Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Lengkap Sudah Derita Mbah Kasrun

21 Mei 2018   16:49 Diperbarui: 22 Mei 2018   12:38 3363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbah Kasrun yang sarat derita (foto: dok pri)

Namanya sederhana, Kasrun (75) warga Dusun Sawit RT 10 RW 02, Desa Medayu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, biasa disapa dengan panggilan mbah Kasrun. Di usia uzurnya, selain didera kemiskinan, duda beranak empat tersebut masih harus merawat putrinya yang mengalami gangguan jiwa.

Menempati rumah berukuran 3 X 5 meter yang berdiri di atas lahan milik kerabatnya, jelas terlihat level kemiskinan yang dialami mbah Kasrun. Pasalnya, rumah itu hanya berdinding anyaman bambu yang telah lapuk sehingga terlihat banyak lobang. Bisa dipastikan , di malam hari udara dingin bebas menerobos ruangan dalam.

Rumah mungil mbah Kasrun di antara pohon bambu (foto: dok pri)
Rumah mungil mbah Kasrun di antara pohon bambu (foto: dok pri)
Tidak berplafon, lantainya masih berupa tanah liat. Antara ruang tamu dengan dapur menyatu jadi satu, sementara kamar mbah Kasrun dibuat ala kadarnya memanfaatkan terpal serta sarung bekas.

Putrinya yang bernama Poniyem (50) biasa tidur di atas bangku tua, maklum Poniyem sejak 30 tahun lalu mengalami gangguan jiwa.

"Dulu sempat berumah tangga, tinggal di Desa Regunung, Tengaran, Kabupaten Semarang. Namun, tak lama kemudian jiwanya terguncang dan pulang," tuturnya saat ditemui di rumahnya.

Sehari- hari, mbah Kasrun menjadi perajin tampah (semacam wadah bundar terbuat dari anyaman bambu). Dengan penghasilan berkisar Rp 20.000 per hari, otomatis pola hidupnya teramat sangat sederhana. Ibarat, bisa makan nasi saban hari sudah disyukurinya.


Di tengah hidupnya yang terengah -- engah itu, kadang mbah Kasrun harus direpotkan oleh ulah Poniyem. Perempuan berusia setengah abad tersebut, sering uring- uringan tak jelas juntrungnya.

"Namanya saja orang edan (gila), ya suka- suka dirinya," ungkap mbah Kasrun seakan pasrah menerima takdirnya.

Dari segi fisiknya, sangat terlihat kalau mbah Kasrun sudah kenyang dengan derita. Tubuhnya kurus, tanda kurang asupan gizi.

Sementara tiga orang anaknya yang lain, tinggal di tempat terpisah, celakanya penghasilan mereka juga pas- pasan. Karena mereka hanya buruh serabutan dan masing- masing telah berkeluarga.

Bangku untuk tidur putrinya (foto: dok pri)
Bangku untuk tidur putrinya (foto: dok pri)
Rumah Harus Dibedah

Mendengar nestapa yang dialami mbah Kasrun, rasanya saya tak sabar menahan diri. Kebetulan, ada hamba Allah yang menitipkan bantuan berupa sembako. Akhirnya, di siang hari bolong, saya mengunjungi rumah dhuafa yang berjarak dari Kota Salatiga sekitar 20 kilometer itu.

Tak butuh lama, hanya dalam waktu sekitar 20 menit, saya tiba di Dusun Sawit. Sempat bertanya ke warga hingga tiga kali, akhirnya tiba juga di kediaman lelaki malang itu. Mbah Kasrun menyambut ramah kedatangan saya, kendati tidak mengetahui tujuan saya, namun, keramahan khas orang pedesaan sulit lepas dari dirinya.

Begini kamar tidur mbah Kasrun (foto: dok pri)
Begini kamar tidur mbah Kasrun (foto: dok pri)
Poniyem, putri kesayangan mbah Kasrun tengah keluar rumah. Susah ditebak kemana tujuan pastinya, hanya menurut mbah Kasrun, tiap sore selalu pulang untuk istirahat.

Usai menyerahkan sembako, saya tidak melihat adanya perabot di dalam rumah duda dhuafa ini. Di dinding bambu, terselip 3 buah piring dan sebuah gelas.

Jangan bicara soal fasilitas MCK, sebab, untuk melepas hajatnya, mbah Kasrun selalu ke sungai yang berjarak sekitar 50 meter. Entah bagaimana bila kondisinya malam hari, ditambah hujan. Sebab, di rumahnya tak terlihat lampu senter mau pun payung.

Untuk memasak, terdapat tungku yang terbuat dari tanah liat. Di atas meja buluk, sebenarnya ada kompor gas bekas pembagian pemerintah, namun, karena gasnya kadang tak terbeli, mbah kasrun lebih suka memanfaatkan tungku.

"Sisa- sisa limbah bambu untuk membuat tampah, bisa dipakai untuk memasak nasi mau pun air," ujarnya datar.

Tungku untuk memasak di rumah mbah Kasrun (foto: dok pri)
Tungku untuk memasak di rumah mbah Kasrun (foto: dok pri)
Sedangkan dinding bagian depan dan samping kanan, anyaman bambunya telah diganti kalsiboard.

Menurut mbah Kasrun, bulan lalu ada donatur memberikan bantuan sebesar Rp 1 juta guna perbaikan rumahnya.

Sayang, di tengah jalan, ia kehabisan uang untuk membayar tukang. Padahal, tiang blandar juga perlu diganti karena sudah terlihat keropos.

Susah membayangkan sulitnya hidup lelaki gaek ini, sepertinya, lengkap sudah penderitaannya. Kami sempat berbincang hampir 30 menit, ketika saya tawarkan untuk memperbaiki rumahnya, minimal agar dindingnya rapat, beliau berulangkali menyampaikan rasa terima kasihnya.

"Sangat terima kasih , saya tidak pernah membayangkan rumah ini aka nada yang memperbaiki," ungkapnya saat saya berpamitan.

Kalsiboard yang belum terpasang (foto: dok pri)
Kalsiboard yang belum terpasang (foto: dok pri)
Memang, pihak pemerintah desa sebenarnya banyak memberikan bantuan kepada mbah Kasrun.

Namun, untuk bedah rumah, sepertinya terkendala lahan kepemilikan. Sebab, tanah yang ditempatinya bukan hak miliknya alias hanya numpang. Padahal, birokrasi pemerintahan harus memberikan syarat mutlak rumah berada di atas lahan sendiri.

Temuan ini, oleh beberapa relawan Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang direspon positif.

Dalam komunikasi kami, dipastikan usai hari Raya Idhul Fitri bulan depan, rumah mbah Kasrun akan dibedah. Minimal, rumah itu menjadi layak huni.

Mohon doanya, hajat kami lancar adanya. Taka da tujuan lain, kami hanya ingin memanusiakan manusia. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun