Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Satu Pendaki Ekspedisi 100 Hari di Merbabu Mengundurkan Diri

12 September 2017   16:55 Diperbarui: 16 September 2017   17:19 6063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raka, Dani dan pendaki lainnya tengah membalut Kentheng Songo (foto: dok Radit)

" Jangan musrik, kita berfikir positif saja. Untuk menuju puncak, orang biasa membutuhkan waktu 8- 10 jam perjalanan, otomatis Allah telah menguji kesungguhan orang tersebut dalam memohon sesuatu. Jadi, ya wajar kalau doanya dikabulkan," jelas Raka.

Di sisi lain, kendati suhu udara jelas sangat tidak bersahabat, namun, menurut Raka, agenda ekspedisi tetap akan dilanjutkan. Setelah melalui hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus lalu, nantinya semua ritual di puncak gunung Merbabu bakal ditutup tanggal 28 Oktober 2017 atau bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda.

Begini kondisi tenda tim ekpedisi (foto: dok Radit)
Begini kondisi tenda tim ekpedisi (foto: dok Radit)
Butuh Bantuan Tenda Dome

Raka yang belakangan berambut gondrong termasuk jenggot dan kumisnya, mengaku sangat berterima kasih atas dukungan logistik yang diberikan para pendaki di Kabupaten Semarang. Meski begitu, dirinya berharap tidak mengirim makanan instan seperti mi kering, pasalnya, yang dibutuhkan di atas adalah sayuran segar seperti bayam, wortel mau pun buah- buahan.

" Secara khusus, kami harus berterima kasih atas segala bantuan dari para pendaki, khususnya pendaki yang berasal dari Ungaran. Mereka setia menemani tiap akhir pekan, juga rutin mengirim logistik," ujar Raka serius.

Apa yang disampaikan Raka, dibenarkan oleh Raditya, seorang pendaki asal Kabupaten Boyolali. Anak muda yang biasa disapa dengan panggilan Radit ini, mengaku seminggu sekali melakukan pendakian ke gunung Merbabu. " Benar sekali, suhu di atas sangat ekstrim. Kalau daya tahan tubuh lemah, pasti ambruk," jelasnya, Selasa (12/9) sore.

Sebagai pendaki junior, Radit mengaku sangat mengapresiasi ekspedisi 100 hari di puncak gunung Merbabu ini. Sebab, dengan suhu yang sangat tidak bersahabat, namun Raka dan Dani mampu menuntaskan restorasi Kentheng Songo. Sehingga, tempat keramat itu sekarang sudah bersih dari berbagai corat- coret, terlihat rapi serta nyaman. " Tanpa peran pak Raka dan mas Dani, Kentheng Songo tidak seperti sekarang," ungkapnya.

Bagian dalam tenda tim ekpedisi (foto: dok Radit)
Bagian dalam tenda tim ekpedisi (foto: dok Radit)
Kentheng Songo sendiri, menurut Radit adalah salah satu puncak gunung Merbabu yang sampai sekarang masih diliputi misteri. Di mana, di sini terdapat batu berlobang yang kalau dilihat secara kasat mata, hanya terdapat empat lobang. Eloknya, sebenarnya lobang yang ada berjumlah sembilan sehingga dinamakan Kentheng Songo. Di lokasi yang sakral tersebut, seluruh pendaki dilarang keras bertingkah laku kurang ajar, sebab, salah- salah bakal menuai petaka.

Sebelum mengakhiri perbincangannya, Radit sempat menyoroti keberadaan tenda dome yang dipergunakan Raka dan Dani di atas puncak gunung. Di mana, tenda besar itu sebenarnya sudah tidak layak dipakai beristirahat di siang mau pun malam hari. Pasalnya, banyak lobang- lobang yang ditambal seadanya sehingga udara dingin mudah menerobos ke dalam. Begitu pun saat hujan, curahan air sering leluasa menembusnya.

" Terkait hal ini, akan sangat bagus bila ada pihak- pihak terkait yang sudi memberikan pinjaman tenda dome, minimal untuk sisa waktu yang ada. Bagaimana juga, mereka berdua adalah pejuang- pejuang lingkungan yang sangat layak diapresiasi," tukas Radit serius.

Itulah kabar terakhir tentang ekspedisi 100 hari di puncak gunung Merbabu, di tengah suhu yang ekstrim, mereka pantang pulang sebelum menuntaskan misinya. Jadi, semisal ada pihak- pihak yang akan membantu berlangsungnya tugas mulia mereka, bisa mengirimkan logistik berupa sayuran segar dan tenda dome. Semua bantuan bisa diserahkan ke BCT, Batur, Getasan, Kabupaten Semarang. Salam lestari ! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun