Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perempuan-perempuan Perkasa ala Lensa

8 Maret 2018   13:22 Diperbarui: 8 Maret 2018   13:46 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Srikandi Lensa memindahkan batu fondasi (foto: dok pri)

Srikandi cilik Lensa yang terbanting di aspal (foto: dok pri)
Srikandi cilik Lensa yang terbanting di aspal (foto: dok pri)
Dalam segala situasi, para Srikandi Lensa memang tak bisa dilepaskan dari naluri seorang ibu. Ketika menemui duafa yang didera nestapa, mereka kerap sesenggukan mengeluarkan air mata. Sebab, kerap terlihat, kehidupan duafa teramat sangat sulit dibayangkan susahnya menjalani kehidupan. " Sejelek- jeleknya hidup kami, ternyata masih ada juga yang lebih buruk. Makanya, kami sangat bersyukur," ungkap Sasha Herlambang, ibu dua anak yang sering disapa sebagai ibu Lensa.

Yang paling menyolok, paska dievakuasinya Darmi (63) warga Dusun Kebondowo RT 02 RW I, Tlompakan, Tuntang, Kabupaten Semarang yg  didera kemiskinan akut dan terkena kanker kelenjar getah bening parah. Selama menjalani perawatan di RSUD Kota Salatiga, banyak yang menjadi saksi mata, Rina Harjani relawan asal Nanggulan tanpa segan memunguti belatung hidup yang keluar dari luka di leher duafa itu.

Menikmati nasi bungkus di sebelah mbok Darmi (foto: dok pri)
Menikmati nasi bungkus di sebelah mbok Darmi (foto: dok pri)
Tanpa bekal ilmu keperawatan apa pun, Rina selalu memeluk Darmi ketika penggantian perban mau pun pengambilan belatung. Hebatnya, usai melihat belatung- belatung laknat yang mengeram di luka mengang, giliran makan, ia tetap lahap menikmati nasi bungkus di samping Darmi. " Semua tergantung niat dan keikhlasan diri kita. Toh, besok kita kalau sudah meninggal juga dikerubuti belatung," jelas Rina enteng.

Itulah gambaran sepak terjang para Srikandi Lensa, apa pun situasinya, mereka siap turun tangan tanpa bayaran. Bagi mereka, aroma pesing, apek dan anyir luka adalah bau sorga. Segala langkah serta pengorbanannya memang layak diapresiasi, terlebih di Hari Perempuan Internasional ini. Selamat berjuang sahabat, jangan merasa lelah berbagi. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun