Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Serba Gratis di Perpustakaan Salatiga

4 September 2015   13:00 Diperbarui: 4 September 2015   15:41 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kendati begitu, Perpusda tetap memiliki celah kelemahan. Saat saya bertandang, di halaman parkir penuh oleh sepeda motor. Celakanya, hanya ada satu petugas keamanan yang berjaga di posnya. Meski terdapat tulisan berupa peringatan agar pengunjung mengunci kendaraannya dan mengamankan helm miliknya, tetapi banyak pengunjung yang mengabaikannya. Padahal, parkir kendaraan juga tak dipungut biaya.

[caption caption="Lokasi parkir yang rawan pencurian helm (foto: bambang s)"]

[/caption]

Harusnya, meski seluruh layanan di Perpusda digratiskan, namun untuk masalah parkir jangan dikesampingkan. Sebab, pengunjung kadang merasa tak nyaman ketika melakukan aktifitas di dalam, sementara ada kekhawatiran yang mengganjal atas kendaraannya yang berada di luar. Akan sangat baik bila pihak Perpusda menarik biaya parkir, tapi mampu menjamin keamanan nasip motor-motor tersebut. “Saya tak keberatan ditarik parkir Rp 1000,00, dari pada selalu was-was,” kata Rohadi.

Menurut salah satu petugas keamanan Perpusda, hingga saat ini belum pernah terjadi pencurian kendaraan bermotor (Curanmor). Yang paling sering terjadi adalah pencurian helm, di mana, pelaku biasanya mengincar helm-helm milik pengunjung yang berharga mahal. Sedang untuk helm murahan, sama sekali tidak dijamah oleh pelaku yang sudah dikenali tampangnya melalui kamera CCTV.

Demikian sedikit reportase saya di Perpusda Kota Salatiga yang disebut- sebut merupakan salah satu perpustakaan terbesar dan terbaik di Jawa tengah. Sebenarnya saya sudah cukup lama ingin menuliskannya, sayang berulangkali tertunda. Hingga dua hari lalu, ketika rekan Kompasianer yang berdomisili di Jepang, yakni mbak Weedy Koshino menulis artikel tentang perpustakaan di negeri Matahari terbit, saya langsung terinspirasi menulis hal yang sama.

Sedikit tambahan tentang Perpusda, keberadaannya ternyata mampu memikat sedikitnya tujuh kepala daerah di Indonesia untuk menyambanginya. Para kepala daerah tersebut, antara lain Suadi Yahya (Lhokseumawe, Naggroe Aceh Darussalam), Umar Zuanaidi Hasibuan (Tebing Tinggi, Sumatera Utara), Ahmad Dahlan (Batam, Kepri), Firdaus (Pekanbaru, Riau), Isro Umarghani (Wakil Walikota Bontang, Kaltim), Aroni Zendrato (Wakil Walikota Gunung Sitoli, Sumatera Utara) dan Nuralam (Wakil Walikota Jayapura, Papua). Pertanyaannya, bagaimana dengan perpustakaan daerah di kota anda? (*)


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun