanya tidur di bale kayu beralaskan tikar, belakangan sudah dikirim kasur kapuk.Â
Bahkan, ranjang kayunya terpaksa dibongkar total relawan karena kondisinya cukup mengkhawatirkan. "Yang repot, menyuruh mereka mandi dan berganti pakaian. Sulitnya minta ampun, padahal sudah dikirim beberapa potong pakaian," ujar Rojabi.
Karena tak pernah tersentuh air dan berpotensi muncul penyakit, akhirnya relawan pun memaksa mbah Kruwet untuk dimandikan. Kendati harus digendong akibat gangguan di pinggangnya, akhirnya beliau mau dibersihkan tubuhnya serta dipotong rambutnya.Â
Sebaliknya, mbah Kalinah tetap menolak keras dimandikan. "Mungkin khawatir jimatnya raib," celetuk Rojabi seraya tertawa.
Sebagai penanggungjawab Relintas, saya harus mengapresiasi rekan- rekan relawan yang dengan telaten mengunjungi serta merawat pasutri malang itu. Beberapa kali saya memergoki mereka tengah memotongi kuku tangan dan kaki mbah Kruwet beserta istrinya.Â
Padahal, selain tidak pernah tersentuh air, bentuk kuku mereka juga eksotis. Panjang- panjang berwarna cokelat kehitaman hikz...
Sampai detik ini, pasutri renta itu masih menjadi orang tua asuh Relintas.Kebutuhan makan mau pun kesehatan relatif aman karena selalu dipantau, hanya yang menjadi ganjalan, apakah mereka bakal seterusnya dibiarkan seperti itu?Â
Sebab, bila pihak terkait mau memindahkannya ke panti jompo, tentunya hidup mbah Kruwet serta istrinya akan lebih terjamin. Ah, entahlah! Yang penting kami telah melakukan apa yang harus dilakukan. (*)